• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Pengangguran

BAB III. TINJAUAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN SOSIAL

3.5. Perkembangan Pengangguran

Jumlah pengangguran terbuka di Provinsi Papua pada Februari 2018 mengalami penurunan menjadi 53.818 jiwa (2,91 persen) dibandingkan periode sebelumnya. Angka pengangguran di Provinsi Papua jauh berada di bawah rata-rata nasional sebesar 5,33 persen. Berbeda dengan tren perkembangan pengangguran secara nasional, dinamika ketenagakerjaan di Provinsi Papua mengalami perkembangan yang fluktuatif setiap tahun. Jumlah investasi PMA dan PMDN yang masuk tidak secara signifikan memengaruhi penyerapan tenaga kerja, hal ini karena banyak investasi masuk berupa investasi padat modal dan teknologi. Di sisi lain, keahlian dan banyaknya pekerja asing maupun pekerja lokal dari provinsi lain menjadi salah satu faktor sulitnya penduduk asli Papua mendapatkan kesempatan kerja.

Gambar 3.9. Perkembangan Jumlah dan Persentase Pengangguran Terbuka di Provinsi Papua, 2012–2017

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018; Keterangan: *Februari 2018

148 Sebagian besar penduduk Papua bekerja pada sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan yang mencapai 1.163.328 jiwa. Jumlah pekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang besar ternyata tidak sebanding dengan kontribusinya terhadap PDRB. Dengan demikian patut diduga bahwa sebagian besar orang miskin Papua berada di sektor ini. Berbeda halnya dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertambangan dan penggalian, dengan jumlah serapan tenaga kerja 16.733 jiwa tetapi mampu menyumbang lebih dari 40 persen terhadap pembentukan PDRB. Kondisi ini menjelaskan, mengapa Provinsi Papua memiliki tingkat persentase kemiskinan yang tinggi.

Tabel 3.23. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua, 2017

No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah

1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 1.163.328

2 Pertambangan dan Penggalian 16.733

3 Industri Pengolahan 37.917

4 Listrik, Gas dan Air 1.632

5 Bangunan 41.363

6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 136.261

7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 53.297

8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan

Jasa Perusahaan 17.267

9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 231.233

Jumlah 1.699.071

Sumber: Papua dalam Angka, 2018

Angka pengangguran kabupaten/kota di Provinsi Papua pada 2017 menunjukkan bahwa Kota Jayapura menjadi kota dengan jumlah pengangguran tertinggi (16.369 jiwa), kemudian diikuti oleh Kabupaten Mimika (7.674 jiwa), dan Kabupaten Jayapura (6.736 jiwa). Sedangkan Kabupaten Yahukimo dan Yalimo merupakan kota dengan angka pengangguran terendah.

149 Gambar 3.10. Jumlah Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Provinsi Papua 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

Persentase tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Papua Barat juga mengalami penurunan dari 7,52 persen tahun 2017 menjadi 5,67 persen (2018). Akan tetapi, angka pengangguran tersebut masih di atas rata-rata nasional (5,13 persen). Menurunnya angka pengangguran itu sejalan dengan semakin baiknya kinerja sektor industri pengolahan maupun sektor pertambangan dan penggalian. Selama periode 2013–2018, jumlah pengangguran tertinggi terjadi pada 2015 dengan jumlah 33.409 jiwa atau terjadi penambahan 13.421 jiwa. Kondisi ini terjadi karena penurunan kinerja lapangan usaha sektor pertanian, perkebunan dan perikanan, sektor industri pengolahan, serta sektor pertambangan dan penggalian. Pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan, pengurangan penyerapan tenaga kerja disebabkan kondisi cuaca dan kurangnya fasilitas pendukung seperti saluran irigasi, pupuk subsidi, dan tempat penyimpanan serta adanya moratorium oleh menteri perikanan dan kelautan No.56/Permen-KP/2014 tentang penghentian sementara perizinan usaha perikanan tangkap. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertambangan dan penggalian juga mengalami pengurangan sebagai dampak penerapan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (Minerba) yang melarang melakukan ekspor mineral mentah ke luar negeri.

