• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Dari Pembatalan Perjanjian Jual beli Hak Milik Atas Tanah

PERLINDUNGAN HUKUM DENGAN DIBATALKANNYA PERJANJIAN JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH

4.1 Akibat Hukum Dari Pembatalan Perjanjian Jual beli Hak Milik Atas Tanah

Suatu perbuatan hukum untuk menyatakan batalnya, maka dikenal istilah-istilah “batal demi hukum”, “membatalkannya” sesuai dengan Pasal 1449 KUHPerdata, “menuntut pembatalan” sesuai dengan Pasal 1450 KUHPerdata, “pernyataan batal” sesuai dengan Pasal 1451-1452 KUHPerdata, “gugur” sesuai dengan Pasal 1545 KUHPerdata, “gugur demi hukum” sesuai dengan Pasal 1553 KUHPerdata. Ajaran kebatalan berlaku atas semua perbuatan hukum baik perbuatan hukum berganda maupun tindakan hukum sepihak.

Dengan menyatakan suatu perbuatan hukum batal, berarti bahwa karena adanya cacat hukum mengakibatkan tujuan perbuatan hukum tersebut menjadi tidak berlaku. Akibat kebatalan berlaku pula terhadap beding yang batal, keputusan yang batal atau wasiat yang batal. Pada perbuatan hukum dapat mengandung cacat yang

sifat cacat tersebut dapat berbeda-beda. Dengan adanya cacat yang berbeda menimbulkan sanksi yang berbeda pula. Perbedaan utama mengenai kebatalan adalah batal demi hukum (van rechtswege nietig) dan dapat dibatalkan (vernietigbaar).

Dalam suatu keadaan tertentu dengan adanya cacat tertentu dalam suatu perjanjian maka diberi sanksi batal demi hukum. Perbuatan hukum tersebut oleh undang-undang tidak mempunyai akibat hukum sejak terjadinya perbuatan hukum tersebut. Perbuatan hukum yang mengandung cacat namun penentuan apakah perbuatan hukum tersebut menjadi sah atau batal tergantung pada keinginan orang tertentu menyebabkan perbuatan hukum tersebut dapat dibatalkan.

Pengertian pembatalan ini mengandung dua macam kemungkinan alasan yaitu pembatalan karena tidak memenuhi syarat subyektif dan pembatalan karena adanya wanprestasi dari debitur. Pembatalan dapat dilakukan dengan tiga syarat yakni :

1. Perjanjian harus bersifat timbal balik 2. Harus ada wanprestasi

3. Harus ada putusan hakim.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian mengenai pembatalan yaitu “suatu proses, cara, perbuatan membatalkan, atau suatu pernyataan batal”. Suatu akta merupakan suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dapat dijadikan bukti bahwa ada suatu peristiwa dan ditandatangani.

Pembatalan akta Notaris dalam hal ini perjanjian jual beli dengan Putusan Pengadilan Negeri dimulai dengan proses pemeriksaan perkara di Pengadilan yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat. Ketua Majelis Hakim

yang ditunjuk dalam menangani perkara gugatan perdata pembatalan perjanjian jual beli hak milik atas tanah akan menentukan hari dan jam perkara untuk diperiksa di depan persidangan. Semua perkara persidangan ialah termasuk kekuasaan atau wewenang hakim yang memutuskannya. Hakim serta pengadilan merupakan alat perlengkapan dalam suatu negara hukum yang ditugaskan menetapkan hubungan hukum yang sebenarnya antara dua pihak yang terlibat dalam perselisihan atau persengketaan.

Hak dan kewajiban hukum yang dilahirkan dari perbuatan hukum yang disebut dalam akta Notaris, hanya mengikat pihak-pihak dalam akta itu, dan apabila terjadi sengketa mengenai isi perjanjian, maka Notaris tidak terlibat dalam pelaksanaan kewajiban dan dalam menuntut hak, karena Notaris berada diluar perbuatan hukum pihak-pihak tersebut. Akta Notaris sebagai akta otentik yang memiliki kekuatan bukti lengkap dan telah mencukupi batas minimal alat bukti yang sah tanpa lagi diperlukan alat bukti lain dalam suatu sengketa hukum perdata dapat mengalami degradasi kekuatan bukti dari kekuatan bukti lengkap menjadi permulaan pembuktian dan dapat memiliki cacat yuridis yang menyebabkan kebatalan atau ketidak absahannya. Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris diberikan kewenangan untuk menuangkan semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang dikehendaki oleh para pihak atau pihak-pihak yang sengaja datang menghadap kepada Notaris untuk mengkonstantir keterangan itu dalam suatu akta otentik dan agar akta yang dibuatnya memiliki kekuatan bukti yang sempurna.

