• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan. Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran langsung (out of pocket) yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan menjadi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya.

Di Indonesia, ada dua kelompok peserta jaminan pemeliharan kesehatan yaitu kelompok penduduk non maskin yang membayar sendiri premi jaminan pemeliharaan kesehatannya dan kelompok maskin yang ditanggung oleh pemerintah. Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012, kepesertaan jaminan kesehatan penduduk non maskin sebesar 65,52%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 (36,18%).

Sedangkan untuk masyarakat miskin, pemerintah menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), di mana semua biaya pemeliharaan kesehatan untuk masyarakat miskin ini semua ditanggung oleh pemerintah. 0 20 40 60 80 Cakupan 18,09 19,37 21,59 36,18 65,52 2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 4.29 Cakupan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Non Maskin Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2012

Selain jamkesmas, banyak kabupaten/kota yang menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan tujuan agar masyarakat miskin yang belum tercakup jamkesmas bisa tercakup jamkesda. Kepesertaan jeminan pemeliharaan untuk masyarakat miskin di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 sebesar 48,40% dari total penduduk.

Kepesertaan jaminan kesehatan terdiri dari: Askes (5,78%), Jamsostek (3,89%), Askeskin/Jamkesmas (42,53%), Jamkesda (108,92%) dan lain-lain (15,36%). 4,5 0,9 42,5 2,5 17,7 Askes Jamsostek Askeskin/Jamkesmas Jamkesda Lainnya

Gambar 4.30 Cakupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mencanangkan “Universal Coverage” kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan pada tahun 2014 yang berarti bahwa seluruh penduduk di Indonesia pada tahun 2014 harus memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Terdapat dua cara pembayaran premi yaitu untuk masyarakat non miskin premi dibayar sendiri oleh peserta, sedangkan untuk masyarakat miskin, premi dibayarkan oleh pemerintah.

2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin

Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan di Puskesmas meliputi rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama, persalinan normal di Puskesmas dan jaringannya, pelayanan gawat darurat, dan pelayanan transport untuk rujukan bagi pasien. Sedangkan pelayanan di rumah sakit meliputi rawat jalan tingkat lanjut, rawat

inap tingkat lanjut, pelayanan obat dan bahan habis pakai, pelayanan penunjang medik, serta pelayanan tindakan dan operasi.

Jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin pada tahun 2012 sebanyak 12.447.383 orang. Masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di sarana pelayanan strata 1 sebesar 4.240.569 (34,07%) sedangkan di sarana pelayanan strata 2 dan strata 3 sebesar 699.143 (5,62%).

3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin

Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit. Selain mendapatkan pelayanan rawat jalan juga mendapatkan rawat inap.

Jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin sebanyak 12.447.383, mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di sarana kesehatan strata 1 sebanyak 296.582 (2,49%) sedangkan di sarana kesehatan 2 dan 3 sebanyak 312.882 (2,70%).

4. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan

Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan ini meliputi kunjungan rawat jalan di Puskesmas, kunjungan rawat jalan di rumah sakit, dan kunjungan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan lain. Cakupan kunjungan rawat jalan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 97,61%.

Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat inap ini meliputi kunjungan rawat inap di Puskesmas, kunjungan rawat inap di rumah sakit, dan kunjungan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan lain. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 5,88%.

5. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan

Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya.

Data yang masuk untuk pelayanan kesehatan jiwa di RS berasal dari Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Umum yang mempunyai klinik jiwa. Permasalahan yang ada saat ini adalah tidak semua Rumah Sakit Umum mempunyai pelayanan klinik jiwa karena belum tersedia tenaga medis jiwa dan tidak banyak kasus jiwa di masyarakat yang berobat di sarana pelayanan kesehatan. Dari permasalahan tersebut, upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan pembinaan program kesehatan jiwa di sarana kesehatan pemerintah dan swasta, pelatihan/refreshing bagi dokter dan paramedis Puskesmas terutama upaya promotif dan preventif, serta meningkatkan pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan program kesehatan jiwa.

Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 2012 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 224.617, mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 yang mencapai 198.387 kunjungan. Kunjungan terbanyak di rumah sakit yaitu 138.399 kunjungan (61,62%).

6. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit

a. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS / Gross

Death Rate (GDR)

Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS/GDR (Gross Death Rate) berguna untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan di Rumah Sakit. Semakin rendah GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka yang dapat ditolerir untuk GDR ini maksimum 45.

GDR rata-rata di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 59,4, berarti melebihi angka yang dapat ditolerir. Hal ini merupakan penurunan bila dibandingkan tahun 2011 dimana angka GDR masih berada pada nilai yang bisa ditolerir yaitu 34,01. Dari 197 RS yang melapor, sebanyak 31 rumah sakit mempunyai nilai GDR melebihi angka yang dapat ditolerir (kurang baik).

b. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death

Rate (NDR)

Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit, berarti bahwa mutu pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin baik. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per 1.000 penderita keluar. Rata-rata NDR di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 29,7, berarti sudah melampaui batas yang bisa ditolerir dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan NDR tahun 2011 sebesar 17,07.

Dari 186 rumah sakit yang melapor, sebanyak 22 rumah sakit mempunyai nilai NDR melebihi angka yang dapat ditolerir. Berdasarkan data GDR dan NDR tersebut berarti pada tahun 2012 terjadi penurunan mutu pelayanan atau perawatan di rumah sakit sehingga diperlukan pembinaan lebih lanjut.

7. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit

Dalam menentukan peningkatan sarana rumah sakit, indikator yang digunakan antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan, diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidur serta rasio terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2012 jumlah rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah menurut jenis dan kepemilikannya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Rumah Sakit di Provinsi Jawa Tengah menurut jenis dan pemilikan Tahun 2012

Jenis Pem Pemilikan/Pengelola

Pusat Pem Prov Kab/Kota Pem TNI/Polri BUMN Swasta Jml

RSU 2 4 45 10 1 131 193 RSJ 1 3 0 0 0 2 6 RSB 0 0 1 0 0 11 12 RSK lainnya 2 0 0 1 0 49 52 JML : 5 7 46 11 1 193 263

Pada tahun 2012 jumlah keseluruhan rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 263, bertambah 16 rumah sakit dari tahun 2011.

a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR)

BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai kinerja rumah sakit dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%.

Pada tahun 2012, rata-rata BOR di Provinsi Jawa Tengah sebesar 59,1, sedikit di bawah BOR ideal. Dari 263 rumah sakit, 50 RS (19,01%) mempunyai tingkat pemanfaatan sangat tinggi diatas maksimal occupancy rate, 30 RS (11,41%) mempunyai BOR yang dianggap cukup ideal, 130 RS (49,43%) tingkat pemanfaatannya masih kurang, dan 53 RS (20,15%) tidak mengirimkan laporan.

b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay

(ALOS)

Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/Average Length of Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6 – 9 hari. Rata-rata lama rawat seorang pasien di RS se Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 adalah 4,0 hari, lebih rendah dari ALOS ideal. Dari 231 RS yang melapor, hanya 6 rumah sakit yang mempunyai nilai ALOS ideal, 7 rumah sakit mempunyai ALOS yang tinggi melebihi ALOS ideal, dan lainnya memnpunyai ALOS yang rendah dibawah 6.

Rumah Sakit yang memiliki ALOS ideal adalah RS Wiradadi Husada Banyumas, RS Sisma Medika Boyolali, RS Permata Blora, RSUD Kudus, dan

RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sedangkan yang mempunyai ALOS yang tinggi kebanyakan adalah Rumah Sakit Jiwa.

c. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval

(TOI)

TOI dan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Angka ideal untuk TOI adalah 1 – 3 hari. Rata-rata TOI di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 adalah 2,8 hari, berada dalam kisaran TOI ideal dan mengalami peningkatan efisiensi penggunaan tempat tidur dari tahun 2011 dimana TOI adalah 3,54 hari.

Dari 220 RS yang lapor, 130 RS mempunyai nilai TOI lebih tinggi dari pada nilai ideal, 18 RS mempunyai nilai TOI lebih kecil dari nilai ideal, dan 72 RS mempunyai nilai TOI ideal. Jumlah RS yang mempunyai nilai TOI ideal mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2011 di mana RS yang mempunyai TOI ideal sebanyak 86 RS.

Dokumen terkait