2,0000

150 Gambar 3.11. Perkembangan Jumlah dan Persentase Pengangguran Terbuka Provinsi

Papua Barat, 2013–2017

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018 Keterangan: *Februari 2018, (year on year)

Kondisi pengangguran di Provinsi Papua Barat hampir sama dengan Provinsi Papua, di mana sebagian besar penduduk Papua Barat juga bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan dengan jumlah 141.927 jiwa. Walaupu sebagian besar penduduk bekerja disektor ini, ternyata hanya mampu menyumbang PDRB Papua Barat relatif kecil, yaitu kurang dari 10 persen saja.

Tabel 3.24. Jumlah Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha, 2017

No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah

1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 141.927

2 Pertambangan dan Penggalian 10.002

3 Industri Pengolahan 21.771

4 Listrik, Gas dan Air 2.519

5 Bangunan 23.483

6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 71.200

7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 26.276

8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan,

Tanah dan Jasa Perusahaan 10.280

9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 95.068

Jumlah 402.526

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

Angka pengangguran kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2015. Terdapat sembilan kabupaten/kota yang mengalami penurunan angka pengangguran, yaitu Kota Sorong, Kabupaten Monokwari Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kota Manokwari, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Pegunungan Arfak, Kabupaten

151 Sorong, dan Kabupaten Teluk Wondama. Sementara empat kabupaten yang mengalami peningkatan angka pengangguran yakni Kabupaten Fakfak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Bintuni, dan Kabupaten Sorong Selatan. Kota Manokwari mengalami penurunan angka pengangguran cukup signifikan sebesar -3,90 persen, dari 6,58 persen (2015) menjadi 2,68 persen (2017). Persentase angka pengangguran tertinggi berada di Kota Sorong (13,54 persen) dan yang terendah berada di Kabupaten Tambrauw (0,44 persen).

Gambar 3.12. Persentase Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun 2017 (dalam persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

Bila membandingkan angka pengangguran terbuka di Provinsi Papua dan Papua Barat, kondisinya relatif sama saja dengan provinsi-provinsi lain di Sulawesi dan Maluku. Artinya angka pengangguran terbuka di Provinsi Papua dan Papua Barat biasa saja bahkan cenderung lebih rendah dibanding provinsi lain di Indonesia. Hal ini mengonfirmasi penelitian Suratman (1995) yang menunjukkan bahwa daerah terbelakang di Indonesia pada umumnya diwarnai angka pengangguran terbuka yang rendah sebagai akibat rendahnya kualitas tenaga kerja. Tenaga kerja kurang berkualitas cenderung menerima apa pun jenis pekerjaan dan berapa pun upah yang ditawarkan. Akibatnya, daerah terbelakang akan mengalami angka pengangguran yang rendah.

Tabel 3.25. Perbandingan Persentase Angka Pengangguran Terbuka Provinsi Papua dan Papua Barat dengan Provinsi lain di Sulawesi dan Maluku, 2013–2018

Provinsi 2013 2014 2015 2016 2017 2018

152

Sulawesi Barat 2,02 1,60 1,81 2,72 2,98 2,45

Maluku 6,97 6,59 6,72 6,98 7,77 7,38

Maluku Utara 5,50 5,65 5,56 3,43 4,82 4,65

Papua Barat 4,36 3,70 4,61 5,73 7,52 5,67

Papua 2,91 3,48 3,72 2,97 3,96 2,91

Indonesia 5,88 5,70 5,81 5,50 5,33 5,13

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

Menurut responden yang ditemui saat FGD di Sorong dan Jayapura, program yang memiliki daya ungkit besar untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran antara lain adalah pembangunan infrastruktur dasar, pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, serta pembentukan Bumdes sesuai potensi daerah.

Tabel 3.26. Program yang Punya Daya Ungkit Besar

Sumber: Data Primer, 2019