• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PERKEMBANGAN PELAYANAN DASAR PUBLIK

2.4. Bidang Infrastruktur

2.4.5. Akses terhadap Listrik

Rasio elektrifikasi adalah tingkat perbandingan jumlah rumah tangga yang menikmati listrik (PLN dan selain PLN) terhadap jumlah total rumah tangga di suatu wilayah. Secara umum, rasio elektrifikasi Provinsi Papua masih di bawah rata-rata nasional, tetapi untuk Provinsi Papua Barat sudah berada di atas rata-rata nasional. Rasio elektrifikasi di Tanah Papua diproyeksikan akan mencapai 100 persen pada 2024/2025, dan untuk wilayah Jawa-Bali pada 2021 (RUPTL dan RUKN, 2018).

Gambar 2.110. Rasio Elektrifikasi di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2011–2017 (dalam persen)

Sumber: PLN dan Kementerian ESDM, 2018

Bila melihat hasil survei yang dilakukan oleh BPS (2018), persentase rumah tangga yang mendapat sumber penerangan listrik baik dari PLN maupun non PLN, kedua provinsi di tanah Papua masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional.

Gambar 2.111 menunjukan bahwa Provinsi Papua berada di peringkat terbawah dalam skala nasional dengan persentase rumah tangga dengan penerangan non PLN sebesar 55,81% dan memiliki pola meningkat dari 2010-2017. Sementara Provinsi Papua Barat sudah mencapai 90,10% pada 2017 dan berada di peringkat 32 antara Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Gambar 2.111. Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Penerangan Listrik di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Provinsi Lainnya Tahun 2010–2017 (dalam persen)

Sumber: Susenas BPS, 2018

118 Sementara persentase rumah tangga dengan sumber penerangan listrik PLN, Provinsi Papua dan Papua Barat masih di bawah persentase nasional. Papua memiliki persentase sebesar 41,61%

dengan pola yang cenderung meningkat. Sementara Provinsi Papua Barat mencapai 78,15%

rumah tangga yang mendapatkan penerangan dari PLN.

Gambar 2.112. Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Penerangan Listrik dari PLN di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2000–2017 (dalam persen)

Sumber: Susenas BPS, 2018

Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya, secara peringkat nasional, Provinsi Papua berada di urutan 34 di bawah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat. Sedangkan Provinsi Papua Barat berada di peringkat 31 dengan persentase yang sudah mencapai 78,15%.

Gambar 2.113. Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Penerangan Listrik dari PLN di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Provinsi Lainnya Tahun 2010–2017 (dalam persen)

Sumber: Susenas BPS, 2018

Bila dihitung berdasarkan kinerja peningkatannya secara rata-rata per tahun selama 2010–2017, untuk mencapai eletrifikasi nasional, Provinsi Papua membutuhkan waktu sekitar 23 tahun dan Provinsi Papua Barat membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun saja.

119 Tabel 2.29. Kebutuhan Waktu untuk Menyamai Rata-rata Persentase Rumah Tangga dengan

Sumber Penerangan Listrik Nasional Tahun 2017

Provinsi Delta

Nusa Tenggara Timur (Peringkat 33) 24,81 3,54 5,86

Papua (Peringkat 34) 13,10 1,87 22,61

INDONESIA 3,99 0,57

Sumber: Hasil Pengolahan, 2018

Namun, apabila ingin mencapai 100 persen dan semua bersumber dari PLN, maka Provinsi Papua membutuhkan waktu sekitar 43 tahun dan Provinsi Papua Barat membutuhkan waktu sekitar 10 tahun.

Tabel 2.30. Kebutuhan Waktu untuk Menyamai Rata-rata Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Penerangan Listrik dari PLN Nasional Tahun 2017

Provinsi Delta Sulawesi Barat (Peringkat 32) 31,83 4,55 4,00 Nusa Tenggara Timur (Peringkat 33) 21,65 3,09 9,69

Papua (Peringkat 34) 8,78 1,25 43,37

INDONESIA 6,52 0,93

Sumber: Hasil Pengolahan, 2018

Dalam skala desa, Provinsi Papua masih memiliki lebih banyak desa yang tidak berlistrik jika dibandingkan dengan Provinsi Papua Barat (lihat Gambar 2.114). Meskipun mengalami kecenderungan peningkatan jumlah desa yang berlistrik setiap tahunnya untuk kedua provinsi.

