• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN Gambaran Umum Kabupaten Kampar

Kabupaten Kampar merupakan kabupaten yang terletak di bagian barat Provinsi Riau. Secara geografis, Kabupaten Kampar terletak pada 01˚00’40” LU sampai 00˚27’00” LS dan 100˚28’30” sampai 101˚14’30” BT dengan luas wilayah 1.128.928 ha. Kabupaten Kampar berbatasan dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak di sebelah utara, Kabupaten Kuntan Singingi di sebelah selatan, Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi Sumatera Barat di sebelah barat, dan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak di sebelah timur. Kabupaten ini terdiri dari 21 kecamatan dan 250 desa/kelurahan yang terdiri dari 178 desa/kelurahan tidak tertinggal, 55 desa/kelurahan tertinggal dan 17 desa/kelurahan sangat tertinggal (BPS Kab. Kampar, 2014).

Sumber: Bappeda Kabupaten Kampar, 2015

Gambar 4 Peta administrasi Kabupaten Kampar

Kabupaten Kampar dilalui oleh dua sungai utama. Sungai Kampar dengan panjang kurang lebih 413,5 kilometer. Kedalaman rata-rata sungai ini adalah 7,7 meter dengan lebar muka air rata-rata 143 meter. Sungai ini secara keseluruhan berada pada wilayah administrasi Kabupaten Kampar. Sungai Siak bagian hulu dengan panjang 90 km dengan kedalaman rata-rata 8 sampai 12 meter. Salah satu fungsi aliran sungai ini sebagai sumber energi listrik yang dihasilkan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang.

Pola penggunaan lahan Kabupaten Kampar didominasi oleh perkebunan dengan luas 401.246 ha (35,54%). Kemudian luas lahan terbangun, pekarangan dan lahan sekitarnya adalah 354.549 ha (30,61%), ladang huma dengan luas 92.251,5

ha (8,17%), kawasan tegal kebun dengan luas 91.044 ha (8,06%), kolam dengan luas 7.135 ha (0,63%), area hutan dengan luas 65.927 ha (5,84%), lahan tidak diusahakan dengan luas 37.722 ha (3,34%), lahan persawahan dengan luas 10.679 ha (0,95%), area padang rumput dengan luas 6.717 ha (0,59%), lain-lain dengan luas 171.909 ha (15,23%) (BPS Kab. Kampar, 2014).

Sumber: Bappeda Kabupaten Kampar, 2015

Gambar 5 Pola penggunaan lahan Kabupaten Kampar Demografi Kabupaten Kampar

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kampar tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Kampar berjumlah 753.376 jiwa. Jumlah ini terdiri dari 395.970 jiwa laki-laki (52,56%) dan perempuan 370.381 jiwa perempuan (47,44%). Jumlah ini terdistribusi ke 21 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Siak Hulu sebesar 94.069 jiwa. Distribusi penduduk di Kabupaten Kampar dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Distribusi Penduduk Kabupaten Kampar Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Kampar Kiri 915,33 28.690 31

Kampar Kiri Hulu 1.301,25 11.547 9

Kampar Kiri Hilir 759,74 11.051 15

Kampar Kiri Tengah 330,59 25.839 78

Gunung Sahilan 597,97 18.780 32

XIII Koto Kampar 732,40 23.194 32

Tabel 4 Distribusi penduduk Kabupaten Kampar (lanjutan) Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Kuok 151,41 24.238 160 Salo 207,83 24.947 120 Tapung 1.365,97 90.091 66 Tapung Hulu 1.169,15 76.097 65 Tapung Hilir 1.013,56 57.092 56 Bangkinang 177,18 37.781 213 Bangkinang Seberang 253,50 31.860 126 Kampar 136,28 48,793 358 Kampar Timur 173,08 23.334 135 Rumbio Jaya 76,92 16.623 216 Kampar Utara 79,84 16.602 208 Tambang 371,94 57.652 155 Siak Hulu 689,80 94.069 136 Perhentian Raja 111,54 16.873 151

Sumber: BPS Kabupaten Kampar, 2014

Dengan luas wilayah Kabupaten Kampar yang mencapai 11.289,28 km2,

kabupaten ini memiliki kepadatan penduduk rata-rata sebesar 67 jiwa/km2. Angka ini menunjukan bahwa Kabupaten Kampar tergolong kedalam golongan daerah dengan kepadatan penduduk kurang padat berdasarkan pada undang-undang No. 56 tahun 1960 pasal 1 ayat 3 dengan kriteria dalam rentang 51 sampai 250 jiwa/km2.

Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah kecamatan Kampar dengan kepadatan sebesar 358 jiwa/km2. Kemudian Kecamatan Rumbio Jaya sebesar 216 jiwa/km2 dan disusul oleh ibu kota kabupaten, Bangkinang sebesar 213

jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Kampar Kiri Hulu dengan kepadatan penduduk sebesar 9 jiwa/km2,

disusul oleh Kecamatan Kampar Kiri Hilir dimana kedua kecamatan ini didominasi oleh hutan lindung, hutan konservasi, hutan produksi dan perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun swasta.

Tabel 5 Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis

Kelamin

Kampar Kiri 14.804 13.886 28.690 93,8

Kampar Kiri Hulu 5.850 5.698 11.547 97,4

Kampar Kiri Hilir 5.769 5.282 11.051 91,6

Kampar Kiri Tengah 13.485 12.353 25.839 91,6

Gunung Sahilan 9.862 8.916 18.780 90,4

XIII Koto Kampar 11.844 11.350 23.194 95,8

Koto Kampar Hulu 9.355 8.867 18.222 94,8

Kuok 12.185 12.054 24.238 98,9 Salo 12.679 12.269 24.947 96,8 Tapung 47.035 43.052 90.091 91,5 Tapung Hulu 39.719 36.374 76.097 91,6 Tapung Hilir 29.697 27.393 57.092 92,2 Bangkinang 19.114 18.669 37.781 97,7 Bangkinang Seberang 16.067 15.796 31.860 98,3 Kampar 24.399 24.399 48.793 100,0

Tabel 5 Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin (lanjutan)

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis

Kelamin Kampar Timur 11.794 11.541 23.334 97,9 Rumbio Jaya 8.400 8.224 16.623 97,9 Kampar Utara 8.235 8.369 16.602 98,4 Tambang 29.588 28.065 57.652 94,9 Siak Hulu 48.426 45.643 94.069 94,3 Perhentian Raja 8.791 8.081 16.873 91,9

Sumber: BPS Kabupaten Kampar, 2014

Kabupaten Kampar memiliki tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2004 sampai 2013 sebesar 3,69%. Persentase ini tergolong pada tingkat pertumbuhan peduduk tinggi karena lebih dari 2%. Pertumbuhan penduduk terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 7,84%. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kampar secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Pertumbuhan penduduk Kabupaten Kampar tahun 2004 sampai 2013

Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa) Pertambahan Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan (%) 2004 544.543 - - 2005 559.586 15.043 2,76 2006 603.473 43.887 7,84 2007 615.517 12.044 1,99 2008 633.320 17.803 2,89 2009 679.285 45.965 7,26 2010 688.204 8.919 1,31 2011 715.382 27.178 3,95 2012 733.506 18.124 2,53 2013 753.376 19.870 2,71

Sumber: BPS Kabupaten Kampar, 2014

Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kampar mengalami dua kali penurunan yang cukup drastis jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2007 dengan penurunan sebesar -5,90% dan tahun 2010 dengan penurunan sebesar -5,95%. Tren pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kampar tahun 2004 sampai 2013 disajikan pada Gambar 6.

Dari total penduduk Kabupten Kampar, 60,61% tergolong kedalam angkatan kerja yang terdiri dari 57,27% bekerja dan 5,51% pengangguran. Sedangkan sebesar 39,39% tergolong kedalam bukan angkatan kerja. Persentase penduduk Kabupaten Kampar menurut kegiatan utamanya dapat dilihat pada Tabel 7.