Seorang Notaris memiliki kewajiban untuk memenuhi semua ketentuan yang terkandung dalam Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN) dan peraturan perundang-undangan lainnya. Menjadi sangat penting untuk seorang Notaris mengetahui dan memahami syarat-syarat otentitas, keabsahan dan sebab-sebab kebatalan suatu akta Notaris, sangat penting untuk menghindari secara preventif adanya cacat yuridis dalam suatu akta yang dibuatnya yang dapat mengakibatkan hilangnya otentitas hingga batalnya akta Notaris tersebut.

Suatu akta Notaris yang batal sebagai akta otentik, maka akta tersebut masih berfungsi sebagai akta dibawah tangan, apabila akta tersebut ditandatangani oleh para pihak, sepanjang berubahnya status dari akta otentik menjadi akta dibawah tangan tersebut tidak mendatangkan kerugian, maka Notaris tersebut tidak dapat dituntut, sekalipun Notaris yang bersangkutan menjadi kehilangan nama baiknya. Berdasarkan uraian diatas menurut hemat penulis dapat diketahui bahwa suatu akta yang disebut sebagai akta otentik adalah alat bukti yang mengikat, dan alat bukti yang sempurna dalam arti bahwa hal-hal yang dicantumkan dalam akta tersebut harus dapat dianggap benar oleh hakim sepanjang ketidakbenaran atas akta tersebut tidak dapat dibuktikan.

Adapun pembatalan perjanjian jual beli membawa akibat hukum sebagai berikut:

1. Perjanjian berakhir dan sepanjang diperlukan kedua belah pihak melepaskan diri dari apa yang ditetapkan dalam Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata, dan Pihak Penjual wajib untuk mengembalikan uang yang telah dibayarkan oleh Pihak Pembeli setelah dipotong beberapa persen dari harga jual tanah dan

bangunan tersebut sebagai pengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh Pihak Penjual ditambah denda yang harus dibayar oleh Pihak Pembeli kepada Pihak Penjual. Pengembalian uang oleh Pihak Penjual kepada Pihak Pembeli dilakukan selambat-lambatnya dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, misalnya 21 (dua puluh satu hari) hari setelah tanah dan bangunan tersebut terjual kepada pihak lain.

2. Para pihak dapat dikenakan denda yang besarnya telah disepakati dari jumlah yang harus dibayar pembeli kepada penjual atau pembeli, untuk tiap-tiap hari keterlambatan. Denda tersebut harus dibayar dengan seketika dan sekaligus. Tanggung jawab seseorang atas apa yang dibuatnya tentunya merupakan kewajiban masing-masing individu tersebut. Akibat hukum dari putusan yang dijatuhkan oleh pengadilan dalam hal ini Notaris tidak bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pihak yang kalah dalam perkara ini, dan Notaris tidak dapat dituntut atas kerugian biaya pembuatan akta yang telah dibuatnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, salah satu kasus pembatalan PJB yang dibahas dalam tesis ini yaitu dengan menganalisa Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No. 05/Pdt.G/2007/PN.Dps. tertanggal 13 Agustus 2007 dengan Penggungat yaitu pihak pembeli dalam hal ini RIZALDY DECIDERUS WATRUTY, umur 39 Tahun, pekerjaan swasta, beralamat di Jalan Kerta Rahayu No. 57 Suwung, Denpasar, Bali, yang selanjutnya disebut PENGGUGAT. Melawan penjual dalam hal ini yaitu : REINTA SORTARIA ARIA SITOMORANG, umur 56

Tahun, pekerjaan swasta, beralamat Banjar Seseh, Kelurahan Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

TENTANG DUDUKNYA PERKARA:

Menimbang:

1. Bahwa pada bulan April 2005, Penggugat bertemu dengan Tergugat dan Tergugat menceritakan bahwa Tergugat mempunyai beberapa bidang tanah seluas 2,8 Hektar yang terletak di Kecamatan Mengwi, Desa Munggu, Kabupaten Badung dan Tergugat berniat untuk menjual tanah tersebut dengan harga Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah) per 100 m2.

