• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Urban Governance Melalui Layanan Home Care Dottoro’ta

3. Akuntabilitas (Accountability)

pembiayaan Dottoro’ta yang beroprasi memberikan pelayanan. 4. Transparansi (Transparency) keterbukaan dalam penyelenggaraan

program perintah kota terutama yang terkait layanan kesehatan Home Care Dottoro’ta

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan alasan bahwa temuan-temuan dalam penelitian kualitatif tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contoh penelitian kualitatif dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, perilaku

seseorang, tentang peranan organisasi, pergerakan sosial atau hubungan timbal balik (Strauss & Corbin, 2003).

Penelitian kualitatif temuan-temuannya tidak diperoleh prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Pendekatan kulaitatif dipilih karena dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang belum diketahui. Selain itu, metode kualitatif dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. (Sugiyono, 2011).Adapun jenis penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan dan mengkaji data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth intervew), observasi, data dokumentasi dan studi kepustakaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Komunikasi dan informatika Kota Makassar, dan Dinas Kesehatan. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan April sampai bulan Juli 2018.

C. Informan

Penentuan subjek atau informan dalam penelitian ini, penulis menentukan informan secara purposive sampling hal ini didasarkan karena adanya tujuan pengambilan informan berdasarkan kriteria pemahaman terhadap fokus dan subjek yang akan diteliti khususnya yang terlibat dalam Program Homecare-Dottoro’tasebagai berikut:

Kepala Bidang Pelayanan, Dinas Kesehatan Kota Makassar, Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) dan Peningkatan Mutu, Dinas Kesehatan Kota Makassar, Petugas Operasional Home Care – Dottoro’ta, dan Masyarakat Penerima Layanan Home Care – Dottoro’ta.

D. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dapat diperoleh informasi untuk menerangkan dan memberi kejelasan mengenai hal-hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Data yang dapat diperoleh dari sumber data dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Data primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu berupa hasil wawancara mendalam (indepth intervew), observasi atau pengamatan dari pemerintah setempat dan masyarakat.

2. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui pihak kedua dengan melakukan studi dokumentan atau literatur kepustakaan yang berkaitan dengan yang diteliti

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sendiri dengan menggunakan metode wawancara mendalam (in-depth interview), sedangkan untuk memandu dalam

wawancara, penulis menyiapkan panduan pertanyaan tentang hal-hal pokok yang ingin diketahui.

Penulis melakukan wawancara dalam mengumpulkan data, tetapi tidak menutup kemungkinan wawancara tersebut berkembang melampaui pedoman yang ditentukan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan, penulis juga melakukan pengamatan secara langsung tentang hal-hal yang dapat dijadikan data pendukung untuk membantu kelancaran proses penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara peneliti dengan informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkrit tentang masalah yang diteliti.

2. Oservasi Langsung

Observasi langsung adalah cara pengambilan data mengamati secara langsung sesuatu yang berkaitan dengan yang diteliti. Observasi

ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik.

3. Dokumen

Metode dokumen adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses akhir dalam penelitian kualitatif (Creswell, 2010). Menurut Creswell (2010), terdapat beberapa langkah dalam menganalisis data sebagaimana berikut ini:

1. Mengolah data dan mengintrepetasikan data untuk dianalisis. Langkah ini melibatkan transkrip wawancara, menscaning materi, mengerti data lapangan atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung sumber informasi.

2. Membaca keseluruhan data. Dalam tahap ini, menulis catatan catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh

3. Menganalisis lebih detail dengan mengkoding data. koding merupakan proses mengolah materi atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya.

4. Menerapkan proses koding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang, kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kota Makassar

Kota Makassar berada pada posisi yang strategis karena posisi persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Secara goegrafis wilayah kota Makassar berada pada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Dengan batas wilayah :

a) Sebelah Utara : Kabupaten Kepulauan Pangkajene b) Sebelah Selatan : Kabupaten Bone

c) Sebelah Barat : Selat Makassar d) Sebelah Timur : Kabupaten Maros

Kota ini merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dari aspek pembangunannya dan secara demografis dengan berbagai suku bangsa yang menetap di kota ini. Suku yang signifikan jumlahnya di kota Makassar adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa. Adapun Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kecamatan Rappocini, yang terdiri dari 10 Kelurahan yaitu Balla Parang, Banta Bantaeng, Bonto Makkio, Buakana, Gunung Sari, Karunrung, Kassi-Kassi, Mappala, Rappocini, Tidung. Kelurahan Buakana merupakan lokasi penelitian ini dilakukan karena terdapat BULO (Badan Usaha Lorong) yang mudah diakses peneliti. 1. Visi Misi Kota Makassar.