Pada tahun 2013, tiga sektor pekerjaan tertinggi adalah sektor jasa yaitu 46,67%, sektor pertanian yaitu 38,89% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 14,41%.

Gambar 6 Pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Kampar 2004-2013 Tabel 7 Persentase penduduk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten

Kampar 2013

Kegiatan Utama Laki-laki

(%) Perempuan (%) Laki-laki+Perempuan (%) Angkatan Kerja 83,74 36,14 60,61 Bekerja 80,29 32,92 57,27 Pengangguran 4,12 8,90 5,51

Bukan Angkatan Kerja 16,26 63,86 39,39

Sekolah 11,41 12,26 11,83

Mengurus Rumah 1,70 49,90 25,12

Lainnya 3,15 1,70 2,44

Sumber: Riau Dalam Angka, 2013

Gambaran Umum Kawasan Waduk PLTA Koto Panjang Sejarah Waduk Koto Panjang

Waduk Koto Panjang merupakan waduk yang terletak di perbatasan antara Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat. Kawasan ini berupa danau buatan di daerah pertemuan Sungai Kampar Kanan dengan Sungai Batang Mahat sebagai sumber daya bagi pembangkit listrik tenaga air untuk menyuplai energi bagi Kota Pekanbaru dan daerah sekitarnya. Pembangunan waduk ini merupakan salah satu hasil kebijakan ekonomi nasional pada tahun 1970.

Proyek pembangunan kawasan Waduk PLTA Koto Panjang dimulai tahun 1979 dengan melibatkan tiga lembaga asal Jepang, yaitu TEPSCO (Tokyo Electric Power Service Co Ltd.), JICA (Japan International Cooperation Agency) dan OECF (Overseas Economic Cooperation Fund) dengan biaya US$ 300 juta (Witrianto, 2014). Proses pembangunan kawasan waduk selesai pada tahun 1996 dan penggenangan air dilakukan pada tahun 1997. Pembangunan kawasan Waduk Koto menenggelamkan sepuluh desa yang terdiri dari delapan desa di Provinsi Riau dan

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Ju m lah Pend u d u k Tahun Laki-laki Perempuan

2 nagari (desa) di Provinsi Sumatera Barat dengan luas genangan 12.400 ha. Dua nagari yang ditenggelamkan adalah Tanjuang Balik dan Tanjuang Pauah, sedangkan delapan desa yang ditenggelamkan adalah Desa Muara Mahat, Desa Tanjung Alai, Desa Batu Bersurat, Desa Pulau Gadang, Desa Pongkai, Desa Muara Takus, Desa Gunung Bungsu, dan Desa Koto Tuo. Desa-desa tersebut kemudian direlokasi ke daerah baru di sekitar kawasan waduk.

Sumber: PLN Sektor Pembangkitan Pekanbaru

PLTA Koto Panjang mampu membangkitkan tenaga listrik maksium sebesar 114 MW sehingga total produksi energi tahunan rata-rata sebesar 542 GWh. Pembangkit ini memiliki tiga unit pembangkit dengan kapasitas 38 MW per unitnya.

Batas Geografis dan Administrasi

Secara administratif, Kawasan Waduk Koto Panjang berlokasi di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kawasan waduk Koto Panjang meliputi beberapa desa, yaitu Desa Tanjung Alai, Desa Batu Bersurat, Desa Muara Takus, Desa Ranah Sungkai, Desa Binamang, Desa Pongkai Istiqomah dan Desa Koto Tuo Barat. Desa Batu Bersurat merupakan desa yang sering dijadikan tempat orang untuk memulai kegiatan berwisata di waduk. Secara geografis, Kawasan Waduk Koto Panjang terletak pada ketinggian 32 sampai 570

mdpl dengan posisi koordinat 0°18'50.78” LU dan 100°46'38.28” BT. Gambar 7 Peta relokasi permukiman baru

Kawasan Waduk Koto Panjang memiliki luas genangan pada kondisi Ga mbar 8 P eta s eba ra n d esa pa da t apa k

maksimal seluas 12.400 ha. Kapasitas genangan air pada waduk ini mampu mencapai 1.545 juta m3. Keberadaan air di Waduk Koto Panjang sangat penting

bagi masyarakat sekitar waduk untuk kegiatan sehari-hari. Untuk kegiatan pertanian sendiri, keberadaan waduk kurang dimanfaatkan oleh masyarakat karena lahan di sekitar waduk banyak dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan karet, kelapa sawit dan gambir yang tidak terlalu memerlukan irigasi.