Gambar 2.114. Jumlah Desa Berlistrik di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2010–2017 (Desa)

Sumber: PLN dan Kementerian ESDM, 2018

120 Jika dilihat pada grafik berikut, pola kecenderungan persentase desa berlistrik di Provinsi Papua mengalami peningkatan. Namun, di Provinsi Papua Barat, persentase desa berlistrik cenderung mengalami penurunan dan tidak mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan.

Gambar 2.115. Persentase Jumlah Desa Berlistrik di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2010–2017

Sumber: PLN dan Kementerian ESDM, 2018

2.4.6. Perumahan

Persentase kepemilikan rumah sendiri adalah persentase rumah tangga yang memiliki rumah sendiri. Pada 2017, Provinsi Papua Barat memiliki persentase kepemilikan rumah sendiri yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional dan Provinsi Papua. Sedangkan Provinsi Papua, nilainya sudah lebih besar dibandingkan dengan rata-rata nasional.

Gambar 2.116. Persentase Rumah Tangga dengan Kepemilikan Rumah Sendiri di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Provinsi Lainnya Tahun 2010–2017 (dalam persen)

Sumber: BPS, 2018

Bila dihitung berdasarkan kinerja peningkatannya secara rata-rata per tahun selama 2010–2017, untuk menyamai rata-rata persentase nasional, Provinsi Papua Barat membutuhkan waktu sekitar enam tahun.

121 Tabel 2.31. Kebutuhan Waktu untuk Menyamai Rata-rata Persentase Rumah Tangga dengan

Kepemilikan Rumah Sendiri Nasional Tahun 2017

Provinsi Delta

2010-2017

Rata-rata Delta per Tahun

Kebutuhan Waktu (Tahun)

Papua (Peringkat 15) -0,71 -0,10 0,00

Papua Barat (Peringkat 26) 8,39 1,20 6,30

Kep. Riau (Peringkat 33) -1,39 -0,20 0,00

DKI Jakarta (Peringkat 34) 3,14 0,45 69,73

INDONESIA 1,61 0,23

Sumber: Hasil Pengolahan, 2018

Persentase kepemilikan rumah sewa/kontrak adalah persentase rumah tangga yang tinggal dalam rumah sewa/kontrak. Pada 2017, Provinsi Papua Barat memiliki persentase kepemilikan rumah sewa/kontrak yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional dan Provinsi Papua.

Gambar 2.117. Persentase Rumah Tangga dengan Kepemilikan Rumah Sewa/Kontrak di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2010–2017

Sumber: BPS, 2018

Persentase lantai terluas bukan tanah adalah persentase rumah tangga yang tinggal dalam rumah dengan lantai terluas bukan tanah. Pada 2017, Provinsi Papua memiliki persentase rumah tangga dengan rumah lantai terluas bukan tanah yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional dan Provinsi Papua Barat.

122 Gambar 2.118. Persentase Rumah Tangga dengan Lantai Terluas Bukan Tanah di Provinsi

Papua dan Papua Barat Tahun 2010–2017 (Persen)

Sumber: BPS, 2018

Persentase rumah tangga dengan luas hunian per kapita ≤ 7,2 meter persegi adalah persentase rumah tangga yang tinggal dalam rumah dengan luas hunian per kapita ≤ 7,2 meter persegi. Pada 2017, Provinsi Papua memiliki persentase rumah tangga dengan status tersebut yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan Provinsi Papua Barat, namun jumlahnya cenderung menurun di kedua provinsi dalam delapan tahun terakhir.

Gambar 2.119. Persentase Rumah Tangga dengan Luas Hunian per Kapita ≤ 7,2 m2 di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2010–2017

Sumber: BPS, 2018

Akses rumah tangga pada hunian layak dan terjangkau di Provinsi Papua Barat lebih tinggi dibandingkan Provinsi Papua. Hal tersebut disebabkan daya beli masyarakat Provinsi Papua Barat lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi Papua. Harga rumah dan bahan bangunannya di Provinsi Papua Barat juga lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Papua, yang tecermin dalam nilai IKK.

123 Gambar 2.120. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Hunian Layak dan Terjangkau di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Provinsi Lainnya Tahun 2015–2017 (dalam persen)

Sumber: BPS, 2018