2. Bahwa setelah Penggugat melihat lokasi tanah tersebut mempunyai prospek yang bagus untuk membangun usaha villa, maka Penggugat berniat untuk membeli tanah tersebut dan setelah mengadakan pertemuan dengan Tergugat maka disepakati harga jual tanah tersebut sebesar Rp. 85.000.000,- (delapan puluh lima juta rupiah) per 100 m2 dengan pembayaran secara bertahap selama 4 kali dalam waktu 6 bulan dengan total pembayaran sebesar Rp. 23.406.000.000,- (dua puluh tiga milyar empat ratus enam juta rupiah).

3. Bahwa pada tanggal 2 Mei 2005, Penggugat dan Tergugat melakukan Perikatan Jual beli di Notaris Fransisca Theresa Nilawati, SH yang beralamat di Jalan Patimura No. 7 Denpasar terhadap tanah-tanah milik Tergugat yaitu:

a. Tanah Hak Milik No. 985/Desa Buduk seluas 5100 m2. b. Tanah Hak Milik No. 430/Desa Buduk, seluas 1.900 m2. c. Tanah Hak MilikNo. 431/Desa Buduk, seluas 2.050 m2

d. Tanah Hak MilikNo. 464/Desa Buduk, seluas 5.600 m2 e. Tanah Hak MilikNo. 465/Desa Buduk, seluas 1.450 m2 f. Tanah Hak Milik No. 495/Desa Buduk, seluas 1350 m2 g. Tanah Hak Milik No. 496/Desa Buduk, seluas 2650 m2 h. Tanah Hak Milik No. 497/Desa Buduk, seluas 2.650 m2 i. Tanah Hak MilikNo. 498/Desa Buduk, seluas 4.600 m2

Dan pada tanggal seperti tersebut diatas juga telah dilakukan pembayaran uang muka sebesar Rp. 1.365.000.000,- (satu milyar tiga ratus enam puluh lima juta rupiah);

4. Bahwa setelah ikatan jual beli yang dilakukan di Notaris pada tanggal 2 Mei 2005, Penggugat melakukan pembayaran tahap pertama pada tanggal 8 Juni 2005 sebesar Rp. 9.262.500.000,- (sembilan milyar dua ratus enam puluh dua juta lima ratus ribu rupiah);

5. Bahwa pada tanggal 30 Agustus 2005, Penggugat melakukan pembayaran tahap kedua sebesar Rp. 4.631.250.000,- (empat milyar enam ratus tiga puluh satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian pada tanggal 19 Oktober 2005, Penggugat melakukan pembayaran sebesar Rp. 2. 431.250.000 (dua milyar empat ratus tiga puluh satu ribu dua ratus lima puluh ribu rupiah), kemudian pada tanggal 30 Oktober 2005, Penggugat melakukan pembayaran sebesar Rp. 2.200.000.000,- (dua milyar dua ratus juta rupiah), selanjutnya pada tanggal 21 Desember 2005 kembali Penggugat melakukan pembayaran sebesar Rp. 1.852.500.000,- (satu milyar delapan ratus lima puluh dua juta lima ratus

ribu rupiah). Bahwa pada tanggal 2 Februari 2006, Penggugat melakukan pembayaran sebesar Rp. 3.051.476.025,- (tiga milyar lima puluh satu juta empatratus tujuh puluh enam ribu dua puluh lima rupiah). Dan terakhir Penggugat melakukan pembayaran pada tanggal 5 Mei 2006 sebesar Rp. 2.628.112.500,- (dua milyar enam ratus dua puluh delapan juta seratus dua belas ribu lima ratus rupiah). Sehingga total pembayaran yang telah dilakukan Penggugat adalah sebesar Rp. 27.422.088.525 (dua puluh tujuh milyar empat ratus dua puluh dua juta delapan puluh delapan ribu lima ratus dua puluh lima rupiah).