Menurut data pada tahun 2012 yang dikeluarkan oleh PLN sektor pembangkitan Kota Pekanbaru menunjukan bahwa waduk Koto Panjang memiliki daerah tangkapan air (water catchment area) seluas 896,98 km2 yang terdiri atas

hutan lindung (64%), hutan produksi (34%) dan lainnya (2%). Luasan ini mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan data lima tahun sebelumnya. Pada Mei 2008, luas daerah tangkapan air seluas 1.053 km2, pada Juli

2009 menurun menjadi 1.041 km2, pada Juni 2010 menurun menjadi 904,33 km2,

dan pada Mei 2011 menurun menjadi 898,09 km2. Dilihat dalam rentang tahun 2008 hingga 2011 terjadi penurunan luas daerah tangkapan air sebesar 156,02 km2.

Penelitian ini meliputi kawasan sembilan desa di Kecamatan XIII Koto Kampar yaitu Desa Tanjung Alai, Pongkai Istiqomah, Binamang, Ranah Sungkai, Batu Bersurat, Koto Tuo Barat, Muara Takus, Koto Tuo, dan Gunung Bungsu. Desa-desa ini adalah desa yang berada di tepi Waduk Koto Panjang. Luas total wilayah perencanaan pada penelitian ini adalah sebesar 368,92 km2. Wilayah

perencanaan dapat dilihat pada Gambar 11. Aksesibilitas

Kawasan Waduk Koto Panjang terletak di jalur penghubung antara Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau. kawasan ini berjarak kurang lebih 87 km dari Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat dan berjarak 20 km dari Bangkinang, Provinsi Riau. Jalur ini banyak dilalui oleh kendaraan terutama ketika hari libur baik itu kendaraan pribadi maupun angkutan umum antar daerah. Hingga saat ini belum tersedia angkutan umum yang khusus untuk menuju ke kawasan waduk sehingga wisatawan yang datang ke kawasan ini banyak yang menggunakan kendaraan pribadi. Peta akses menuju lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.

Prasarana transportasi menuju waduk berupa jalan aspal lintas provinsi. Lokasi waduk yang terletak di kawasan dengan topografi berbukit-bukit menyebabkan lebar jalan yang minim. Jalan memiliki dua lajur dengan lebar tiap lajur tiga meter sehingga sedikit menyulitkan bagi pengendara mobil ketika saling berselisih terutama bagi kendaraan golongan II. Kondisi jalan pada umumnya baik, namun terdapat beberapa titik jalan yang berlubang dan bergelombang yang disebabkan oleh faktor cuaca serta kurang terkontrolnya pemeliharaan yang dilakukan oleh pemerintah terkait. Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah keberadaan lampu jalan yang sangat dibutuhkan disepanjang jalan menuju lokasi. Saat berkendara dimalam hari, lampu jalan sangat membantu kemampuan visual pengendara. Terlebih lagi kondisi jalan yang berada di pinggiran lereng dengan kanopi pohon yang lebar menyebabkan kondisi jalan sangat gelap. Selain itu, papan penunjuk lokasi sangat kurang di sepanjang jalan menuju lokasi waduk.

Jalan yang berkelok-kelok membutuhkan kehati-hatian lebih saat berkendara terutama pada titik belokan jalan. Convex mirror/safety mirror dapat ditempatkan di titik-titik belokan untuk membantu pengendara. Pada beberapa titik jalan menuju waduk memang ditempatkan convex mirror, namun beberapa cermin tersebut berada pada kondisi yang tidak layak/rusak sehingga tidak membantu pengendara saat berkendara. Hal ini disebabkan oleh tindakan vandalisme oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kondisi akses menuju lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 10.