Visi Pemerintah Kota Makassar 2014- 2019 memiliki konsistensi dengan visi Kota Makassar 2005-2025, khususnya pada penekanan

“orientasi global”, dalam RPJMD dirumuskan sebagai “kota dunia”. Penekanan “berwawasan lingkungan” dan “paling bersahabat” pada visi dalam RPJPD dirumuskan sebagai “yang nyaman untuk semua” pada visi dalam RPJMD 2014-2019. Pokok visi “kota maritim, niaga, pendidikan, budaya dan jasa” pada visi dalam RPJPD, pada visi dalam RPJMD 2014-2019 ditempatkan sebagai bagian dari substansi “kota dunia”.

Jika dihubungkan dengan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 2018, relevansi visi Pemerintah Kota Makassar 2014-2019 terletak pada posisi “Makassar Kota Dunia Yang Nyaman Untuk Semua”yang merupakan bagian penting dari terwujudnya “Sulawesi Selatan sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan pada Tahun 2018”.

Pernyataan visi Pemerintah Kota Makassar 2019 memiliki tiga pokok visi yang merupakan gambaran kondisi yang ingin dicapai Kota Makassar pada akhir periode 2014-2019. Penjelasan masing-masing pokok visi tersebut, adalah sebagai berikut. Kota Dunia, dimaksudkan adalah Kota Makassar yang memiliki keunggulan komparatif, kompetitif, aksesibel dan inklusifitas yang berdaya tarik tinggi atau memukau dalam banyak hal.

Diantaranya potensi sumberdaya alam dan infrastruktur sosial ekonomi yang menjanjikan terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan standar dunia. Pokok visi ini dapat dikristalkan sebagai terwujudnya “masyarakat sejahtera standar dunia”. Nyaman, dimaksudkan adalah terwujudnya proses pembangunan yang semakin menyempitkan

kesenjangan dan melahirkan kemandirian secara stabil, dalam struktur dan pola ruang kota yang menjamin kenyamanan dan keamanan bagi berkembangnya masyarakat yang mengedepankankan prinsip inklusifitas serta pola hubungan yang setara antara stakeholder dan stakeholder dalam pembangunan. Pokok visi ini dapat dikristalkan sebagai terwujudnya “kota nyaman kelas dunia”.

Untuk Semua, dimaksudkan adalah proses perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan pembangunan yang dapat dinikmati dan dirasakaan seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi berdasarkan jenjang umur, jenis kelamin, status sosial dan kemampuan diri (termasuk kelompok disabilitas). Pokok visi ini dapat diristalkan sebagai terwujudnya “pelayanan publik standar dunia dan bebas korupsi”.

Untuk mewujudkan visi misi tersebut memerlukan konsep Smart City sebagai acuan. Pemerintah Kota Makassar menamai konsep kota cerdas itu dengan tagline 'Makassar Sombere & Smart City', yang memadukan konsep kota cerdas dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi untuk mewujudkan pelayanan masyarakat lebih baik, dan 'sombere' bahasa lokal yang berarti 'hati'.

3. Dinas Kesehatan Kota Makassar

Adapun Visi Dinas Kesehatan Kota Makassar :

"Makassar Sehat dan Nyaman untuk Semua"

1. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Yang Merata, Bermutu dan Terjangkau Berbasis Teknologi

2. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Masyarakat

3. Menjamin Kesehatan Masyarakat Melalui Sistem Jaminan Kesehatan

4. Menciptakan Lingkungan Sehat

Dinas Kesehatan Kota Makassar memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :

Tabel 2. Sarana Prasarana Kesehatan Kota Makassar

No. Sarana Prasarana Jumlah

1. RSUD 1 (RSUD Daya)

2. RS Swasta 10

3. RS Milik Pemprov/TNI/Polri 12

4. RS Bersalin 15

5. Rumah Bersalin 13

6. Balai Pengobatan / Klinik 41 / 87

7. Bidan Praktek Swasta 75

8. Apotek 499

9. Toko Obat 64

10. Industri Obat Tradisional 1

12. Puskesmas Pembantu 37

13. Puskesmas Keliling 50

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2018.

Ketersediaan sarana kesehatan sangat penting untuk mendukung upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Kelurahan, Puskesmas Keliling, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) serta sarana kesehatan lainya.

Sejak berlakunya Permenkes nomor 75 tahun 2014 setiap puskesmas harus terakreditasi untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan. Untuk itu di kota makassar sejak tahun 2015 dilakukan pendampingan untuk persiapan akreditasi secara bertahap. Pada tahun 2016 terdapat 20 puskesmas yang telah terakreditasi diantaranya : Puskesmas Dahlia, Puskesmas Pertiwi, Puskesmas Makkasau, Puskesmas Tarakan, Puskesmas Andalas, Puskesmas Malimongan Baru, Puskesmas Tamangapa, Puskesmas Sudiang Raya, Puskesmas Paccerakang, Puskemas Mamajang, Puskesmas Batua, Puskesmas Antang Perumnas, Puskesmas Tamalate, Puskesmas Maccini Sawah, Puskesmas Kaluku Bodoa, Puskesmas Sudiang, Puskesmas Tamalanrea, Puskesmas Pattingalloang, Puskesmas Jongaya dan Puskesmas Kassi – Kassi. Adapun 26 puskesmas yang lainnya

dijadwalkan akan diakreditasi secara bertahap pada tahun 2017 dan 2018.

Selain fasilitas kesehatan yang digambarkan pada tabel di atas perlu juga diperhatikan tenaga kesehatan yang tersedia di Kota Makassar pengaturan ini disesuaikan Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 7 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata. Sumber daya manusia kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis dan tenaga kesehatan lainya.

Ketersediaan tenaga merupakan salah satu unsur penting untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam percepatan pencapaian target pembangunan kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan pada Tahun 2016 adalah sebanyak 1.693 orang yang tersebar pada 46 Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar, Instalasi Farmasi dan tenaga yang ada di Dinas Kesehatan Kota Makassar.

Tabel 3. Distribusi tenaga kesehatan berdasarkan jenis ketenagaan

Tenaga Kesehatan Pembagian Bidang

Tenaga Medis sebanyak terdiri atas

Dokter Umum 153 orang Dokter Gigi 84 orang

Tenaga Keperawatan sebanyak terdiri atas

Bidan 241 orang Perawat 491 orang Perawat Gigi 65 orang Tenaga Kefarmasian sebanyak

terdiri atas

Farmasi dan Apoteker 56 orang Asisten apoteker 50 orang Kesehatan Masyarakat sebanyak terdiri atas 138 orang

Sanitarian sebanyak 93 orang

Tenaga Gizi dan dietisien 100 orang Keterampilan Fisik/ Fisioterapi 8 orang Keteknisian Medis 41 orang

Analis Kesehatan 61 orang Tenaga Non Kesehatan 76 orang

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2018.

Adapun rasio dokter umum di Kota Makassar tahun 2013 adalah 9,78 per 100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2016 rasio dokter umum adalah 10,56 dokter per 100.000 penduduk atau 1 : 10.000. Penduduk sementara rasio ideal dokter terhadap penduduk adalah 1:2500 artinya satu orang dokter melayani 2.500 penduduk, maka jika ingin mencapai rasio ideal tersebut dengan jumlah penduduk Kota Makassar sebanyak 1.449.401 orang maka dibutuhkan sebanyak 580 dokter umum, sementara

kondisi sekarang dokter umum pada unit layanan kesehatan Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Puskesmas dan Dinas Kesehatan masih berjumlah 153 orang. Jadi apabila kita ingin mendapatkan ratio dokter yang ideal masih dibutuhkan 427 orang dokter umum.

Rasio dokter gigi di Kota Makassar adalah 5,47 per 100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2016 rasio dokter gigi adalah 5,80 per 100.000 penduduk atau 1 : 20.000 penduduk . Adapun rasioideal antara dokter gigi dengan penduduk di Indonesia adalah 1:9.000.Jika berhitung dari rasio ideal, dibutuhkan sebanyak 161 orang dokter gigi, sementara dokter gigi pada sarana kesehatan pemerintah Kota Makassar baru berjumlah 84 orang sehingga masih membutuhkan sebanyak 77 dokter gigi.