6. Bahwa keterlambatan yang dilakukan oleh Penggugat kepada Tergugat seperti yang diatur dalam Perjanjian Jual beli tidak sesuai, namun hal tersebut telah disetujui dan disepakati oleh Tergugat terbukti dengan diterimanya pembayaran oleh Tergugat.

7. Bahwa terhadap keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh Penggugat,

Penggugat mendapat pinalty terhadap keterlambatan sebesar Rp.

4.016.088.525,- (Empat milyar enam belas juta delapan puluh delapan ribu lima ratus dua puluh lima rupiah).

8. Bahwa oleh karena Penggugat telah melakukan pelunasan pembayaran seharusnya tergugat menyerahkan sertifikat tanah-tanah tersebut diatas kepada Penggugat, namun sampai saat ini sertifikat-sertifikat tanah tersebut belum diserahkan kepada Penggugat, yang mana Sertifikat tersebut masih di Notaris Francisca Theresa Nilawati, SH.,

9. Bahwa penggugat sudah berusaha mencari Tergugat sesuai dengan alamat yang tercantum di Perjanjian Jual beli, namun sampai saat ini keberadaan Tergugat belum diketahui

10. Bahwa penggugat sudah berusaha untuk menghubungi Tergugat, namun sampai sekarang belum memperoleh informasi dimana keberadaan tergugat;

11. Bahwa oleh karena Penggugat telah melakukan pembayaran lunas, maka sudah sepantasnya sertifikat tanah-tanah tersebut diatas diserahkan oleh Tergugat kepada Penggugat melalui Notaris Francisca dan juga dibuatkan akta Jual belinya.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Penggugat memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Denpasar berkenan menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan hukum bahwa Perjanjian Jual beli antara Penggugat dan Tergugat yang dilakukan di Notaris Francisca Theresa Nilawati, SH adalah lunas dan sah;

3. Menyatakan hukum agar Tergugat menyerahkan Sertifikat Tanah Hak Milik yaitu: Tanah Hak Milik No. 985 seluas 5100 m2, Tanah Hak Milik No. 430 seluas 1900 m2, Tanah Hak Milik No. 431 seluas 2050 m2, Tanah Hak Milik No. 464 seluas 5600 m2, Tanah Hak Milik No. 465 seluas 1450 m2, Tanah Hak Milik No. 495 seluas 3500 m2, Tanah Hak Milik No. 496 seluas 1350 m2,

Tanah Hak Milik No. 497 seluas 2650 m2, Tanah Hak Milik No. 498 seluas 4600 m2 kepada Penggugat melalui Notaris Francisca Theresa Nilawati, SH; 4. Menghukum tergugat untuk membayar uang paksa (Dwangsom) kepada

Penggugat sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap hari keterlambatannya menyerahkan sertifikat-sertifikat diatas;

5. Menyatakan hukum bahwa putusan Pengadilan Negeri Denpasar tersebut dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun Tergugat mengajukan Verset, Banding, Kasasi ataupun mengajukan Peninjauan Kembali;

6. Menghukum Tergugat untuk membayar semua biaya perkara yang timbul dalam perkara ini;

Menimbang, bahwa pada sidang yang telah ditetapkan pihak Penggugat datang menghadap kuasa hukumnya dipersidangan, sedangkan pihak Tergugat tidak pernah hadir dipersidangan padahal sudah diumumkan melalui Sekretaris Kabupaten Badung sesuai surat pengumuman panggilan masing-masing tanggal 26 Januari 2007,

tanggal 6 Februari 2007 dan tanggal 22 Februari 2007, Nomor :

05/Pdt.G/2007/PN.Dps.

Menimbang bahwa oleh karena Tergugat telah dipanggil secara patut tetapi tidak pernah hadir dipersidangan tanpa alasan yang sah, sehingga Tergugat dianggap tidak menggunakan hak nya untuk itu, maka sidang tetap dilanjutkan tanpa hadirnya pihak Tergugat.

