• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVA LAIN-LAIN Akun ini terdiri dari:

Dalam dokumen PT Bank Bali Tbk Dan Anak Perusahaan (Halaman 47-50)

2001 2000

Rupiah

Tagihan lain-lain Rp 546.466.116.369 Rp 546.466.116.369

Bunga masih akan diterima 246.872.104.302 146.106.539.094

Agunan diambil alih - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai agunan diambil alih sebesar Rp 32.179.778.782 pada tahun 2001 dan Rp 30.398.096.609

pada tahun 2000 46.709.641.665 75.260.258.693

Biaya dibayar di muka 22.461.286.569 20.573.857.826

Lain-lain Rupiah

Aktiva tetap yang tidak digunakan 21.946.547.869 59.549.500

Uang jaminan 11.317.464.707 8.621.051.876

Beban ditangguhkan - bersih 6.250.967.093 6.837.143.820

Uang muka 4.687.222.051 2.405.640.363

Persediaan alat tulis kantor dan barang promosi 4.270.904.664 3.384.416.473

Deposito wajib 3.250.000.000 3.310.000.000

Piutang kartu kredit 1.318.987.756 5.407.509.243

Piutang atas penjualan efek 888.836.635 436.881.238

Piutang reasuransi 844.631.607 800.502.527

Uang muka pembelian aktiva tetap 414.638.650 1.853.751.754

Proyek dalam pelaksanaan - 6.074.242.991

Piutang dividen - 3.115.000.000 Lain-lain 12.177.838.120 5.720.562.402 67.368.039.152 48.026.252.187 (Berlanjut)

2001 2000

Valuta Asing

Uang jaminan Rp 22.318.243.010 Rp 23.490.085.957

Piutang atas penjualan efek 5.056.457.481 3.529.789.070

Draft dibeli 3.297.918.315 4.048.961.395 Piutang reasuransi 563.087.738 1.200.753.790 Lain-lain 235.391.415 861.041.406 31.471.097.959 33.130.631.618 98.839.137.111 81.156.883.805 Jumlah Rp 961.348.286.016 Rp 869.563.655.787

Amortisasi beban ditangguhkan yang dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi masing-masing sebesar Rp 659.320.271 untuk tahun 2001, dan Rp 391.038.673 untuk tahun 2000, sedangkan amortisasi selisih lebih biaya perolehan penyertaan atas aktiva bersih Anak perusahaan adalah sebesar Rp 722.344.540 untuk tahun 2000.

Agunan diambil alih sebesar Rp 292.252.810.635 pada tanggal 30 Juni 2000 telah diserahkan kepada BPPN, sesuai dengan Perjanjian Jual Beli atas Tanah dan Bangunan yang diaktakan dengan akta Notaris Ny. Asmara Noer, S.H. No. 20 tanggal 29 September 2000. Agunan diambil alih tersebut tetap berada dalam pengelolaan, pengurusan dan pengawasan Bank sesuai dengan Perjanjian Pengelolaan Aktiva Sementara hingga diakhirinya perjanjian tersebut (lihat Catatan 10n).

Tagihan lain-lain sebesar Rp 546,4 milyar merupakan tagihan kepada PT Era Giat Prima yang timbul dari transaksi sebagai berikut:

• Pada tanggal 31 Desember 1998, dalam saldo penempatan pada pasar uang terdapat penempatan pada bank beku operasi dan bank yang diambil alih oleh Pemerintah Indonesia, yaitu PT Bank Dagang Nasional Indonesia Tbk (BDNI), PT Bank Umum Nasional Tbk (BUN) dan PT Bank Tiara Asia Tbk (Tiara) sebesar Rp 1.477 milyar meliputi pokok dan bunganya.

• Pada tanggal 11 Januari 1999, saldo penempatan tersebut di atas setelah diperhitungkan dengan hutang Bank kepada BDNI dan Tiara serta rugi selisih kurs yang diakui, berjumlah Rp 1.235 milyar dengan rincian: BDNI Rp 869,8 milyar, BUN Rp 327,3 milyar dan Tiara Rp 38,0 milyar. Pada tanggal tersebut, Bank mengadakan perjanjian pengalihan/“cessie” dengan PT Era Giat Prima (EGP) atas penempatan (money market) dan kontrak-kontrak swap milik Bank dengan jumlah pokok sebesar Rp 798,1 milyar, yang terdiri dari Rp 598,1 milyar pada BDNI, dan Rp 200,0 milyar pada BUN. Jumlah pokok tersebut beserta bunganya dialihkan kepada EGP dan sebagai kompensasinya EGP akan menyerahkan kepada Bank surat berharga senilai Rp 798,1 milyar. Bank juga mengadakan perjanjian pengalihan/“cessie” dengan PT Persada Harum Lestari (PHL) atas kontrak swap dengan jumlah pokok sebesar Rp 38,0 milyar pada Tiara. Jumlah tersebut beserta bunganya dialihkan kepada PHL dan sebagai kompensasinya PHL akan menyerahkan kepada Bank surat berharga senilai Rp 38,0 milyar.

• Pada tanggal 29 Maret 1999, EGP memberikan kuasa kepada Bank untuk melakukan penagihan atas tagihannya kepada BDNI dan BUN. Pada tanggal 1 Juni 1999, Bank menerima pembayaran dari Bank Indonesia, sesuai dengan surat dari BPPN, sebesar Rp 904,6 milyar atas tagihan kepada BDNI. Pada tanggal 9 Juni 1999, Bank mengadakan perjanjian penyelesaian dengan EGP dan berdasarkan perjanjian tersebut, Bank mentransfer ke rekening EGP dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp 546,4 milyar sebagai penyelesaian menyeluruh dari perjanjian pengalihan/“cessie” atas tagihan BDNI sehingga jumlah bersih yang diterima Bank atas penempatan pada BDNI adalah sebesar Rp 358,2 milyar. Tagihan BUN belum diselesaikan dan Bank menerima surat dari EGP tertanggal 11 Juni 1999, yang menyatakan bahwa EGP akan menyerahkan surat berharga sebesar Rp 200,0 milyar.

• Pada tanggal 9 Juni 1999, Bank mengadakan perjanjian penyelesaian dengan PHL dimana kewajiban PHL untuk menyerahkan surat berharga sebesar Rp 38,0 milyar diubah menjadi pembayaran dana sebesar Rp 22,8 milyar melalui cek/bilyet giro yang dapat dicairkan selambat-lambatnya pada tanggal 17 Juni 1999. Bank telah menerima cek/bilyet giro tersebut di atas sebesar Rp 22,8 milyar pada tanggal 17 Juni 1999. Pada tanggal 19 Agustus 1999, PHL meminta Bank dan Bank telah melaksanakan transfer dana sejumlah Rp 22,8 milyar ke rekening Bank Bali Escrow qq EGP.

• Dari tanggal 16 Agustus sampai dengan 19 Agustus 1999, Bank menerima transfer dana atas nama Bank Bali Escrow qq EGP yang keseluruhannya berjumlah Rp 523,6 milyar. Dengan demikian saldo rekening ini menjadi Rp 546,4 milyar yang dibukukan sebagai Rekening Bank Bali Escrow qq EGP pada Kewajiban Segera (lihat Catatan 16).

• Pada tanggal 15 Oktober 1999, perjanjian pengalihan/“cessie” dengan EGP sebagaimana diuraikan di atas dibatalkan dengan Surat Keputusan Ketua BPPN No. SK-423/BPPN/1099. Berdasarkan surat keputusan tersebut, Bank diminta untuk melakukan tindakan/upaya agar dana sebesar Rp 904,6 milyar yang diterima sebagai pembayaran dalam rangka penjaminan pemerintah dapat dikuasai dan dimiliki oleh Bank. Oleh karena itu, Bank menagih kembali kepada EGP sebesar Rp 546,4 milyar dan membukukan tagihan tersebut sebagai Tagihan Lain-lain. Selain itu, kewajiban EGP untuk menyerahkan surat berharga sebesar Rp 200,0 milyar menjadi batal dan timbul kembali tagihan kepada BUN. Pada pihak lain, karena tagihan kepada BUN tidak dapat direalisasikan, maka Bank membentuk penyisihan kerugian atas tagihan tersebut.

• Pada tanggal 30 November 1999, perjanjian pengalihan/“cessie” dengan PHL sebagaimana diuraikan di atas dibatalkan dengan Surat Keputusan Ketua BPPN No. SK-464/BPPN/1199. Berdasarkan surat keputusan tersebut, Bank diminta untuk melakukan tindakan/upaya guna memastikan agar pelaksanaan perjanjian tersebut berlangsung sedemikian rupa seperti layaknya tidak pernah diadakan perjanjian tersebut. Oleh karena itu, Bank membukukan kembali tagihan kepada Tiara.

• Sesuai dengan surat ketua BPPN kepada Bank No. PB-805/BPPN/1299 dan surat No. PB-804/BPPN/1299, keduanya tertanggal 28 Desember 1999 serta surat No. PB-158/BPPN/0200 tanggal 23 Februari 2000, BPPN menjamin realisasi tagihan kepada EGP sebesar Rp 546,4 milyar tersebut di atas. BPPN juga menyatakan bahwa tagihan kepada Tiara termasuk dalam skema penjaminan pemerintah.

• Penempatan pada BUN sebesar Rp 204,3 milyar telah dialihkan seluruhnya kepada BPPN, sesuai dengan Perjanjian Jual Beli dan Penyerahan Piutang tanggal 29 September 2000 yang telah dilegalisasi oleh Notaris No. 1181/leg/2000 (lihat Catatan 10n).

• Penempatan pada Tiara sebesar US$ 10 juta telah dilunasi oleh Tiara pada tanggal 11 September 2000 dan Bank juga telah melunasi call money pada Tiara sebesar Rp 39 milyar pada tanggal yang sama.

16. KEWAJIBAN SEGERA

Dalam dokumen PT Bank Bali Tbk Dan Anak Perusahaan (Halaman 47-50)

Dokumen terkait