Tenaga perawat merupakan jenis ketenagaan kesehatan yang paling besar jumlahnya di Kota Makassar jumlah tenaga perawat pada tahun 2013 yaitu sebanyak 369 orang sedangkan pada tahun 2016 jumlah tenaga perawt menjadi 491 orang. Kondisi tersebut tidakberbeda jauh dengan kondisi nasional, dimana diperkirakan 60% tenaga kesehatan di Indonesia adalah perawat.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 83 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesehatan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah dan dalam

melaksanakan tugas, Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi antara lain :

a. Perumusan kebijakan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang kesehatan;

b. Pelaksanaan kebijakan Urusan Pemerintahan bidang kesehatan;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Urusan Pemerintahan bidang kesehatan;

d. Pelaksanaan administrasi dinas Urusan Pemerintahan bidangkesehatan;

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota terkait dengan tugas dan fungsinya.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Walikota Makassar Nomor 83

Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi

serta Tata Kerja Dinas Kesehatan, disebutkan bahwa berdasarkan tugas

dan fungsinya, Dinas Kesehatan mempunyai uraian tugas :

a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan;

b. Merumuskan dan melaksanakan visi dan misi dinas;

c. Merumuskan dan mengendalikan pelaksanaan program dan kegiatan Sekretariat dan Bidang Kesehatan Masyarakat, Bidang

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Bidang Pelayanan Kesehatan dan Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan;

d. Merumuskan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja (RENJA), Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA dan Perjanjian Kinerja (PK)dinas;

e. Mengoordinasikan dan merumuskan bahan penyiapan penyusunanLaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kota dan segala bentuk pelaporan lainnya sesuai bidang tugasnya;

f. Merumuskan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dinas;

g. Merumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan (SP) dinas;

h. Mengoordinasikan pembinaan dan pengembangan kapasitas organisasi dan tata laksana;

i. Merumuskan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan dan pengembangan sumber daya kesehatan;

j. Melaksanakan dan mengoordinasikan penyelenggaraan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan dan pengembangan sumber daya kesehatan;

k. Melaksanakan koordinasi, advokasi dan kemitraan di bidang kesehatan;

l. Memberikan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan serta pengembangan sumber daya kesehatan;

m. Melaksanakan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik Daerah yang berada dalam penguasaannya;

n. Melaksanaan tugas pembantuan dari pemerintah Provinsi ke pemerintah Kota sesuai dengan bidang tugasnya;

o. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;

p. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas;

r. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait lainnya sesuai dengan lingkup tugasnya;

s. Membina, membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

t. Melaksanakan pembinaan jabatan fungsional;

u. Melaksanakan pembinaan unit pelaksana teknis;

v. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada walikota melalui sekretaris Daerah;

w. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh walikota.

Adapun Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri atas :

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, terdiri atas :

1. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan;

2. Subbagian Keuangan;

3. Subbagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri atas:

2. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;

3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kerja dan Olahraga.

d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri atas :

1. Seksi Surveilans dan Imunisiasi;

2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;

3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

e. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri atas :

1. Seksi Pelayanan kesehatan Primer dan Tradisional;

2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan;

3. Seksi Fasyankes dan Peningkatan Mutu.

f. Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan, terdiri atas :

1. Seksi Kefarmasian;

2. Seksi Alat, Perbekalan dan Jaminan Kesehatan;

3. Seksi Sumber Daya Manusia dan Register Kesehatan.

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

h. Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 – 2019 yaitu :

1. Menjabarkan kebijakan/program RPJMD Kota Makassar dalam upaya mewujudkan komitmen dan konsistensi perencanaan serta pelaksanaan kegiatan yang akan dioperasionalisasikan secara konsekuen berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan sesuai dengan kemampuan daerah.

2. Menyiapkan acuan bagi rencana kerja Dinas Kesehatan dengan menyediakan dokumen perencanaan Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yang mampu beradaptasi dengansegala perubahan lingkungan strategis.

3. Menyiapkan kerangka evaluasi kinerja bagi Dinas Kesehatan maupunPemerintah Kota Makassar.

4. Menyesuaikan rencana strategis 2014 – 2019 dengan struktur perangkat daerah berdasarakan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 dan Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM bidang Kesehatan.

Adapun tujuan dari Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 – 2019 adalah agar terbangun konsistensi perencanaan dalam perwujudan capaian kinerja Dinas Kesehatan melalui komitmen bersama dalam melaksanakan program-program yang telah direncanakan dan sebagai pedoman bagi pemangku kebijakan (stakeholder) dan instansi terkait untuk berperan aktif dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Kota Makassar. Selanjutnya

pengukuran capaian kinerja Dinas Kesehatan Kota Makassar juga dilakukan dengan mengukur 4 sasaran yang telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja sesuai dengan sasaran pada RenstraDinas Kesehatan.