Menimbang bahwa selanjutnya pemeriksaan dimulai dengan pembacaan surat gugatan Penggugat, yang atas pertanyaan Hakim Ketua, Kuasa Hukum Penggugat menyatakan tetap pada gugatannya tersebut.

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA:

Atas gugatan yang diajukan oleh Penggugat dan setelah memeriksa bukti-bukti dan saksi-saksi dalam persidangan, maka :

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti yang telah dipertimbangkan tersebut diatas maka telah terbukti fakta-fakta hukum sebagaimana yang didalilkan Penggugat dalam gugatannya sehingga dapat menguatkan dalil-dalil gugatan Penggugat dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gugatan Penggugat beralasan hukum sehingga gugatan Penggugat dalam petitum No. 1 dapat dikabulkan;

Menimbang, bahwa mengenai gugatan Penggugat dalam petitum No. 2 oleh karena dalam petitumnya Penggugat juga mohon putusan seadil-adilnya maka petitum No. 2 tersebut dikabulkan dengan perbaikan redaksi seperlunya sebagaimana termuat dalam amar putusan ini;

Menimbang, bahwa mengenai petitum No. 4 tentang Dwangsom Majelis akan mempertimbangkan sebagai berikut ini :

- Bahwa sebagaimana yang didalilkan oleh Penggugat bahwa sertifikat-sertifikat tanah sengketa sekarang ini ada di simpan di Notaris T. Francisca Teresa Nilawati, SH., yaitu di Notaris ditempat dibuatnya Perjanjian Jual beli antara Penggugat dan Tergugat dan begitu pula sesuai dengan bukti yaitu Surat Keterangan dari Notaris T. Francisca Teresa Nilawati, SH., yang

menerangkan bahwa benar asli dari Sertifikat tersebut masih tersimpan di tempat Notaris tersebut;

- Bahwa oleh karena itu gugatan Penggugat dalam petitum No. 4 tersebut tidak relevan untuk dikabulkan sehingga harus dinyatakan ditolak;

- Menimbang bahwa mengenai petitum gugatan No. 5 yaitu agar putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, sesuai dengan fakta-fakta hukum yang terungkap dalam persidangan dan berdasarkan ketentuan Pasal 180 HIR/191 Rbg begitu pula untuk prinsip kehati-hatian, maka Majelis memandang tuntutan agar putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu tidak beralasan untuk dikabulkan

- Bahwa oleh karena itu gugatan penggugat dalam petitum No. 5 dinyatakan ditolak.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas maka gugatan penggugat dikabulkan sebagain, sehingga biaya perkara harus dibebankan kepada Tergugat;

Mengingat dan memperhatikan segala ketentuan dan peraturan Per undang-undangan yang bersangkutan:

MENGADILI:

1. Menyatakan Tergugat telah dipanggil secara patut, tidak hadir tanpa alasan yang sah;

3. Menyatakan hukum bahwa Perjanjian Jual beli No. 5 tanggal 15 Mei 2005 antara Penggugat dan Tergugat yang dilakukan di Notaris Francisca Teresa Nilawati, SH adalah LUNAS DAN SAH;

4. Menghukum Tergugat atau siapa saja yang menguasai Sertifikat-Sertifikat tanah hak milik yaitu: Tanah Hak Milik No. 985 seluas 5100 m2, Tanah Hak Milik No. 430 seluas 1900 m2, Tanah Hak Milik No. 431 seluas 2050 m2, Tanah Hak Milik No. 464 seluas 5600 m2, Tanah Hak Milik No. 465 seluas 1450 m2, Tanah Hak Milik No. 495 seluas 3500 m2, Tanah Hak Milik No. 496 seluas 1350 m2, Tanah Hak Milik No. 497 seluas 2650 m2, Tanah Hak Milik No. 498 seluas 4600 m2, untuk menyerahkan sertifikat-sertifikat tersebut kepada Penggugat;

5. Menghukum pula kepada Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 289.000,- (dua ratus delapan puluh sembilan ribu rupiah);

6. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya.

