• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Ekolog

2. Aktivitas Wisata Edukas

a. Wisata Edukasi Budidaya Pertanian

Masyarakat setempat mayoritas memiliki usaha dalam bidang pertanian, terutama perkebunan karet. Namun sistem perkebunan yang digunakan masih bersifat tradisional. Akibat pembukaan lahan menggunakan teknik slash and burn tanpa dikontrol menyebabkan segala bentuk vegetasi habis terbakar sehingga ekosistem yang awalnya berupa hutan dan semak belukar berubah menjadi kebun karet. Untuk mengembalikan ekosistem hutan tersebut, diaplikasikan sistem budi daya agroforestri berbasis pada pertanian di kebun warga. Agroforestri merupakan sistem tata guna lahan berkelanjutan yang meningkatkan hasil total dengan mengkombinasikan tanaman tahunan dengan pohon dalam unit lahan yang sama (Vergara, 1982). Agroforestri berbasis pertanian memiliki keteraturan yang lebih baik jika dibandingkan dengan sistem agroforestri lainnya dengan didominasi oleh produksi pertanian. Komponen kehutanan menjadi pendukung untuk terwujudnya keberlanjutan ekosistem. Hal ini dapat direncanakan sebagai program edukasi bagi pengunjung terkait pengaplikasian sistem agroforestri, khususnya pada perkebunan karet. Fasilitas untuk aktivitas ini adalah pemandu dan mobil wisata untuk mengantar pengunjung berkeliling kebun karet warga. Dalam program ini, ditunjuk beberapa hektar kebun karet untuk dijadikan sebagai kebun percontohan. Alokasi lahan seluas 196 ha direncanakan untuk mengakomodasi kegiatan edukasi budi daya kebun karet. Pengunjung dapat mengamati proses pasca panen karet hingga siap dijual ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Bentuk kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kerja sama pengelola kawasan dengan masyarakat setempat dalam mengembangkan kawasan waduk.

Kawasan Waduk Koto Panjang memiliki area genangan air seluas 12.400 ha. Dari luasan tersebut telah dialokasikan seluas 1.273,9 ha atau 10,3% untuk area budi daya perikanan dalam pengembangan area genangan waduk oleh PLN. Selain itu, telah banyak dikembangkan budi daya ikan air tawar dengan sistem keramba jaring apung di kawasan waduk. Maka dari itu tanpa harus menghilangkan keramba yang telah ada, relokasi keramba ke zona yang telah diteteapkan perlu dilakukan. Program ini perlu pendampingan oleh pihak terkait agar masyarakat mengetahui dengan benar cara budi daya ikan menggunakan sistem ini. Hal ini dapat menjadi atraksi bagi pengunjung dan memberikan edukasi mengenai proses budi daya ikan air tawar. Lahan yang direncanakan untuk kegiatan ini seluas 112,1 ha. Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung antara lain tebar benih ikan, pemberian pakan ikan, proses panen dan pengamatan kegiatan budi daya ikan oleh warga. Fasilitas yang disedikan meliputi unit tambak keramba jaring apung yang terdiri dari keramba, rumah jaga dan shelter. Pada umumnya ukuran tiap keramba adalah 7 x 7 meter dengan pelampung minimal 8 unit. Penampakan budi daya ikan dengan sistem keramba jaring apung dapat dilihat pada Gambar 49.

Gambar 49 Sistem Keramba Jaring Apung b. Wisata Edukasi Konservasi

Kegiatan konservasi air di kawasan waduk dapat menjadi sebuah wawasan yang dapat diberikan kepada pengunjung. Pengenalan upaya konservasi sumber daya air diintegrasikan kedalam program wisata pengenalan sistem operasional bendungan. Edukasi mengenai konservasi sumber daya air ditekankan pada upaya pengendalian daya rusak air di kawasan Waduk Koto Panjang. Fasilitas pendukung program ini adalah pemandu wisata yang menerangkan sistem operasional dan sejarah waduk serta wawasan mengenai upaya konservasi sumber daya air.

Selain konservasi sumber daya air, kegiatan konservasi tanah yang memiliki kemiringan curam melalui penanaman vegetasi menjadi wawasan tambahan yang diberikan kepada pengunjung. Penanaman vegetasi diharapkan dapat menambah populasi satwa lokal sehingga dapat menjadi objek pengamatan dalam kegiatan interpretasi vegetasi dan satwa. Pemaparan dilakukan melalui media audio visual yang menayangkan tentang pentingnya mengelola sumber daya tanah dan air.

Interpretasi vegetasi dan satwa lokal dilakukan melalui pengamatan langsung oleh pengunjung didampingi oleh pemandu. Media interpretasi ditempatkan di spot-spot pemberhentian untuk memberikan kesempatan kepada pengunjung mengamati kawasan. Fasilitas lain meliputi menara pandang, jalan setapak dan teropong.

Fasilitas yang direncanakan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing aktivitas pada masing-masing ruang. Fasilitas yang disediakan harus mampu mengakomodasi kebutuhan pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata. Rencana fasilitas di kawasan waduk dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33 Rencana fasilitas pada kawasan Waduk Koto Panjang

No. Fasilitas Dimensi Jumlah

Fasilitas Pelayanan

1. Pintu gerbang utama p=4m; l=12m; t=6m 3

2. Pintu gerbang sekunder p=2m; l=9m; t=6m 2

3. Loket p=4m; l=3m 2

4. Pos keamanan p=4m; l=4m 8

5. Parkir L=5000 m2 4

6. Halte mobil wisata L=100 m2 6

7. Mobil wisata p=5; l=3m 10 unit

Tabel 32 Rencana fasilitas pada kawsan Waduk Koto Panjang (lanjutan)

No. Fasilitas Dimensi Jumlah

9. Pusat informasi p=4m; l=3m 4 unit

10. Ruang multimedia p=20m; l=10m; t=6m 2 unit

11. Kios souvenir p=5m; l=5m 20 unit

12. Guest house I p=20m; l=15m 4 unit

13. Guest house II p=15m; l=10m 6 unit

14. Restoran p=20m; l=20m 3 15. Musholla L=150 m2 4 16. Toilet L=30 m2 5 Fasilitas Wisata 1. Shelter p=3m; l=1,3m; t=3m 45 2. Bangku p=2m; l=1m; t=0,4m 55 3. Papan interpretasi p=1m; l=0,75m; t=1,6m 50 4. Perahu p=5m; l=1,5m 25 5. Dermaga perahu p=15m; l=3 6

6. Tambak keramba jaring apung L=144 m2 182 unit 7. Dek p=600m; l=2m 3 8. Restoran apung p=40m; l=20m 1 9. Area outbound L=67.191 m2 1 10. Area berkemah L=10.247 m2 1 11. Area piknik L=13.232 m2 1

12. Gedung pusat penelitian budi daya karet

p=30m; l=15m; t=6m 1

13. Lahan pembibitan L=5.000 m2 1

14. Gedung pusat budi daya ikan

p=30m; l=15m; t=6m 1

15. Menara pandang dan pengawas

p=5m; l=5m; t=20m 5

16. Area pertunjukan L=600 m2 1

17. Dek pemancingan p=200m; l=2m 1

Rencana Sirkulasi

Kawasan Waduk Koto Panjang direncanakan akan memiliki 2 jenis sirkulasi wisata, yaitu sirkulasi wisata darat dan sirkulasi wisata air. Sirkulasi wisata darat dibagi menjadi jalur wisata dan jalur jalan provinsi yang melewati kawasan waduk. Pola jalur sirkulasi di kawasan waduk direncanakan memiliki pola linier tertutup.

Jalur wisata merupakan jalur sirkulasi yang menghubungkan antar ruang dan antar sub ruang pada kawasan perencanaan waduk. Jalur ini menjadi sirkulasi untuk kendaraan mobil wisata, pejalan kaki, sepeda dan kendaraan bermotor. Pola yang digunakan adalah pola tertutup untuk menghindari pemandangan yang sama oleh pengunjung. Jalur pedestrian menggunakan material paving dengan lebar 3,2 meter sampai 5 meter. Jalur sepeda dibuat menyatu dengan jalur pedestrian namun diberi separator dan marka untuk membedakan kedua jalur tersebut. Jalur ini akan dilengkapi dengan beberapa spot pemberhentian untuk memberi kesempatan pengunjung melihat potensi dan atraksi yang ada di dalam kawasan waduk. Mengacu pada peraturan menteri nomor 3 tahun 2014 tentang pedoman perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, dengan cuaca yang panas orang hanya ingin menempuh 400 meter, sedangkan untuk aktivitas berbelanja membawa barang, keinginan berjalan tidak lebih dari 300

meter. Maka dari itu tempat peristirahatan akan disediakan pada interval jarak 300 sampai 400 meter. Tempat peristirahatan akan dilengkapi fasilitas shelter dan gazebo. Jalur mobil wisata menggunakan material aspal dengan lebar 4 meter dengan terminal pemberhentian di setiap objek wisata. Jalur kendaraan bermotor mengakomodasi kendaraan milik pengunjung untuk diarahkan ke fasilitas parkir.

Jalur jalan provinsi merupakan jalur akses yang melewati kawasan perencanaan dan menghubungkan kawasan luar tapak dengan kawasan perencanaan. Jalur ini berupa jalan aspal dengan lebar 9 meter untuk dua lajur jalan mengacu pada peraturan pemerintah nomor 34 tahun 2006. Jalur akan memanfaatkan jalan raya yang sudah ada. Jalur jalan ini dapat dimanfaatkan juga oleh masyaratak setempat untuk mendistribusi hasil panen ke tempat pengolahan dan ke pusat perekonomian.

Sirkulasi wisata air direncanakan untuk mengakomodasi kegiatan rekreasi pada area genangan wduk. Sirkulasi ini berpola tertutup. Fasilitas yang mendukung untuk kegiatan rekreasi air meliputi perahu yang digunakan untuk berkeliling area genangan dan dermaga serta dek. Sirkulasi wisata air juga digunakan untuk mengakses restoran terapung yang berlokasi di tengah waduk serta melakukan pengamatan pada keramba budi daya ikan air tawar. Tabel rencana sirkulasi dapat dilihat pada Tabel 34. Rencana sirkulasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 50.

Tabel 34 Rencana sirkulasi kawasan Waduk Koto Panjang

No. Jenis

Sirkulasi Jalur Pengguna

Panjang (m) Lebar (m) Material Lokasi 1. Jalur wisata

Mobil wisata Kendaraan mobil wisata

1.032,2 4 Aspal Sub ruang

pendukung wisata Mobil wisata Kendaraan

mobil wisata

3.196,4 4 Aspal Sub ruang

wisata utama Mobil wisata Kendaraan

mobil wisata

6.494,5 4 Aspal Sub ruang

wisata utama Mobil wisata Kendaraan

mobil wisata

6.550,4 4 Aspal Sub ruang

wisata utama

Pedestrian Pejalan kaki 296,6 3.2 Paving Sub ruang

wisata utama

Pedestrian Pejalan kaki 2.401,6 3.2 Paving Sub ruang

wisata utama

Pedestrian Pejalan kaki 210,4 3.2 Paving Sub ruang

wisata utama

Pedestrian Pejalan kaki 1.093,5 3.2 Paving Sub ruang

wisata utama

Pedestrian Pejalan kaki 2.702,7 3.2 Paving Sub ruang

wisata utama

Setapak Pejalan kaki 1.971,8 2 - Sub ruang

wisata pendukung

Tabel 34 Rencana sirkulasi kawasan Waduk Koto Panjang (lanjutan)

No. Jenis

Sirkulasi Jalur Pengguna

Panjang (m) Lebar (m) Material Lokasi Pedestrian dan sepeda Pejalan kaki dan pesepeda

7.248,5 5 Paving Sub ruang

wisata utama Pedestrian dan sepeda Pejalan kaki dan pesepeda

8.051,5 5 Paving Sub ruang

wisata utama Jalur jalan

provinsi

Jalan provinsi Kendaraan wisatawan dan masyarakat 48.575,7 9 Aspal Melintasi kawasan 2. Sirkulasi air

Jalur perahu Perahu - - - Sub ruang

rekreasi air

Rencana Vegetasi

Rencana penanaman vegetasi pada kawasan diarahkan untuk memenuhi fungsi utama sebagai vegetasi konservasi, khususnya konservasi tanah dan air. Tujuan ini didasarkan kepada keberadaan dan keberlanjutan kawasan waduk sangat penting bagi masyarakat. Karakteristik topografi yang berbukit memerlukan tindakan konservasi agar mengurangi kemungkinan terjadinya erosi dan longsor. Jenis vegetasi yang digunakan dibedakan menurut fungsi penanamanya. Fungsi penanaman vegetasi dalam kawasan perencanaan adalah fungsi konservasi, fungsi peneduh, fungsi pengarah, fungsi estetika, fungsi budi daya dan fungsi screen serta pembatas.

Dokumen terkait