Setiap tahunnya juga disusun Profil Kesehatan Kota Makassar yang merupakan gambaran situasi dan kondisi kesehatan, profilkesehatan juga memuat berbagai data secara terpilah menurut jenis kelamin. Secara umum, sasaran strategik yang hendak dicapai oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar telah dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan dengan tingkat capaian target sasaran rata-rata 100,62%.

B. Urban Governance Melalui Layanan Home Care (Dottoro’ta) di Kota Makassar

Penelitian ini didasari pada Konsep Urban Governance (Tata Kelola Perkotaan) yang mengacu pada cara pemerintah serta pemangku kepentingan memutuskan tentang perencanaan, pembiayaan dan pengelolaan daerah perkotaan. Ini melibatkan proses negosiasi dan kontestasi yang berkelanjutan termasuk alokasi sumber daya sosial dan material. Implementasi Urban Governance dapat diamati melalui program smart living yang berorientasi pada sektor kesehatan yang menjadi salah satu faktor majunya manajemen perkotaan.

Penelitian ini mengacu pada Indikator pelaksanaan good governance yang meliputi: keadilan (equity), keterlibatan masyarakat sipil

(civic engagement) atau penduduk (citizenship), akuntabilitas (accountability), dan transparansi (transparency).

1. Keadilan (equity)

Pada aspek ini mencermati adanya rasa keadilan yang diberikan kepada masyarakat dalam penataan pelayanan perkotaan terutama yang terkait program Dottoro’ta. Perspektif Keadilan yang dimaksudkan adalah jangkauan pelayanan diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang gender, suku, ras, dan tingkatan sosial pada masyarakat.

Untuk mengetahui persfektif masyarakat terhadap keadilan pemberian layanan Dottoro’ta maka dilakukan wawancara dengan informan masyarakat Penerima Layanan, salah satunya MA yang mengemukakan bahwa:

“kalau untuk akses Dottoro’ta bagi masyarakat sih gratis yah, tentu untuk semua masyarakat tanpa perlu melihat status sosial. Juga pelayanan Dottoro’ta yang mudah cukup kita telpon call center nya 112 pihak dari puskesmas akan datang ke rumah dan Layanan home care dua puluh empat jam penanganan bisa cepat, pertolongan pertama dalam hal ini bantuan hidup dasar bisa segera”

(Hasil wawancara tanggal,27Agustus 2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pelayanan yang diberikan Dottorota diberikan secara gratis kepada masyarakat tanpa ada perlakuan khusus yang diberikan kepada orang-orang dengan status sosial tertentu asalkan hal itu bersifat urgen maka

layanan ini dapat segera diberikan dengan respon yang cepat karena layanan ini dilakukan selama 24 jam.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan masyarakat SH yang mengatakan bahwa:

“sayakan ini mengidap sakit jantung kasian, merasa terbantu dengan layanan Dottoro’ta. Di kala anak-anak saya di luar rumah, berbekal telepon genggam, kita cukup menelpon call center Smart City Makassar 112. Itu Petugas menghubungkan dengan Puskesmas dan Dottoro’ta datang beserta dokter serta perawat ke rumah” (Hasil wawancara tanggal,4September 2018)

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan masyarakat AF yang mengatakan bahwa:

“Pelayanan ini untuk semua kalangan pastinya, mau kaya atau miskin dan segala usia, telepon dari warga yang membutuhkan layanan kesehatan, Dengan homecare masyarakat tidak perlu lagi menumpuk di ICU karena dokter ke rumah. Kita maksimalkan front terdepan puskesmas. Selama ini kan orang malas ke puskesmas, langsung ke rumah sakit, menumpuklah orang disana, puskesmas kosong”

(Hasil wawancara tanggal,3September 2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pelayanan yang dilakukan melalui program home care Dottoro’ta diberikan pada semua kalangan tanpa melihat status sosial yang dilayani serta diberikan secara gratis, pelayanan Dottoro’ta cukup dengan menelpon call center 112 pihak dari puskesmas akan datang ke rumah dilengkapi dengan mobil, oksigen, monitor yang lengkap. Petugas menghubungkan dengan Puskesmas terdekat dan Dottoro’ta datang beserta dokter serta perawat ke rumah.

Selanjutnya dari sudut pandang pelaksana program Home Care Dottorota mengemukakan tentang upaya pemerataan distribusi pelayanan yang berkeadilan bagi masyarakat tidak hanya didaerah pusat perkotaan

Dokumen terkait