Berdasarkan uraian mengenai Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No. 05/Pdt.G/2007/PN.Dps tertanggal 13 Agustus 2007 tersebut dapat diketahui bahwa pembeli dalam hal ini Rizaldy Deciderus Watruty menuntut agar segera Perjanjian Perjanjian Jual beli yang telah dibuat sebelumnya dengan pihak Penjual yaitu Reinta Sortaria Situmorang tersebut dibuatkan Akta Jual beli karena Rizaldy menyatakan telah membayar Lunas dan Sah atas tanah-tanah yang diperjual belikan tersebut. Putusan pengadilan ini dikabulkan sebagian dengan verstek. Atas putusan pengadilan ini, maka pihak penjual yaitu Reinta Sortaria Situmorang mengajukan perlawanan

dengan menggugat pihak Rizaldy Deciderus Watruty sebagaimana yang diputuskan oleh Pengadilan Negeri Denpasar dalam Putusan No. 05/Pdt.Plw/2007/PN.Dps tertanggal 9 Agustus 2010, dengan Reinta Sortaria Situmorang sebagai Pelawan dan Rizaldy Deciderus Watruty sebagai Terlawan. Dalam putusan ini dapat diketahui bahwa :

TENTANG DUDUKNYA PERKARA:

Menimbang, bahwa Pelawan sebagai dasar perlawanannya itu telah mengemukakan sebagai berikut:

- Bahwa amar putusan verstek Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 05/Pdt.G/2007/PN.Dps., tanggal 13 Agutus 2007 diputus dengan tidak hadirnya Pelawan (Tergugat Asal).

- Bahwa berdasarkan Pasal 153 ayat (2) Rbg (Pasal 129 ayat 2 HIR) terdapat 3 (tiga) klasifikasi tenggang waktu untuk mengajukan perlawanan (Verzet) terhadap putusan verstek, yaitu :

1) Dalam tenggang waktu 14 hari sesudah putusan;

2) Sampai hari kedelapan sesudah peringatan (Aanmaning); 3) Sampai hari kedelapan sesudah dijalankannya eksekusi;

Lebih lengkap Pasal 153 ayat 2 Rbg (Pasal 129 ayat 2 HIR) berbunyi sebagai berikut:

“(2) jika pemberitahuan putusan itu telah diterima oleh orang yang dikalahkan itu sendiri, maka perlawanan dapat dilakukan dengan tenggang waktu empat belas hari setelah pemberitahuan itu. Bila surat keputusan itu disampaikan

tidak kepada orang yang dikalahkan itu sendiri, maka perlawanan dapat diajukan sampai dengan hari kedelapan setelah diperingatkan menurut Pasal 207, atau bila ia tidak datang menghadap untuk diberitahu meskipun telah dipanggil dengan sepatutnya, terhitung sampai dengan hari kedelapan setelah perintah tertulis seperti tersebut dalam Pasal 208 dilaksanakan.”

- Bahwa pelawan (Tergugat Asal) tidak pernah menerima dan mengetahui baik tentang adanya Surat Penggilan Sidang dalam pemeriksaan perkara maupun menerima pemberitahuan putusan secara langsung dari Pengadilan Negeri Denpasar karena Pelawan (Tergugat Asal) telah tidak tinggal tetap pada alamat di Bali sebagaimana disebut dalam gugatan dan putusan akan tetapi bertempat tinggal di Tangerang, Banten, sehingga berdasarkan Pasal 153 ayat (2) Rbg (Pasal 129 ayat 2 HIR) tersebut Pelawan (Tergugat Asal) masih memiliki hak hukum untuk mengajukan keberatan berupa perlawanan (verzet) terhadap putusan Pengadilan Negeri Denpasar tersebut;

- Bahwa pelawan (Tergugat asal) telah menghadiri sidang Tegoran/Aanmaning pada tanggal 26 November 2009 di Pengadilan Negeri Denpasar, oleh karenanya perlawanan (verset) ini diajukan masih dalam tenggang waktu 8 (delapan) hari sejak peringatan (Aanmaning) diberikan sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 153 ayat (2) Rbg (Pasal 129 ayat 2 HIR) sehingga perlawanan (verzet) ini berdasar hukum dan patut untuk diterima.

- Bahwa perlawanan (verzet) ini diajukan berdasarkan alasan-alasan hukum sebagai berikut: