• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh pengungkapan corporate social responsibility dan karakteristik perusahaan terhadap agresivitas pajak (studi empiris perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2014-2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pengaruh pengungkapan corporate social responsibility dan karakteristik perusahaan terhadap agresivitas pajak (studi empiris perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2014-2016)"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP.

(2) PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar. di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016) SKRIPSI. Diajukan guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.). Indah Mustika Lokanata 14130210055. PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA TANGERANG 2018. Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(3) Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018. Scanned by CamScanner.

(4) Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018. Scanned by CamScanner.

(5) “If you really want to do something, you’ll find a way. If you don’t, you’ll find an excuse.” -Jim Rohn-. Dari hati jadi aksi, dari hati turun ke kaki. Cita-cita jangan hanya disimpan di dalam pikiran, tapi harus diwujudkan dan diperjuangkan. -. Merry Riana-. Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(6) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan karakteristik perusahaan terhadap agresivitas pajak. Karakteristik perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, leverage, dan likuiditas. Agresivitas pajak merupakan tindakan yang dilakukan wajib pajak untuk mengefisienkan beban pajak terutang yang diterimanya. Agresivitas pajak diproksikan dengan effective tax rate (ETR). Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan data sekunder yang dianalisa dengan menggunakan metode linear berganda. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang secara berturut-turut selama periode 2014-2016 terdaftar di BEI, menerbitkan laporan tahunan per 31 Desember, dan telah di-audit oleh auditor independen, menggunakan mata uang rupiah, memiliki beban pajak penghasilan lebih rendah dibandingkan dengan laba sebelum pajak. Hasil penelitian ini adalah (1) pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak, (2) ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak, (3) leverage (DAR) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak, (4) likuiditas (CR) memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak, dan (5) pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), ukuran perusahaan¸ leverage (DAR), dan likuiditas secara simultan berpengaruh terhadap agresivitas pajak.. Kata kunci:. agresivitas pajak (ETR), leverage (DTA), likuiditas (CR), pengungkapan corporate social responsibility (CSR), ukuran perusahaan.. i Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(7) ABSTRACT The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the effect of corporate social responsibility (CSR) disclosure and characteristic of the company toward tax aggressiveness. Characteristic of the company uses firm size, leverage, and liquidity. Tax aggressiveness is action taken to minimize the burden of the taxpayer receives tax payable. Tax aggressiveness measured using the effective tax rate (ETR) proxy. The sample of this research was selected by using purposive sampling method and with secondary data which was analysed by using multiple regression method. There were 14 manufacture firm various industry sectors as samples that have been simultaneously registered in BEI since 2012-2014, published annual report at the end of 31 December and had been audited by independently auditor, used Rupiah as currency, has a lower income tax expense than the pretax income.. The result of this research are (1) Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure does not have positive effect towards tax aggressiveness, (2) firm’s size have a significant positive effect towards tax aggressiveness, (3) leverage (DAR) have a significant positive effect towards tax aggressiveness, (4) liquidity (CR) have a significant positive effect towards tax aggressiveness, and (5) Corporate Social Responsibility disclosure, firm’s size, leverage (DAR), and liquidity (CR) simultaneously have a significant effect toward tax aggressiveness.. Keywords:. tax aggressiveness (ETR), leverage (DTA), liquidity (CR), corporate social responsibility (CSR) disclosure, firm size.. ii Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(8) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya yang melimpaj sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. (CSR). DAN. KARAKTERISTIK. PERUSAHAAN. TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK” dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S.E.). Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berupa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.. 2.. Orang Tua, Kakak penulis Dharmawan Lokanata, dan Adik penulis Mutiara Zhelitha Lokanata yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang mendorong penulis untuk berhasil menyelesaikan skripsi ini.. 3.. Ibu Meiriska Febrianti, S.E., Ak., M.E., B.K.P., CA. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan dan nasihat yang mendukung serta kesabaran beliau selama proses penyusunan skripsi ini.. 4.. Bapak Stefanus Ariyanto, S.E., M.Ak., CPSAK. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Multimedia Nusantara, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. iii Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(9) Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018. Scanned by CamScanner.

(10) DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ABSTRAK ............................................................................................................ i ABSTRACT ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ...........................................................................................................v DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................1 1.2 Batasan Masalah...............................................................................................20 1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................20 1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................21 1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................................21 1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................................22. BAB II TELAAH LITERATUR .........................................................................24 2.1 Teori Keagenan ................................................................................................24 2.2 Pajak. ..........................................................................................................27. 2.3 Agresivitas Pajak ..............................................................................................30 2.4 Corporate Social Responsibility (CSR)............................................................35 2.5 Ukuran Perusahaan...........................................................................................42 2.6 Leverage ..........................................................................................................47 2.7 Likuiditas .........................................................................................................51. v Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(11) 2.8 Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Karakteristik Perusahaan Secara Simultan Terhadap Agresivitas Pajak ................54 2.9 Model Penelitian ..............................................................................................54. BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................56 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................56 3.2 Metode Penelitian.............................................................................................57 3.3 Variabel Penelitian ...........................................................................................57 3.4 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................62 3.5 Teknik Pengambilan Sampel............................................................................62 3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................................63 3.6.1 Statistik Deskriptif ..................................................................................63 3.6.2 Uji Normalitas .........................................................................................64 3.6.3 Uji Asumsi Klasik ...................................................................................65 3.7 Uji Hipotesis ....................................................................................................67. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................72 4.1 Objek Penelitian ...............................................................................................72 4.2 Analisis dan Pembahasan .................................................................................73 4.2.1 Statistik Deskriptif ..................................................................................73 4.2.2 Uji Normalitas .........................................................................................76 4.2.3 Uji Asumsi Klasik ...................................................................................77 4.3 Uji Hipotesis ...................................................................................................80. vi Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(12) BAB V SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................90 5.1 Simpulan ..........................................................................................................90 5.2 Keterbatasan .....................................................................................................92 5.3 Saran. ..........................................................................................................93. DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................94 DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................100 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP. vii Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(13) DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data Hasil Perhitungan Sebelum dan Sesudah Tax Planning..................8 Tabel 2.1 Tarif Pajak Untuk Orang Pribadi ...........................................................28 Tabel 2.2 Kriteria Ukuran Perusahaan ...................................................................44 Tabel 3.1 Interprtasi Koefisien Korelasi ................................................................69 Tabel 4.1 Rincian Pengambilan Sampel Penelitian ...............................................73 Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif ........................................................................74 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ..............................................................................76 Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ....................................................................77 Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ...........................................................................78 Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................80 Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F ................................................................................81 Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t .................................................................................83. viii Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(14) DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2012-2016 ................3 Gambar 1.2 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun 2017 .......................................................................4 Gambar 2.1 Model Penelitian ................................................................................55 Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................79. ix Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(15) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pendapatan suatu negara memiliki peranan yang penting bagi kesejahteraan rakyat. Pendapatan negara merupakan penerimaan yang diperoleh untuk membiayai dan menjalankan seluruh program pemerintah demi kebutuhan masyarakat. Penerimaan suatu negara berasal dari berbagai sektor, salah satunya berasal dari sektor pajak. Penerimaan pajak dilakukan pemungutannya dibawah kewenangan Kementerian Keuangan melalui lembaga Direktorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal Pajak sangat berpengaruh dalam menerima, mengatur, menstabilkan, dan meredistribusi pendapatan negara. Pemerintah membutuhkan dana yang besar untuk melaksanakan pembangunan negara. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu penghasilan yang bukan pajak antara lain pengelolaan dana pemerintah, pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki, pelayanan kepada masyarakat, pengenaan denda adminstrasi, dan hasil-hasil pengelolahan kekayaan. 1 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(16) negara yang telah dipisahkan. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan Self Assessment yang dimana setiap wajib pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung utang pajaknya sendiri, dan melaporkan hasil perhitungannya ke Kantor Pelayanan Pajak (Ifadhoh, dan Amanah, 2013). Penerimaan pajak diperoleh dari wajib pajak orang pribadi atau badan. Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2008 orang pribadi merupakan wajib pajak yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia atau di luar Indonesia. Sedangkan badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap lainnya. Pemerintah menggunakan pajak yang diperoleh untuk melaksanakan tanggung jawab negara diberbagai sektor kehidupan guna mencapai kesejahteraan umum, termasuk masyarakat dan bangsa Indonesia (Prameswari, 2017). Penerimaan pajak tersebut dapat dilihat dari sisi realisasi pendapatan negara dan hibah yang bersumber dari pajak tahun 2012-2016.. 2 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(17) Gambar 1.1 Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2012-2016. Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan, 2017 Berdasarkan Gambar 1.1 mencerminkan bahwa realisasi pendapatan negara dan hibah untuk tahun 2016 mencapai Rp1.555.934,1 miliar atau 87,11 persen dari target pendapatan negara dan hibah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2016 sebesar Rp1.786.225,0 miliar. Realisasi pendapatan negara dan hibah pada tahun 2016 terdiri dari realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp1.284.970,1 miliar atau 83,48 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2016 sebesar Rp1.539.166,2 miliar, realisasi penerimaan bukan pajak (PNBP) sebesar Rp245.083,6 miliar dan realisasi pendapatan hibah sebesar Rp8.978,6 miliar atau 45,03 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2016 Rp1.975,1 miliar (www.bpk.go.id).. 3 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(18) Namun sampai dengan triwulan terakhir, yaitu Q4 2017, penerimaan pajak mencapai Rp1.151,13 Triliun dari target Rp1.283,56 Triliun, atau sebesar 89,68% sehingga masih terdapat shortfall sebesar Rp132 Triliun dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2017. Persentase pencapaian penerimaan pajak s.d. Q4 2017 adalah 89,68%, lebih baik dibandingkan persentase capaian periode yang sama tahun 2016 yaitu 81,60% dan pada tahun 2015 yaitu 81,96%. Oleh karena itu selama tahun 2017, penerimaan perpajakan memiliki kontribusi yang besar bagi pendapatan negara (www.pajak.go.id). Gambar 1.2 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun 2017. Sumber: Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, 2017 Pajak memegang peranan yang sangat penting dalam penerimaan negara yang besarnya persentase penerimaan yang bersumber dari pajak sebesar 89,68% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2017 dimana 4 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(19) industri pengolahan nonmigas berperan penting dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut dikarenakan sektor manufaktur dalam negeri menjadi penyumbang terbesar dari pajak dan cukai. Industri pengolahan non migas pada triwulan I-2017 tumbuh sebesar 4,71 persen. Capaian tersebut meningkat dibanding pertumbuhan dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 4,51 persen, juga diatas pertumbuhan sepanjang tahun 2016 yang mencapai 4,42 persen. Industri pengolahan nonmigas menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan sektor-sektor lainnya. Badan Pusat Statistik mencatat, industri pengolahan nonmigas mampu memberikan sumbangan mencapai 18,08 persen pada triwulan I-2017. Menperin mengatakan pertumbuhan industri nasional salah satunya ditopang oleh laju investasi di dalam negeri yang semakin meningkat. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai paket kebijakan ekonomi. Beberapa sektor seperti industri otomotif, tekstil, dan olahan susu telah merealisasikan investasinya (www.kemenperin.go.id). Pemerintah pada paruh kedua tahun 2017 mendorong percepatan pertumbuhan tiga sektor industri. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementrian Perindustrian Haris Munandar mengungkapkan, tiga sektor industri tersebut yakni sektor industri argo, industri kimia tekstil dan aneka (IKTA), dan industri logam dasar, infrastruktur hingga elektronik (ILMATE) (www.ekonomi.kompas.com). Mendorongnya percepatan pertumbuhan salah satu sektor yaitu industri kimia tekstil dan aneka (IKTA) dapat meningkatkan penjualan yang signifikan dan hal tersebut berdampak pada penerimaan pajak negara akan meningkat. Oleh karena itu, 5 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(20) pajak bagi negara merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan. Sedangkan pajak bagi perusahaan merupakan beban yang mengurangi laba sebelum pajak (Pranoto dan Widagdo, 2016). Besarnya pajak perusahaan dihitung berdasarkan laba bersih yang diperolehnya, semakin besar penghasilan yang diperoleh maka semakin besar beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Sebagai upaya meningkatkan penerimaan pajak, Kementerian Keuangan menyatakan perlunya revisi peraturan perpajakan lama dan mengembangkan strategi baru yang lebih sesuai. Sri Mulyani mengatakan bahwa kesenjangan dalam sistem pajak dalam negeri telah menciptakan peluang bagi perusahaan, bahkan individu dengan kekayaan tinggi, untuk mengeksploitasi. Korporasi telah mampu memanfaatkan celah-celah ini untuk melakukan perencanaan pajak yang agresif dan penetapan harga transfer untuk meminimalkan kewajiban pajak mereka, atau dalam beberapa kasus tidak membayar pajak sama sekali (www.finansial.bisnis.com). Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan jika perusahaan tidak membayar pajak di negara dimana pendapatan mereka dihasilkan, pendapatan pemerintah negara tersebut menjadi lebih rendah sehingga membuat investasi kesejahteraan masyarakat menjadi berkurang. Negara membutuhkan pendapatan untuk mendanai rumah sakit, sekolah, dan proyek infrastruktur dasar yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi dan mengurangi ketidaksetaraan. Dengan pendapatan yang lebih rendah dari perkiraan, beban untuk mendanai layanan ini bergeser ke sumber pendapatan lain,. 6 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(21) mengurangi pengeluaran untuk investasi masyarakat yang meningkatkan pertumbuhan, atau keduanya (www.finansial.bisnis.com). Dalam meminimalkan jumlah pajak yang dibayarkan, maka perusahaan melakukan manajemen pajak dengan cara perencanaan pajak. Menurut Suandy (2016) perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak, dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Melalui tax planning, dana perusahaan menjadi lebih efektif karena beban pajak dimungkinkan untuk diperkecil dapat dialihkan untuk pembayaran lainnya yang lebih bermanfaat bagi perusahaan (Lestari et al, 2017). Menurut Pohan (2013), ada 3 macam cara tax planning yang dapat dilakukan wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya yakni tax avoidance (penghindaran pajak), tax evasion (penyelundupan pajak), dan tax saving (penghematan pajak). Menurut Pohan (2013), tax avoidance adalah upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil pajak terutang. Seperti pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan obyek pajak. Sebagai contoh, perusahaan yang mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura, karena natura bukan merupakan obyek dalam PPh Pasal 21 (Putri dan Putra, 2017). Tax evasion adalah upaya wajib pajak untuk menghindari pajak 7 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(22) terutang secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Sedangkan tax saving adalah upaya wajib pajak mengelak utang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya, atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi lebih kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar. Implementasi tax planning pajak penghasilan badan sebagai upaya penghematan Pajak Penghasilan (PPh Badan) PT Sang Hyang Seri (Persero): Tabel 1.1 Data Hasil Perhitungan Pajak Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak Keterangan. 2011. Jumlah PPh sebelum 15.738.021.536,50. 2012. 2013. 25.559.036.525. 5.028.850.471,56. 24.689.648.234,50. 4.721.660.765,44. 869.388.290,5. 307.189.706,12. perencanaan pajak Jumlah PPh sesudah 14.888.755.602,25 Perencanaan pajak Penghematan Pajak. 849.265.934,25. Sumber: Ernawati, dkk., 2015 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, perencanaan pajak memberikan pengaruh terhadap besarnya pajak penghasilan badan PT Sang Hyang Seri (Persero), penghematan tersebut dikarenakan bertambahnya biaya fiskal perusahaan akibat perjalanan dinas, biaya promosi, dan lain-lain. Pada dasarnya perusahaan tetap mengeluarkan pengeluaran untuk biaya-biaya tersebut, tetapi dengan adanya. 8 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(23) perencanaan pajak (tax planning) biaya-biaya itu dapat menjadi pengurang besarnya pajak perusahaan. Dalam laporan keuangan fiskal laba perusahaan mengecil, namun tidak mengalami kerugian tetapi menjadi untung karena adanya perencanaan pajak (tax planning) perusahaan menjadi lebih sedikit membayar pajaknya dengan memanfaatkan celah-celah dalam Undang-Undang Perpajakan (Ernawati, dkk., 2015). Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak berencana memberlakukan aturan mandatory disclosure rules (MDR) dalam waktu dekat. Kewajiban ini melaporkan perencanaan pajak (tax planning) yang disiapkan wajib pajak ini merupakan strategi untuk mencegah penghindaran pajak. Aparat pajak mencurigai tax planning banyak dilakukan wajib pajak Indonesia. MDR menjadi salah satu aksi dari Anti-Base Erosion and Profit Shifiting (BEPS) yang mewajibkan wajib pajak dan promotor atau pengatur strategi pajak untuk mengungkapkan skema atau model tax planning-nya (www.nasional.kontan.co.id) Perusahaan yang ingin memperoleh laba yang maksimal maka perusahaan membutuhkan perencanaan pajak yang agresif. Tax Planning adalah upaya subyek pajak untuk meminimalkan pajak yang terutang melalui skema yang memang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan sifatnya tidak menimbulkan dispute antara subyek pajak dan otoritas pajak (Kurniawati dan Arifin, 2017). Sedangkan perencanaan pajak agresif adalah praktik yang mengarah pada tax avoidance atau tax evasion, karena memanfaatkan kelemahan sistem perpajakan dengan tujuan meminimalisasi beban pajak (Gunawan dan Sulistiawan, 2018). Praktik tindakan agresif biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan hukum pajak dan tidak 9 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(24) melanggar hukum pajak (Pranoto dan Widagdo, 2016). Perencanaan pajak yang agresif ini dikenal sebagai agresivitas pajak (tax aggressiveness) untuk meminimalkan penghasilan kena pajak perusahaan dengan menggunakan sistem self assessment. Namun demikian, agresivitas pajak dapat didefinisikan sebagai semua upaya yang dilakukan manajemen untuk menurunkan pembayaran pajak yang seharusnya dibayar oleh perusahaan. Oleh karena itu, kemungkinan perusahaan lebih agresif terhadap perpajakannya semakin besar. Menurut Adiyani dan Septanta (2017) agresivitas pajak merupakan kegiatan yang lebih spesifik, yaitu mencakup transaksi yang tujuan utamanya adalah untuk menurunkan kewajiban perusahaan. Agresivitas pajak juga dapat diartikan sebagai suatu tingkat dimana perusahan lebih agresif untuk menghemat pajak dengan membayar pajak serendah mungkin dari aturan yang telah ditetapkan dalam perpajakan. Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa agresivitas pajak adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalkan beban pajak dengan membayar pajak yang terutang lebih rendah agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini, agresivitas pajak diukur dengan menggunakan Effective Tax Rate (ETR). Menurut Gunawan dan Sulistiawan (2018) Effective Tax Rate adalah 10 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(25) tarif pajak efektif, yang diukur sebagai laporan antara beban pajak penghasilan dan pendapatan sebelum pajak. Dimana semakin rendah ETR mengindikasikan adanya agresivitas pajak dalam perusahaan. ETR yang rendah menunjukkan beban pajak penghasilan yang lebih kecil dari pendapatan sebelum pajak. Oleh karena agresivitas pajak penting, maka penelitian ini meneliti mengenai faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan, yaitu pengungkapan corporate social responsibility (CSR), ukuran perusahaan, leverage, dan likuiditas. Dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007 pasal 74 Tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan wajib untuk perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam. Perusahaan yang agresif terhadap pajak juga akan memberikan pandangan yang negatif tentang perusahaan dikarenakan perusahaan tidak menjalankan kewajiban perpajakannya dengan baik dan perusahaan akan menanggung resiko salah satunya adalah resiko reputasi dimana reputasi yang telah dibangun perusahaan dapat turun di mata masyarakat. Untuk membuat masyarakat dapat memiliki dampak yang positif terhadap perusahaan, maka perusahaan melakukan kegiatan sosial dan lingkungan yang dapat memberikan nilai yang bermanfaat untuk masyarakat. Salah satu cara perusahaan yaitu dengan melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun tanggung jawab lingkungan dengan tidak mengabaikan kemampuan dari perusahaan. Menurut Gunawan (2015) 11 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(26) dalam Gunawan (2017) corporate social responsibility merupakan aktivitas yang berkaitan dengan etika dan tanggung jawab perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya dengan memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Pelaksanaan CSR merupakan salah satu bentuk partisipasi perusahaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat luas yang akan berdampak pada keberlangsungan hidup perusahaan. Aktivitas corporate social responsibility (CSR) dapat dilaporkan di laporan keberlanjutan dan laporan tahunan perusahaan. Dalam perpajakan, beberapa item CSR merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible expenses), contohnya biaya pengolahan limbah, biaya magang, beasiswa, pelatihan, sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, sumbangan fasilitas pendidikan dan lain-lain. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya ini merupakan biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto sehingga besar laba yang diperoleh oleh perusahaan akan dapat diminimalisir. Di Indonesia undang-undang mengenai pengungkapan CSR telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 pasal (4) tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh masing-masing perusahan beraneka ragam. CSR yang dilakukan perusahaan sama tujuannya dengan kewajiban perpajakan, yakni untuk 12 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(27) membangun kesejahteraan masyarakat dan kepedulian terhadap lingkungan sosial tempat perusahaan tersebut beroperasi. Kaitan pengungkapan CSR dengan agresivitas pajak terletak pada tujuan utama perusahaan yaitu untuk memaksimalkan keuntungan tanpa menghilangkan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Pengungkapan CSR hanya dijadikan alasan semata agar perusahaan dapat melakukan agresivitas pajak, melalui pemanfaatan celah yang ada dalam peraturan pajak. Pemanfaatan celah ini dilakukan dengan cara memark up biaya CSR sehingga semua biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk CSR dapat dibebankan sebagai biaya yang dapat mengurangi laba kena pajak. Salah satu contoh biaya CSR yaitu dengan melakukan pengembangan dan penelitian, karena pengeluaran tersebut merupakan beban yang dapat dibebankan sebagai biaya yang menjadi dasar pengurang penghasilan bruto. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan maka beban yang akan dikeluarkan oleh perusahaan akan semakin besar. Biaya CSR yang dikeluarkan oleh perusahaan akan mengurangi laba perusahaan yang menyebabkan beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan semakin rendah serta menurunkan nilai ETR. Sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin besar pengungkapan CSR akan mempengaruhi agresivitas pajak menjadi lebih besar. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kuriah dan Asyik (2016) menunjukkan bahwa pengungkapan corporate social responsibility (CSR) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap agresivitas pajak, artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan maka semakin rendah tingkat 13 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(28) agresivitas pajak. Sedangkan menurut Jessica dan Toly (2014) menyatakan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat mempengaruhi seberapa besar jumlah aset perusahaan yang dapat mempengaruhi laba. Pengukuran perusahaan bertujuan untuk membedakan secara kuantitatif antara perusahaan besar (large firm) dengan perusahaan kecil (small firm), besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya (Kuriah dan Asyik, 2016). Ukuran perusahaan diukur dengan total aset yang dimiliki perusahaan, kemudian akan ditransformasikan dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan variabel lain dikarenakan total aset perusahaan nilainya relatif besar dibandingkan variabelvariabel lain (Dewi dan Priyadi, 2013). Perusahaan dengan kategori besar dapat membayar lebih banyak ahli pajak untuk mengelola pajak. Selain itu, perusahaan yang besar memiliki kegiatan operasi yang besar juga. Perusahaan dengan skala besar memiliki pengalaman yang lebih dalam strategi untuk keberlanjutan kegiatan operasinya seperti memanfaatkan celahcelah yang ada termasuk kegiatan untuk meminimalkan pembayaran pajak. Perusahaan dapat menetapkan untuk menggunakan aset produktif perusahaan dalam jumlah yang besar sehingga dapat memperbesar kapasitas produksi perusahaan dan laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan semakin besar. Penggunaan aset produktif dalam jumlah yang besar akan menimbulkan beban depresiasi yang semakin besar. Beban depresiasi yang semakin besar akan mengurangi laba perusahaan. Laba perusahaan 14 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(29) yang rendah menyebabkan pajak terutang yang dibayarkan oleh perusahaan akan semakin rendah. Hal ini akan menyebabkan nilai ETR perusahaan akan semakin kecil dan dapat dinyatakan bahwa agresivitas pajak perusahaan akan semakin tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Kuriah dan Asyik (2016), menunjukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak artinya besar kecilnya suatu perusahaan akan mempengaruhi tingkat agresivitas pajak di setiap perusahaan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Tiaras dan Wijaya (2015), variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak. Sedangkan menurut penelitian Jessica dan Toly (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Prasmewari (2017), variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Menurut Subramanyam dan Wild (2014), rasio leverage menggambarkan jumlah dari pendanaan utang dalam struktur modal perusahaan. Leverage merupakan nama lain dari rasio utang. Leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai atau didanai dengan pinjaman. Leverage perusahaan yang tinggi akan mengakibatkan beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan akan menjadi lebih rendah. Hal ini dikarenakan tingginya biaya tetap yang berupa bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada kreditur sehingga laba perusahaan akan semakin lebih kecil serta pembayaran beban pajak akan semakin rendah juga. Dengan demikian perusahaan melakukan tindakan agresif cenderung meminta manager untuk melakukan. 15 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(30) strategi-strategi tertentu agar pembayaran pajak kepada pemerintah akan semakin rendah. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Debt to Total Asset. Debt to Total Asset Ratio untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang. DAR diukur dengan membandingkan total debt dan total asset. Total debt terdiri dari utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Perusahaan yang memiliki produktivitas yang tinggi akan melakukan investasi terhadap aset yang pembeliannya dilakukan menggunakan utang salah satunya menggunakan utang jangka panjang. Nilai DAR yang tinggi mencerminkan bahwa semakin tingginya aset yang didanai oleh utang. Sehingga perusahaan yang memiliki beban pajak yang tinggi dapat melakukan penghematan pajak dengan cara menambah utang perusahaan. Dengan menambah utang guna untuk mendapatkan insentif pajak berupa beban bunga yang besar yang dapat mengurangi laba perusahaan. Laba perusahaan yang rendah mengakibatkan pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan semakin rendah. Hal tersebut berdampak pada nilai ETR perusahaan yang semakin kecil sehingga dapat dinyatakan bahwa agresivitas pajak perusahaan semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kuriah dan Asyik (2016) menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pajak. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Sukmawati dan Rebecca (2016), variabel leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Tiaras dan Wijaya (2015) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. 16 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(31) Pernyataan ini didukung oleh penelitian Adisamrtha dan Noviari (2015), variabel leverage tidak berpengaruh pada tingkat agresivitas wajib pajak badan. Likuiditas didefinisikan sebagai kepemilikan sumber dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban yang sudah jatuh tempo dan digunakan untuk menjual atau membeli aset secara cepat. Menurut Subramayam dan Wild (2014) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang secara konvensional, “jangka pendek” dianggap periode hingga satu tahun meskipun dikaitkan dengan siklus operasional normal perusahaan. Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang likuid. Dalam penelitian ini untuk mengukur likuiditas menggunakan current ratio yaitu current asset dibandingkan dengan current liabilities. Menurut Hery (2017) menyatakan bahwa Current Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia. Current asset meliputi aset yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi mata uang, seperti kas, persediaan barang dagang, perlengkapan, serta piutang usaha dan investasi yang masih dalam jangka waktu 1 tahun dan current liabilities merupakan utang yang diharapkan perusahaan untuk dibayarkan dalam jangkauan waktu satu tahun (Weygandt et al.,2015). Semakin tinggi current ratio perusahaan maka perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat 17 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(32) menjaga tingkat likuiditasnya maka akan memberikan kepercayaan kepada pihak kreditur dan dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka mampu membayar kewajiban yang timbul atas utang jangka pendek yang dimilikinya seperti pokok pinjaman dan biaya bunga yang harus dilunasi dalam jangka waktu yang singkat. Dengan kondisi perusahaan yang likuid, perusahaan memiliki kecukupan kas yang mampu membayar beban bunga atas pinjaman jangka pendek yang dilakukan. Beban bunga atas pinjaman akan mendapatkan insentif pajak yang dapat mengurangi laba perusahaan. Laba perusahaan yang semakin rendah dapat mengakibatkan beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan akan semakin kecil. Hal tersebut dapat mempengaruhi nilai ETR perusahaan akan semakin rendah. Nilai ETR yang rendah dapat dinyatakan agresivitas pajak perusahaan semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menurut Adisamartha dan Noviari (2015) menyatakan bahwa likuiditas perusahaan berpengaruh positif pada tingkat agresivitas pajak. Menurut Sukmawati dan Rebecca (2016) menyatakan bahwa secara parsial variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Sedangkan menurut Tiaras dan Wijaya (2015) menyatakan bahwa likuiditas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Septanta dan Adiyani (2017), variabel likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak.. 18 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(33) Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Kuriah dan Asyik (2016). Tujuan utama dari penelitian ini tentu saja untuk meneliti bagaimana sikap perusahaan dalam ketaatannya untuk membayar pajak. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Kuriah dan Asyik (2016) adalah: 1.. Penelitian ini tidak menggunakan variabel capital intensity dikarenakan pada penelitian sebelumnya tidak ditemukan pengaruh terhadap agresivitas pajak.. 2.. Penelitian ini menambahkan dimensi karakteristik perusahaan satu (1) variabel independen, yaitu likuiditas yang mengacu pada penelitian Adisamartha dan Noviari (2015).. 3.. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. sektor. aneka. industri.. Sedangkan. penelitian. sebelumnya. menggunakan seluruh sektor perusahaan manufaktur. 4.. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2014-2016. Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan periode tahun 2010-2014. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti termotivasi untuk melakukan. penelitian lebih lanjut mengenai pengungkapan CSR dan karakteristik perusahaan terhadap agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimana agresivitas pajak diukur dengan menggunakan tarif pajak efektif yang di bayarkan oleh perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Karakteristik Perusahaan terhadap. 19 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(34) Agresivitas Pajak (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka industri yang Terdaftar di BEI tahun 2014-2016)”. 1.2. Batasan Masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016.. 2.. Penelitian ini menggunakan faktor-faktor yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak yakni pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, leverage, dan likuiditas. Agresivitas pajak dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan Effective Tax Rate (ETR).. 1.3. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1.. Apakah pengungkapan CSR memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak?. 2.. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak?. 3.. Apakah leverage memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak?. 4.. Apakah likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak?. 20 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(35) 1.4. Tujuan Penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1.. Pengaruh positif pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak.. 2.. Pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak.. 3.. Pengaruh positif leverage yang diproksikan dengan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap agresivitas pajak.. 4.. Pengaruh positif likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR) terhadap agresivitas pajak.. 1.5. Manfaat Penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1.. Bagi Direktorat Jendral Pajak Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas untuk pembuatan kebijakan-kebijakan. tertentu. mengenai. kebijakan. pajak. serta. dapat. mengidentifikasi kasus-kasus yang terkait dengan agresivitas pajak yang terjadi pada saat ini. 2.. Bagi Investor Penelitian ini dapat dijadikan pandangan bagaimana manajemen perusahaan mengambil kebijakan terkait dengan perpajakan.. 21 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(36) 3. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat menunjukan bahwa sebaiknya perusahaan harus sebaiknya berhati-hati untuk menentukan kebijakan dalam membuat keputusan dalam bidang perpajakan agar perusahaan tidak tergolong dalam agresivitas pajak.. 4. Bagi Bidang Akademik Khusus Perpajakan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan serta dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu ekonomi. Serta dapat berkontribusi lebih lanjut sebagai literatur dan memunculkan ide gagasan baru untuk penelitian selanjutnya sehubungan dengan pengungkapan CSR, ukuran perusahaan, leverage maupun tindakan agresivitas pajak. 5.. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan sebagai sarana untuk berfikir secara ilmiah yang diperoleh dalam bangku perkuliahan dan menerapkan pada data yang diperoleh dari obyek yang diteliti.. 1.6. Sistematika Penulisan. Sistematika pembahasan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Bab pendahuluan berisi latar belakang masalah penelitian ini yang kemudian dijadikan rumusan masalah, serta bab ini juga terdapat. 22 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(37) batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II. TELAAH LITERATUR Bab ini membahas mengenai teori mengenai agresivitas pajak sebagai variabel. dependen,. teori. variabel-variabel. independen. yaitu. pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan karakteristik perusahaan serta hubungan setiap variabel independen dengan variabel dependen, pengembangan hipotesis dari masing-masing variabel, dan model penelitian. BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini berisikan mengenai gambaran umum objek penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, teknik analisis data, dan uji hipotesis.. BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai pengolahan dan hasil analisis data berdasarkan model penelitian, dan menjelaskan bagaimana hasil penelitian dapat menjawab permasalahan pada rumusan masalah.. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN Bab ini membahas mengenai simpulan dari hasil penelitian ini, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.. 23 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(38) BAB II TELAAH LITERATUR 2.1 Teori Keagenan Ambarukmi dan Diana (2017) agency theory (teori keagenan) adalah hubungan atau kontrak antara Principal dan agent. Principal sebagai pemilik modal memiliki akses pada informasi internal perusahaan. Agent sebagai pelaku dalam praktek operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh. Menurut Sari, dkk (2016) teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa pada praktek di lapangan, pemilik perusahaan memberikan amanat pengelolaan perusahaan kepada manajemen. Penunjukkan ini dilakukan dengan tujuan agar manajemen dapat mengelola perusahaan hingga memberikan keuntungan yang maksimal kepada pihak prinsipal (pemilik perusahaan) dengan pencapaian kinerja yang maksimal dari manajemen. Menurut Harahap (2015) menyatakan teori ini menyebutkan bahwa perusahaan adalah tempat atau intersection point bagi hubungan kontrak yang terjadi antara manajemen, pemilik, kreditor, dan pemerintah. Teori keagenan dapat menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan akan bertindak karena pada dasarnya mereka memiliki kepentingan yang berbeda (Putri, 2017). Perusahaan yang memisahkan pemilik (principal) dengan fungsi pengelolaan (agent) akan mengalami masalah keagenan (Savitri, 2017). Agency problem adalah pertentangan kepentingan. 24 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(39) yang timbul antara prinsipal selaku pemilik dan agen (manajemen) pada perusahaan tersebut (Idzni dan Purwanto, 2017). Menurut Idzni dan Purwanto (2017), kepentingan dari pemilik dan gen atau pemegang saham tidak selalu berjalan beriringan. Jika pemilik menginginkan dana yang besar pada perusahaannya dan perusahaannya mempunyai laba besar, maka manajer menginginkan laba besar namun pengeluaran perusahaan tetap minim. Sedangkan pemegang saham biasanya hanya tertarik tingkat pengembalian pada saham yang mereka tanam diperusahaan tersebut. Manajer atau dewan direksi dan dewan komisaris sebagai pihak yang merasakan dampak dari keputusan yang diambilnya, dan ingin mendapatkan reputasi yang baik maka manajer tidak akan memaksimalkan laba jangka pendek dengan meminimalkan beban pajak. Dengan demikian laba tiap tahunnya akan baik sehingga manajer serta dewan komisaris perusahaan akan mendapatkan reputasi baik atas kinerjanya jangka panjang. Penunjukkan ini dilakukan dengan tujuan agar manajemen dapat mengelola perusahaan hingga memberikan keuntungan yang maksimal kepada pihak prinsipal (pemegang saham) dengan pencapaian kinerja yang maksimal dari manajemen (Sari, dkk, 2016). Menurut Saifudin dan Yunanda (2016) menyatakan kondisi perusahaan yang sesungguhnya terkadang hanya diketahui oleh manajer karena manajer berada didalam perusahaan untuk mengelola perusahaan sehingga mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan sedangkan prinsipal bisa dikatakan jarang datang langsung ke perusahaan sehingga informasi yang dimiliki lebih sedikit dibandingkan manajer. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi adalah 25 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(40) keadaan dimana informasi yang diberikan kepada principal berbeda dengan yang diberikan kepada agent untuk melakukan tindakan yang opurtunistik. Tindakan yang opurtunistik (opportunistic behaviour) adalah tindakan yang tujuannya mementingkan kepentingan sendiri Rahmawati, (2015) dalam Saifudin dan Yunanda (2016). Menurut Mulyani, dkk (2018) menyatakan bahwa para manajer dalam perusahaan terkadang menyembunyikan informasi yang sebenarnya dari para pemegang saham untuk melindungi kepentingannya sendiri sehingga mengganggu kepentingan pemegang saham yang seharusnya mendapatkan informasi yang sebenarnya. Menurut Ardyansyah (2014) dalam Indradi (2018), perbedaan kepentingan antara principle dan agent dapat mempengaruhi berbagai hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan, salah satunya adalah kebijakan perusahaan mengenai pajak perusahaan. Menurut Nurhandono dan Firmansyah (2017), dalam konteks agresivitas pajak, manajemen memiliki kepentingan untuk memanipulasi laba perusahaan yang nantinya akan mengurangi utang pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Menurut Ardyansyah (2014) dalam Indradi (2018) penggunaan self assessment system dapat memberikan kesempatan bagi agent untuk memanipulasi pendapatan kena pajak menjadi lebih rendah sehingga beban pajak yang ditanggung perusahaan semakin kecil. Kepentingan ini berbeda dengan kepentingan investor yang tidak menginginkan. adanya. agresivitas. pajak. karena. berpotensi. mengganggu. keberlangsungan usaha jika perusahaan mendapatkan permasalahan hukum (Nurhandono dan Firmansyah, 2017).. 26 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(41) 2.2 Pajak Menurut Pohan (2013), pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pengertian pajak menurut undang-undang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut (Waluyo, 2017): 1.. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.. 2.. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.. 3.. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.. 4.. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.. 5.. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.. 27 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(42) Menurut Halim, Bawono, Dara,(2016), pajak memiliki dua fungsi yaitu: 1. Fungsi Budgetair Fungsi budgetair berarti pajak merupakan salah satu penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. 2. Fungsi Regulerend Fungsi regulerend berarti pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur masyarakat atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi Dalam penerimaan pajak, pemerintah memberlakukan sistem self assessment, dimana Wajib Pajak diberikan wewenang dan kepercayaan untuk menghitung, melaporkan, dan membayar sendiri pajak terutangnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, besarnya tarif Pajak Penghasilan yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia sebagai berikut: 1.. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Tabel 2.1 Tarif Pajak untuk Orang Pribadi Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 5% (lima persen) Di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai 15% (lima belas dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta persen) rupiah) Di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta 25% (dua puluh lima rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta persen) rupiah) Di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 30% (tiga persen). puluh. 28 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(43) 2.. Untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan BUT Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) sebesar 28%. Tarif tersebut menjadi 25% mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2010.. 3.. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).. Menurut Waluyo (2017), untuk wajib pajak badan perhitungan pajak dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu: 1.. Pengurangan tarif pajak sesuai dengan pasal 31 E Khusus untuk Wajib Pajak Badan diberikan fasilitas pajak berupa pengurangan tarif pajak sebagaimana diamanatkan pada pasal 31E Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengaturan dimaksud ditunjukkan kepada Wajib Pajak dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).. 2.. Pengurangan tarif pajak bagi Wajib Pajak Badan sesuai Pasal 17 Bagi Wajib Pajak dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dibanding. 29 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(44) tarif yang ditetapkan Pasal 17 Undang-Undang PPh yaitu 25% (dua puluh lima persen). Perusahaan atau badan merupakan salah satu wajib pajak yang membayar pajak terbesar dalam penerimaan negara. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa, Subjek pajak badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap lainnya.. 2.3 Agresivitas Pajak Agresivitas Pajak sering kali terjadi di beberapa perusahaan baik perusahaan nasional maupun internasional. Tindakan agresivitas pajak ini dilakukan dengan adanya tujuan yang dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalkan pembayaran pajak. Tindakan agresivitas ini salah satunya dirancang sebagai tindakan manajerial untuk meminimalkan pembayaran pajak perusahaan melalui kegiatan agresif. Dengan melakukan agresivitas pajak, dampak langsung adalah terhadap penerimaan negara yang menjadi berkurang dari jumlah yang seharusnya. Salah satu cara untuk dapat. 30 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(45) melakukan penghematan pajak adalah dengan melakukan manajemen pajak melalui perencanaan pajak (tax planning). Menurut Pohan (2013), manajemen pajak adalah usaha menyeluruh yang dilakukan tax manager dalam suatu perusahaan atau organisasi agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien, dan ekonomis sehingga memberi kontribusi maksimum bagi perusahaan. Sedangkan perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak, dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang dilakukan (Suandy, 2016). Tujuan utama Tax Planning adalah mencari berbagai celah yang dapat ditempuh dalam koridor peraturan perpajakan, agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah minimal. Menurut Pohan (2013), dalam tax planning ada 3 macam cara yang dapat dilakukan wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya, yakni: 1.. Tax Avoidance adalah strategi dan teknik penghindaran pajak dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan.. 2.. Tax Evasion adalah startegi dan teknik penghindaran pajak yang dilakukan secara illegal dan tidak aman bagi wajib pajak, cara penyelundupan pajak kini bertentangan dengan ketentuan perpajakan, karena metode dan teknik yang digunakan tidak berada dalam koridor undang-undang dan peraturan perpajakan.. 31 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(46) 3.. Tax Saving adalah suatu tindakan penghematan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tanpa bertentangan denagn ketentuan perpajakan. Oleh karena itu banyak perusahaan yang melakukan penghematan pajak. melalui tax planning yang dapat membuat perusahaan membayar pajak kepada negara akan seminimal mungkin yang merupakan tindakan pajak agresif. Menurut Luke dan Zulaikha (2016), agresivitas pajak adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi kewajiban pajaknya. Sementara menurut Zuber (2007) dalam Jesica dan Toly (2014) menyatakan: “Between tax avoidance and tax evasion, there exist potential gray area of aggressiveness. This gray area exists because there are taxshelters beyond what is specifically allowed by the tax law and the tax law does not specifically address all possible tax transaction. A bright line does not exist between tax avoidance and tax evasion because neither term adequately describes all transactions. Therefore, aggressive transactions and decision-making may potentially become either tax avoidance or tax evasion issues.” Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan pajak agresif atau keputusan agresivitas pajak secara potensial dapat menjadi masalah penghindaran pajak maupun masalah penggelapan pajak. Sehingga perusahaan mempunyai strategi dan perencanaan pajak yang baik dan tentu saja harus sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku serta untuk mendorong perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan lain. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manajer atau perusahaan untuk pengambilan keputusan pasti akan memperhitungkan dampak baik dan buruknya atas tindakan yang dilakukan. Menurut Fahriani dan Priyadi (2016) terdapat keuntungan 32 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(47) dan kerugian dari tindakan agresivitas pajak. Ada tiga keuntungan dari agresivitas pajak, yaitu: 1.. Keuntungan berupa penghematan pajak yang akan dibayarkan perusahaan kepada negara, sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham dalam perusahaan menjadi lebih besar.. 2.. Keuntungan bagi manajer (baik langsung maupun tidak langsung) yang mendapatkan kompensasi dari pemilik/pemegang saham perusahaan atas tindakan pajak agresif yang dilakukannya.. 3.. Keuntungan bagi manajer adalah mempunyai kesempatan untuk melakukan rent extraction. Rent extraction adalah tindakan manajer yang dilakukan tidak untuk memaksimalkan kepentingan pemilik atau pemegang saham, melainkan untuk kepentingan pribadi (Kamila, 2014).. Sedangkan kerugian dari agresivitas pajak diantaranya adalah: 1.. Kemungkinan adanya penalty atau sanksi administrasi yang dikenakan oleh petugas pajak.. 2.. Rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak.. 3.. Penurunan harga saham dikarenakan pemegang saham lainnya mengetahui tindakan agresivitas pajak yang dijalankan manajer dilakukan dalam rangka rent extraction. Ada berbagai macam proksi yang digunakan untuk mengukur agresivitas pajak,. antara lain Effective Tax Rate (ETR), Book Tax Differences, Discretionary Permanent BTDs (DTAX), Unrecognize Tax Benefit, Tax Shelter Activity, dan Marginal Tax Rate. 33 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(48) Pengukuran agresivitas pajak ini dilakukan oleh peneliti terdahulu banyak menggunakan pengukuran agresivitas pajak ini dengan ETR. Effective Tax Rate adalah ukuran beban pajak perusahaan yang menunjukkan tingkat pajak yang dibayarkan atas laba perusahaan. ETR yang rendah dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut melakukan tindakan yang agresif terhadap pajak karena untuk meminimalkan pembayaran pajak yang terutang. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Beberapa peneliti seperti Hadi dan Mangoting (2014) dan peneliti lain seperti Sari (2017) menggunakan ETR untuk mengukur agresivitas pajak karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini (Kuriah dan Asyik, 2016):. 𝐸𝑇𝑅 =. 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘. Menurut IAI (2016), beban pajak (penghasilan pajak) adalah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba rugi pada suatu periode. Beban pajak penghasilan diungkapakan di income statement. Sedangkan pendapatan sebelum pajak untuk menghitung Effective Tax Rate (ETR) merupakan laba akuntansi. Menurut IAI (2016), laba akuntansi adalah laba atau rugi selama suatu periode sebelum dikurangi beban pajak. Pendapatan sebelum pajak diungkapkan 34 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(49) dibagian income statement. Menurut Kieso et al. (2014) “income before income tax is the total income before income tax” yang berarti laba sebelum pajak penghasilan adalah total pendapatan sebelum pajak penghasilan. Untuk mencari income before income tax yaitu sales or revenue dikurangi dengan cost of goods sold akan mendapatkan gross profit. Gross profit dikurangi dengan selling expenses, administrative or general expenses, dan other income and expense.. 2.4 Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut The World Business Council For Sustainable Development (WBCSD), definisi Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan adalahsatu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat lebih luas (Hadi, 2011 dalam Dewi dan Priyadi, 2013). Di Indonesia Corporate Social Responsibility (CSR) diatur dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi: 1.. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.. 2.. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai. 35 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(50) biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. 3.. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.. 4.. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Menurut Kuriah dan Asyik (2016), mendefinisikan Corporate Social. Responsibility (CSR) sebagai salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang menginginkan agar kegiatan usaha yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar dan berkesinambungan. Sedangkan menurut draft ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan (www.isoindonesiacenter.com). Sementara Nurhayati (2017), Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap perkembangan masyarakat atau lingkungan di sekitarnya untukdapat menciptakan kesejahteraan atau kehidupan yang lebih baik sehingga antara perusahaan dengan masyarakat dapat menjalin kerjasama yang saling memberikan keuntungan bersama. Menurut Pradnyadari dan Rohman (2015) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahaan untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal. Kondisi dunia untuk saat ini sangatlah tidak menentu seperti terjadinya global warming, kemiskinan yang 36 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(51) semakin meningkat, serta memburuknya kesehatan masyarakat yang memicu perusahaan untuk melakukan tanggung jawabnya. Corporate Social Responsibility (CSR). juga. dapat. diartikan. sebagai. komitmen. perusahaan. untuk. mempertanggungjawabkan dampak dari hasil operasi yang dilakukan dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungan. Selain itu, menurut Rindawati dan Asyik (2015) terdapat juga manfaat dari Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu mempertahankan dan mendongkrak reputasi citra merek perusahaan, mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial, mereduksi resiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan, membuka peluang pasar yang luas, mereduksi biaya, memperbaiki limbah dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, dan peluang untuk mendapatkan penghargaan. Pada dasarnya apabila perusahaan melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkesinambungan maka akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Keterlibatan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya dapat. meningkatkan. citra. perusahaan,. memperkuat. “brand”. perusahaan,. mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan, membedakan perusahaan dengan pesaingnya, menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh perusahaan, membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan, meningkatkan harga saham. Pengungkapkan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang 37 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(52) berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu, pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan proses yang digunakan untuk memberikan informasi terhadap dampak sosial dan lingkungan dan kegiatan ekonomi terhadap kelompok khusus yang dapat memberikan manfaat bagi masyaakat secara keseluruhan. Gray et al (1995) dalam Ratmono dan Sagala (2015) mendefinisikan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai proses pemberian informasi yang dirancang untuk melepaskan sosial akuntabilitas. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui media atau diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada stakeholder. Dengan adanya pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan perusahaan diharapkan semakin banyak masyarakat yang mengetahui tentang kegiatan sosial perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai sosial perusahaan. Securities Exchange Comission (SEC) dalam Nasir, Kurnia dan Hakri, (2013) menyatakan bahwa pengungkapan bertujuan untuk: 1.. Protective disclosure yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan terhadap investor dari perlakuan manajer yang kurang adil dan terbuka.. 2.. Informative disclosure yang bertujuan untuk memberikan informasi yang layak kepada pengguna laporan dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya laporan pertanggungjawaban sosial, masyarakat akan. mengetahui aktivitas-aktivitas sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan. Informasi 38 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(53) yang berisi tentang aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) tercermin dalam pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaporkan perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dalam laporan keuangan perusahaan tahunan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berarti memuat semua informasi yang berhubungan dengan dampak positif atau negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan merupakan informasi yang relevan atau sesuai dengan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) yang sebenarnya dilakukan oleh perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai cara untuk mengkomunikasikan kepada stakeholder tentang kinerja sosial perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 Revisi 2009 paragraf kesembilan yang berbunyi (IAI, 2016) Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Pada umumnya perusahaan menggunakan konsep dari GRI (Global Reporting Initiative) sebagai acuan dalam penyusunan pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR). Global Reporting Initiative merupakan sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka 39 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

(54) laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia. Laporan berkelanjutan merupakan laporan yang diterbitkan oleh perusahaan atau organisasi dan berisi hal-hal mengenai ekonomi, lingkungan, dampak sosial yang ditimbulkan akibat kegiatan operasional perusahaan. Laporan berkelanjutan juga berisi nilai organisasi (organization’s value) dan model tata kelola organisasi, serta menunjukan hubungan antara startegi organisasi dan komitmen organisasi terhadap ekonomi berkelanjutan secara global. Global Initiative Reporting memiliki indikator yang memberikan informasi tentang kinerja atau dampak di bidang ekonomi, lingkungan, dan sosial dari suatu organisasi terkait dengan aspek materialnya (www.globalreporting.org). Rumus untuk menghitung pengungkapan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah (Jessica dan Toly, 2014):. 𝐶𝑆𝑅𝐼𝑗 =. Σ𝑋𝑦𝑖 𝑛𝑖. Indeks pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dihitung dengan menggunakan jumlah item pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan total indikator. Berdasarkan pedoman Global Reporting Initiative (GRI) G4, terdapat 91 item (9 item indikator ekonomi (economic), 34 item indikator lingkungan (environment), 16 item indikator tenaga kerja (labor practices and decent work), 12 item indikator hak asasi manusia (human rights), 11 item indikator masyarakat (community), 9 item indikator produk (product)) yang tersebar dalam 6 kategori. 40 Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi Prekon disi Prosedur Pengujian Masu kan Keluar- an yang Diharap- kan Kriteria Evaluasi Hasil Hasil yang didapat Kesim pulan Pengujian login Tampil- an

Peneliti mengulang penjelasan sebagaimana pertemuan biasanya. Setelah penjelasan dirasakan cukup, kemudian peneliti membentuk kelom- pok menjadi empat dan masing-

Dari hasil penelitian terhadap siswa SD Inpres Tiwoho yang berusia 9-12 tahun dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara promosi kesehatan

Tempat yang digunakan dalam penelitian adalah untuk pembuatan serbuk daun kelor dilakukan di Perkebunan daun kelor Blora Jawa Tengah, selanjutnya menjadikan

Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

“Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa

Menurut Sugiyono (2013: 275) analisis regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan keadaan (naik turunnya) variabel dependen, jika dua atau lebih variabel

Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan suatu masyarakat adii dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila dar. Sebagai negara berkembang Indonesia