• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam sejarah, IDI turun kejalan baru dua kali. Pertama pada tanggal 27 November 2013 dalam memprotes dipenjaranya sejawat dr. Ayu di Manado. Yang kedua sekarang ini, ketika memprotes kebijakan pemerintah dalam menggoalkan Program Studi Dokter Layanan Primer. Banyak pertanyaan: mengapa IDI, sebagai organisasi profesi turun kejalan? Bukankah IDI sudah terlibat dalam penyusunan konsep DLP sejak awal?

PB IDI yang meski ikut dalam rapat pembentukan Rancangan Undang Undang Pendidikan Kedokteran selalu menyatakan keberatannya tentang pasal pasal DLP. Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI), sebagai pemangku kepentingan terbesar dari dokter umum, mengajukan Permohonan Uji Materil Undang Undang Pendidikan Kedokteran Nomor 20 tahun 2013 kepada Makamah Konstitusi, tanggal 21 Oktober 2014 dengan Nomor 122/PUU-XII/2014. Namun pengajuan ini ditolak pada tanggal 7 Desember 2015. Pada saat yang hampir bersamaan, Muktamar IDI XXIX tahun 2015, dalam Komisi B, menolak DLP untuk dibahas baik dalam BME (Basic Medical Education) maupun dalam

PGME (Post Graduate Medical Education). Sidang pleno dalam Mukmatar itu menguatkan keputusan itu, menjadi keputusan Muktamar.

Menindaklanjuti amanah muktamar, PB IDI membentuk Tim Telaah dan Advokasi Dokter Layanan Primer, dengan SK PB IDI No. 00257/PB/A.4/04/2016 tanggal 20 April 2016. Rapat Pleno PB IDI dan Rapat Pleno Diperluas yang diadakan pada tanggal 16 April 2016 memutuskan sikap IDI untuk mengawal DLP dengan melakukan kajian dalam bentuk buku putih. Untuk itu PB IDI kemudian membentuk Tim Penyusun Buku Putih Kajian DLP melalui SK No. 00371/PB/A.4/06/2017 tanggal 15 Juni 2016. Tim tersebut untuk mengawal RPP Pendidikan Dokter pada setiap pertemuan dengan Tim Pokjanas RPP Undang Undang no 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Namun, dalam berkali kali pertemuan dengan Tim Pokjanas baik di Gedung Kemenristekdikti maupun di Hotel Century Senayan selalu tidak ada titik temu.

Jalan yang ditempuh oleh tim Buku putih adalah melakukan berbagai diskusi dengan departemen terkait dengan Kementerian Kesehatan serta Kementerian Riset dan Teknologi Tinggi menjelaskan mengapa program studi DLP adalah program yang memboroskan dan tidak menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan. Selain itu, atas inisiatif beberapa anggota PB IDI, maka tim buku putih merapat kepada fraksi fraksi di DPR, melakukan hal yang sama. Pada berbagai kesempatan pertemuan dengan komisi IX, komisi X, Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi PKS, Fraksi Golkar, Fraksi Demokrat, Tim Buku Putih juga menjelaskan alasan IDI menolak program studi DLP. Komisi IX DPR memberi waktu 90 hari agar IDI dan pemerintah melakukan pendekatan untuk menghilangkan perbedaan. Dan tidak melakukan kegiatan yang dapat memperuncing perbedaan.

Namun terbit surat Kemenkes yang terus mempersiapkan pembukaan Prodi DLP dengan memberikan surat kepada Gubernur seluruh Indonesia untuk mengirimkan dokter-dokter Puskesmas menempuh Pendidikan DLP. Dampaknya banyak anggota IDI di Cabang dan Wilayah seluruh Indonesia gelisah, nampak dari banyaknya pertanyaan langsung, email dan pernyataan berkelompok dari anggota IDI kepada pengurus IDI Cabang. Mereka mengusulkan protes atau demo.

Pada awalnya PB IDI, sebagai perhimpunan profesi tidak setuju demo. Salah seorang anggota Pengurus IDI menjembatani usulan dan desakan aksi protes anak anak muda

IDI itu dengan bertemu di Kalibata Mall hari minggu 2 Oktober 2016. Dalam pertemuan itu 40 anggota IDI yang hadir yang tergabung dalam kelompok Anak Muda IDI mendesak demo. Salah satu desakan adalah agar turun ke Jalan tepat di Hari Jadi Ikatan Dokter Indonesia 24 Oktober 2016. PB IDI masih tetap tidak setuju, namun anggota tetap ingin melakukan aksi turun kejalan. Pada rapat itu, diputuskan turun kejalan dengan tema Aksi Damai Dokter Indonesia Tolak Prodi DLP. Namun saat itu PBIDI tetap belum setuju.

Suasana makin menghangat. Setelah anggota Pengurus IDI pulang dari pertemuan tersebut dan melaporkan putusan itu, Ketua IDI Cabang dan Ketua Wilayah IDI Banten mendukung penuh Aksi Damai Ikatan Dokter Indonesia Tolak Prodi DLP. Melalui media sosial Anggota IDI cadang dan wilayah lain mendorong aksi turun kejalan. Melalui rapat Pleno PB IDI tanggal 13 Oktober 2016 aksi turun kejalan dibahas. Namun Ketua Umum PB IDI dan para Dewan Pakar PB IDI tetap belum memberikan lampu hijau.

Tidak bisa dipungkiri peranan Media Sosial begitu penting. Banyak anggota IDI seluruh Indonesia melakukan protes terhadap Kementerian Kesehatan dan Kemenristekdikti. Kelompok kelompok dokter yang tergabung dalam DIB (Dokter Indonesia Bersatu) serta PDIB (Perhimpunan Dokter Indonesia Bersatu) yang anggotanya adalah semua anggota IDI juga protes. Lebih kurang 300 surat Ketua Cabang dan Wilayah seluruh Indonesia masuk ke PB IDI yang semuanya memprotes kebijakan pemerintah dalam membuka Prodi DLP.

Dalam Rapat Cito Pleno IDI di Sam Ratulangi 29 tanggal 18 Oktober 2016, IDI memutuskan untuk melakukan unjuk rasa dengan nama Kegiatan: Aksi Damai Hari Ulang Tahun IDI. Dibentuk Panitia untuk melakukan persiapan. Tema besarnya adalah Reformasi Sistem Kesehatan dan Sistem Pendidikan Kedokteran Yang Pro Rakyat. Salah satu sub temanya adalah “Prodi DLP Pemborosan, bukan solusi”.

Panitia Aksi Damai IDI Tolak Prodi DLP kemudian merancang aturan Aksi Damai. Salah satunya agar selama aksi, pelayanan emergensi disetiap sarana pelayanan kesehatan seluruh Indonesia baik swasta dan pemerintah tetap berjalan. Berbagai rapat berikutnya memutuskan, aksi damai boleh dilakukan di Jakarta, maupun menyelenggarakan aksi damai sendiri di wilayah.

Akhirnya, pada tanggal 24 oktober berlangsunglah Aksi Damai IDI Tolak Prodi DLP yang diikuti lebih kurang 4000 dokter di Jakarta dengan sasaran Istana Presiden dan Kementerian Kesehatan. Selain itu di berbagai daerah juga berlangung Aksi Damai dokter seluruh Indonesia baik Kabupaten/ Kota dan Provinsi. Diperkirakan lebih kurang 40.000 dokter seluruh Indonesia ikut dalam Aksi damai itu.

PENDIDIKAN KEDOKTERAN

DKI JAKARTA DAN BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA

Dokumen terkait