• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara garis besar kegiatan yang dilaksanakan di Vihara Buddha Metta

Arama dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu kegiatan keagamaan, pendidikan keagamaan dan kegiatan sosial keagamaan.59 Aktivitas keagamaan ini terdiri dari kegiatan rutin, kegiatan berkala dan

kegiatan khusus. Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilaksanakan berulang- ulang dalam jangka panjang. Kegiatan yang dilakukan secara rutin oleh umat Buddha ialah kebaktian satu minggu sekali. Kebaktian ini dalam bentuk puja bakti dengan membaca paritta, meditasi, permohonan Pancasila bila dihadiri oleh bhikkhu dan mendengarkan dhamma. Rangkaian puja bakti ini bisa dilakukan di

seluruh vihara agama Buddha.

58

Bhikkhu Subalaratano dan Samanera Uttamo, Bakti atau Puja, (Jakarta : Sangha Theravada Indonesia, tth), h. 16 - 17

59

Aktivitas selanjutnya yang termasuk dalam kategori kegiatan keagamaan

adalah kegiatan berkala. Kegiatan berkala adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang pada waktu tertentu dan beraturan. Kegiatan yang dilakukan berulang-ulang seperti memperingati hari raya Tri waisak, asadha, kathina dan magha puja. Hari raya waisak misalnya dirayakan secara nasional dan besar-

besaran yang bertempat di candi Borobudur. Kemudian aktivitas yang termasuk dalam kategori kegiatan keagamaan

adalah kegiatan khusus. Kegiatan keagamaan yang dilakukan secara khusus yaitu pabbajja dan upasampada. Pabbajja berarti meninggalkan rumah memasuki kehidupan yang tidak berumah tangga. Orang yang telah mengikuti pabbajja disebut sebagai samanera atau calon bhikkhu. Sedangkan orang yang telah sampai

pada tingkat upasampada disebut sebagai bhikkhu.60 Selain kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di Vihara Buddha Metta

Arama, juga terdapat kegiatan pendidikan keagamaan. Aktivitas pendidikan keagamaan ini terdiri atas kelas dhamma, sekolah pada hari minggu dan belajar kesenian. Dalam ajaran Buddha, pendidikan keagamaan yang pertama dikenal dalam ajaran ini adalah kelas dhamma.61 Untuk mengetahui ajaran Sang Buddha, umat Buddha tidak cukup hanya

mendengarkan dhamma dasana yang diadakan satu kali dalam satu minggu. Pada sisi lain untuk mengerti ajaran Sang Buddha adalah dengan cara mengikuti kelas dhamma. Dalam acara seperti ini siswa dapat menanyakan dhamma yang belum dimengerti. Hal ini sangat baik bagi siswa pemula yang sedang belajar dhamma,

60

Wawancara Pribadi dengan Suddhi Citto.

61

karena dapat menanyakan secara langsung tentang dhamma yang belum ia ketahui. Sedikitnya terdapat lima manfaat yang dapat diperoleh ketika seseorang

mendengarkan dhamma yaitu assutim sunati, sutam pariyodapeti, kankham viharti, ditthim ujum karoti dan cittamassa pasidati. Assutim sunati berarti mendengarkan sesuatu yang belum pernah didengar dan belajar mengetahui sesuatu yang belum pernah diketahui. Sementara itu sutam pariyodapeti berarti sesuatu yang pernah didengar dan dilaksanakan dengan tekun untuk mendapatkan kenyataan. Adapun kankham viharti berarti melenyapkan keraguan, segala sesuatu yang ragu dapat dilenyapkan. Kemudian ditthim ujum karoti berarti pandangan yang benar dan cittamassa pasidati berarti

pikirannya bersih.62 Setelah siswa menyadari akan manfaat belajar dhamma, maka banyak

siswa yang semakin tertarik untuk mengikuti dhamma kelas. Hal ini merupakan aktivitas yang banyak dilakukan oleh vihara Buddha Metta Arama Menteng

Jakarta. Aktivitas pendidikan keagamaan lainnya dapat dilakukan melalui sekolah

minggu. Sekolah pada hari minggu merupakan pendidikan pengenalan Buddha Dhamma kepada anak. Pada hari minggu vihara mengadakan sekolah minggu untuk anak-anak. Buddha Dhamma perlu diajarkan kepada anak-anak.63 Pengenalan Buddha Dhamma kepada anak-anak sebaiknya dilakukan sejak dini. Dengan demikian pribadi anak terbentuk dengan baik karena dhamma merupakan landasan pembentukan pribadi yang baik. Buddha Dhamma disampaikan kepada anak dalam bentuk cerita, nyanyian ataupun praktek langsung dalam hal tata cara kebaktian.

62

Pandit Jinaratha Kaharuddin, Kamus Buddha Dharma, (Jakarta : Tri Sattra Budhist Centre, 1994), h. 71 - 72

63

Kemudian kegiatan pendidikan keagamaan dapat juga dilakukan melalui

kesenian. Kesenian merupakan curahan hati bagi seseorang yang berjiwa seni melalui lantunan sebuah lagu misalnya, dan seseorang dapat menuangkan buah pikirannya. Banyak umat Buddha yang berjiwa seni, mereka akan merasa lebih mudah menuangkan dhamma lewat karya seninya dari pada harus menuangkan dhamma dengan metode lainnya. Kesenian tersebut dapat berupa lukisan, misalnya lukisan kelahiran Pangeran Sidharta sampai Sang Buddha Parinibbana. Bentuk kesenian lainnya yang dapat digunakan dalam menggambarkan ajaran Sang Buddha dapat dilakukan dengan cara tarian, nyanyian, drama, dan lain sebagainya. Orang yang berjiwa seni dapat membantu menanamkan Buddha

Dhamma kepada umat Buddha melalui jalur karya seninya.64 Selanjutnya aktivitas yang biasa dilaksanakan oleh Vihara Buddha Metta

Arama adalah kegiatan sosial keagamaan. Aksi sosial adalah salah satu kegiatan dalam bentuk dana. Adapun dana yang diberikan dapat berupa uang, makanan, pakaian, donor darah, dan lain sebagainya. Setelah dana ini terkumpul, kemudian disalurkan melalui seksi sosial ke tempat-tempat yang membutuhkan. Kegiatan sosial seperti ini dapat dilaksanakan di setiap vihara, termasuk Vihara Buddha Metta Arama. Dengan melakukan kegiatan sosial, maka umat Buddha secara tidak

langsung telah melaksanakan salah satu ajaran Sang Buddha. Ada dua macam aksi sosial yang pernah dilaksanakan di Vihara Buddha

Metta Arama yaitu donor darah dan dana materi.65 Aksi sosial pada Vihara Buddha Metta Arama ini yang utama adalah donor darah. Donor darah

64

Wawancara Pribadi dengan Suddhi Citto.

65

diselenggarakan tiga bulan sekali, tepatnya pada saat menjelang hari raya agama Buddha. Aksi sosial seperti ini banyak diminati umat, karena acaranya

diselenggarakan di vihara yang berarti umat dapat berpartisipasi secara langsung. Demikian aktivitas-aktivitas dalam Vihara Buddha Metta Arama

Menteng Jakarta. Secara garis besar aktivitas-aktivitas yang diselenggarakan di Vihara Buddha Metta Arama ini dapat diklasifikikasikan kepada tiga golongan yaitu kegiatan keagamaan, pendidikan keagamaan dan kegiatan sosial keagamaan yang kesemuanya itu diselenggarakan dengan salah satu tujuan untuk menjaga kelestarian ajaran Sang Buddha.

Dokumen terkait