Tikungan tajam

Jalan dengan suasana alam Penambangan batu gunung

Ga mbar 11 P eta b atas ta p ak pe ne li ti an

Ga mbar 12 P eta akse s m enuju l oka si pene li ti an

Kondisi Sosial Masyarakat Waduk Koto Panjang

Kawasan Waduk Koto Panjang termasuk ke dalam sembilan wilayah administrasi desa di Kecamatan XIII Koto Kampar. Jumlah penduduk dari kesembilan desa ini adalah 14.848 jiwa yang terdiri dari 7.872 laki-laki dan 6.978 perempuan. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan waduk sebagian besar memiliki mata pencaharian berkebun. Tanaman yang ditanam berupa tanaman kelapa sawit, karet dan gambir. Hal ini tidak terlepas dari awal mula proyek pembuatan bendungan PLTA Koto Panjang yang harus merelokasi permukiman warga kelokasi baru dimana tiap rumah tangga diberikan sebidang tanah dan petak lahan perkebunan sebagai mata pencaharian baru setelah direlokasi.

Tabel 8 Jumlah penduduk di kawasan Waduk Koto Panjang

Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

Batu Bersurat 1.402 1.339 2.741

Binamang 577 731 1.308

Koto Tuo 1.700 1.000 2.700

Koto Tuo Barat 584 532 1.116

Muara Takus 628 652 1.280

Ranah Sungkai 623 524 1.147

Tanjung Alai 1.183 1.145 2.328

Pongkai Istiqomah 355 329 684

Gunung Bungsu 820 725 1.545

Sumber: XIII Koto Kampar Dalam Angka, 2014

Selain itu, masyarakat sekitar waduk juga ada yang bekerja di sektor perikanan dengan menggunakan keramba jaring apung. Keramba ini banyak dijumpai di sekitar pintu bendungan waduk yang menurut pihak PLN sebagai pengelola, daerah di sekitar waduk merupakan daerah steril dari bentuk pemanfaatan oleh warga.

Tabel 9 Jumlah keramba dan penempatannya di Waduk Koto Panjnag Lokasi Jumlah Keramba

(Unit) Luas (m2) Dam site 938 33.768 Jembatan Kampar 31 1.116 Jembatan Gulamo 248 8.928 Pongkai Istiqomah 6 96 Koto Tuo 16 256 Jumlah 1.239 44.164

Sumber: PLN Sektor Pembangkitan Kota Pekanbaru, 2013

Di samping sektor pertanian, masyarakat juga ada yang bekerja di sektor non- pertanian, yaitu sektor perdagangan dan jasa. Jenis kegiatan non-pertanian yang terlihat di sekitar kawasan waduk antara lain berupa kios dan kantin makanan, kios pengisian bahan bakar eceran, jasa tempat penitipan kendaraan bagi pengunjung, jasa sewa perahu, dan jasa wisata pancing. Kegiatan ini dikelola secara swadaya di bawah naungan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Waduk Koto Panjang.

Kondisi Pengelolaan Waduk Koto Panjang

Pada mulanya, keberadaan Waduk Koto Panjang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan debit air yang digunakan untuk memutar turbin pembangkit listrik. Seiring berjalannya waktu, muncul fungsi tambahan dari waduk yang dapat dikembangkan sebagai potensi wisata daerah. Potensi wisata yang dapat dilihat di kawasan Waduk Koto Panjang adalah wisata air dengan memanfaatkan genangan waduk yang unik dengan bentuk dendritik dan wisata alam dengan beberapa potensi objek dan atraksi wisata serta introduksi pengetahuan tentang pentingnya melestarikan alam. Namun hal ini belum dapat dilaksanakan karena kawasan ini belum memiliki pengelola yang benar-benar mengelola kawasan waduk secara baik.

Menurut hasil wawancara kepada ketua Pokdarwis, belum ada pengelola yang ingin mengembangkan kawasan tersebut termasuk pemerintah daerah selaku pembuat kebijakan dan PLN sektor pembangkitan Pekanbaru selaku yang memiliki kewenangan terhadap kawasan waduk. Pihak PLN dalam kegiatanya menjaga kelestarian sumber daya perairan di sekitar waduk telah membuat zona-zona penggunaan yang terdiri dari zona konservasi sumber daya perikanan, zona pemancingan, zona budi daya perikanan, zona wisata air, dan zona keamanan di sekitar bendungan. Zona pengembangan kawasan waduk oleh pihak PLN terlihat pada Gambar 13.

Pokdarwis merupakan organisasi masyarakat yang peduli wisata di kawasan PLTA Koto Panjang. Kelompok ini terhitung baru didirikan pada tahun 2011. Pokdarwis berada dibawah pengawasan langsung dinas pariwisata Kabupaten Kampar. Meski begitu, fasilitas yang dimiliki oleh Pokdarwis sangat terbatas dan tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk kegiatan wisata yang layak. Untuk menutupi kekurangan fasilitas yang dibutuhkan, Pokdarwis melibatkan masyarakat di sekitar waduk. Pokdarwis menyediakan paket wisata berupa wisata mancing dan rekreasi keliling waduk.

Sumber: PLN Sektor Pembangkitan Pekanbaru, 2015

Berdasarkan potensi yang ada di Waduk Koto Panjang, kawasan ini dapat dikembangkan kearah kegiatan wisata air dan wisata darat. Menurut hasil wawancara ketua pokdarwis, kegiatan yang paling diminati pengunjung yang datang ke kawasan waduk adalah memancing. Namun, ketersediaan fasilitas penunjang yang terbatas menjadi kendala tersendiri. Pokdarwis tercatat hanya memiliki tiga unit mesin kapal. Maka dari itu, warga yang memiliki perahu motor turut diberdayakan untuk memenuhi permintaan pengunjung terutama ketika hari libur dan akhir pekan. Selain itu, potensi wisata air juga didukung dengan adanya pulau-pulau yang berada di tengah waduk yang biasa disebut pulau tonga oleh warga sekitar.

wisata darat yang dapat dikembangkan adalah camping ground. Kegiatan ini banyak dilakukan pengunjung terutama mahasiswa. Sejalan dengan kegiatan berkemah, biasanya pengunjung juga berwisata mengelilingi waduk serta melihat beberapa air terjun yang tersebar di kawasan waduk. Air terjun yang sering dikunjungi oleh pengunjung adalah air terjun Arao Besar. Dalam perjalanan menuju lokasi air terjun akan banyak ditemui batang pohon mati bermunculan dari dalam air. Batang pohon ini merupakan sisa-sisa dari area yang ditenggelamkan akibat pembangunan bendungan PLTA Koto Panjang. Hal ini menambah keunikan dari Waduk Koto Panjang.

b. Jalan lama a. Sekitar pintu waduk

d. Perahu sewaan c. Kios makanan

f. Panorama waduk e. Keramba jaring apung

Perdagangan dan jasa merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari area wisata. Oleh karena itu, pengembangan kawasan waduk sebagai kawasan ekowisata akan memiliki kontribusi kepada peningkatan kegiatan perdagangan dan jasa untuk menambah pemasukan bagi desa dan warganya.

Tabel 10 Sarana perekonomian di sekitar Waduk Koto Panjang

Desa Pasar Umum Toko Kios Warung Koperasi Daerah

Batu Bersurat 1 4 20 1

Binamang 0 0 9 0

Koto Tuo 1 10 19 1

Koto Tuo Barat 0 3 14 0

Muara Takus 1 4 16 0 Ranah Sungkai 1 3 18 0 Tanjung Alai 1 4 18 0 Pongkai Istiqomah 0 1 10 0 Gunung Bungsu 1 5 9 0 Jumlah Total 6 34 133 2 Sumber: BPS, 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait