• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Urban Governance Melalui Layanan Home Care Dottoro’ta

4. Transparansi (Transparency)

Transparansi (Transparency), terkait keterbukaan dalam penyelenggaraan program pemerintah kota terutama yang terkait layanan kesehatan. Untuk pelayanan home care Dottoro’ta dilakukan secara terbuka untuk berbagai kalangan transparan, dalam hal informasi layanan, dan bertanggungjawab pada masyarakat terhadap layanan kesehatan yang diberikan. Untuk memproleh penjelasan lebih lanjut maka dilakukan wawancara dengan informan Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) dan Peningkatan Mutu, Dinas Kesehatan Kota Makassar, mengemukakan bahwa:

“kita melayani tidak mengenal siapa yang kita layani karena ini akses layanan langsung adanya program home care dan mobil Dottoro’ta wawasan masyarakat tentang pelayanan kesehatan menjadi terbuka. Selain itu juga program mobil dottorotta ini mendapatkan apresiasi dari warga. Setiap bulan dalam satu kelurahan mobil dottorotta bisa melayani sampai 6 pasien yang betul-betul membutuhkan pelayanan kesehatan”

(Hasil wawancara, tanggal 28Agustus 2018)

Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas Dottoro’ta yang mengemukakan bahwa :

“Kami pernah menangani pasien yang saat itu tiba-tiba pingsan karena terkena stroke atau lumpuh seketika yang sulit dibawa ke rumah sakit. Kami datangi rumahnya untuk mendapatkan penanganan awal, Dalam pelayanan home care artinya yang dilayani ialah orang

yang sulit mengakses pelayanan kesehatan seperti para lansia dan orang yang lumpuh yang tidak bisa bergerak, tapi ada juga masyarakat yang tidak mengerti asal nelpon”

(Hasil wawancara, tanggal 27Agustus 2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa akses layanan sangat terbuka untuk masyarakat kota Makassar tanpa ada perbedaan perlakuan, selain itu pertanggungjawaban dokttorota berfokus pada pasien yang tiba-tiba pinsan, stroke, atau lumpuh seketika, begitu juga untuk lansia namun informasi ini masih kurang dipahami masyarakat bahwa layanan ini bersifat darurat tidak semua penyakit bisa menggunakan mobil Dottoro’ta.

Secara keseluruhan pelaksanaan urban governance yang yang dicermati pada aspek keadilan (equity), keterlibatan masyarakat sipil (civic engagement), akuntabilitas (accountability), dan transparansi (transparency) menunjukkan berjalannya keseluruhan aspek meskipun terdapat sejumlah kelemahan yang masih perlu dibenahi seperti pemahaman masyarakat terhapat layanan home care dottorota yang masih memerlukan sosialisasi dan juga efektivitas pengelolaan peralatan kesehatan sebagai pertanggungjawaban anggaran dalam penyedian fasilitas home care dottorota.

Melalui hasil penelitian ini dapat dipahami bahwa kelanjutan dari visi pemerintah kota makassar Makassar kota dunia yang nyaman untuk semua juga terimplementasi pada bidang kesehatan hal dituangkan melalui program home care (Dottoro’ta) yang menselaraskan kebutuhan kota

dalam bidang kesehatan melalui teknologi informasi dan komunikasi yang dimiliki kota makassar.

Pelayanan yang efektif di perkotaan mestimendukung pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk menghubungkan, memonitor dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di dalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung pembangunan (Amri, 2017). Hanya yang menjadi tantangan dan kelemahan dalam mewujudkan misi tersebut adalah anggaran yang digunakan untuk menfasilitasi program yang inovatif dalam mendukung program home care Dottoro’ta yang mesti dilakukan secara bertahap.

Terdapat peran pemerintah dalam menguraikan persoalan yang berhubungan dengan berbagai pelayanan seperti pelayanan kesehatan, dengan cara menghubungi pusat layanan 112 maka masyarakat dapat memperoleh akses layanan yang cepat dan akurat. Peran pemerintah Kota Makassar dalam pelaksanaan Dottoro’ta berorientasi pada pelayanan langsung ke rumah masyarakat yang membutuhkan pelayanan untuk kondisi tertentu pasien yang tidak bisa bangun, pasien lansia, pasien pasca operasi, dan pasca kemotherapy. Pelayanan tersedia 24 jam yang tersedia tim medis disetiap kelurahan.

Tim Home Care juga akan melayani perawatan pasien, setelah pihak rumah sakit menginformasikan ke Dinas Kesehatan Makassar yang kemudian meneruskan ke puskesmas yang terdekat.

Berdasarkan hasil penelitian pada aspek keadilan (equity) menunjukkan bahwa pelayanan yang dilakukan melalui program home care Dottoro’ta diberikan pada semua kalangan tanpa melihat status sosial yang dilayani serta diberikan secara gratis, pelayanan Dottoro’ta cukup dengan menelpon call center 112 pihak dari puskesmas akan datang ke rumah dilengkapi dengan mobil, oksigen, monitor yang lengkap. Petugas menghubungkan dengan Puskesmas terdekat dan Dottoro’ta datang beserta dokter serta perawat ke rumah.

Pada aspek akuntabilitas menunjukkan pengunaan anggaran yang tertinggi pada tahun 2015 yaitu Rp. 5.472.101.000 kemudian menurun mejadi Rp. 4.482.314.200 pada tahun berikutnya dan pada tahun 2017 menjadi 2.037.318.000. hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan anggaran lebih banyak terserap pada pengadaan peralatan dan fasilitas kendaraan pada awal tahun 2015 sehingga pada tahun berikutnya diperuntuk untuk pemanfaatan kekurangan alat kesehatan dan peningkatan kualitas SDM yang terlibat.

Adapun jumlah masyarakat yang mengunakan fasilitas Dottoro’ta mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2015 terdapat 2266 pasien yang dilayani sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu 4685 pasien baik yang dirawat maupun yang dirujuk. Sementara pada triwulan pertama tahun 2017 telah menyentuh angka 1720 pasien yang dilayani terhitung januari-maret. Angka tersebut diprediksi akan meningkat melebih tahun 2016. Melihat meningkatnya jumlah pasien

maka perlu langkah antisipasi armada yang digunakan perlu dipersiapkan tambahan jika pasien penguna home care Dottoro’ta juga semakin meningkat.

Pada aspek transparansi menunjukkan akses layanan sangat terbuka untuk masyarakat kota Makassar tanpa ada perbedaan perlakuan, selain itu pertanggungjawaban dokttorota berfokus pada pasien yang tiba-tiba pinsan, stroke, atau lumpuh seketika, begitu juga untuk lansia namun informasi ini masih kurang dipahami masyarakat bahwa layanan ini bersifat darurat tidak semua penyakit bisa menggunakan mobil Dottoro’ta.

Keterlibatan masyarakat pada program home care Dottoro’ta perlu diperkuat dengan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat bahwa untuk kondisi tertentu seperti penyakit jantung, tidak sadarkan diri, lumpuh, ibu hamil, dan lansia yang diprioritaskan sehingga tidak semua gejala penyakit mesti menggunakan Dottoro’ta untuk datang ke rumah.

Home Care Dottorotta ini telah menggunakan teknologi telemedicine jadi dokter spesialis yang terhubung melalui wall room dapat melakukan diagnosa berdasarkan pemeriksaan ektrokardiogram atau EKG untuk penderita jantung dan USG untuk kehamilan dan penyakit dalam, Dottoro’ta juga ada alat monitor kondisi pasien yang terkoneksi langsung ke dokter ahli melalui wall room sehingga dapat dikategorikan aman.

Pelaksanaan Urban Governance Melalui Layanan Home Care (Dottoro’ta) di Kota Makassar berdasarkan uraian pembahasan di atas menunjukkan terlaksanaanya keseluruhan aspek namun dengan catatan

perlu sosialisasi mengenai program ini karena ada kesalapahaman fungsi home core dottorota bagi sejumlah masyarakat yang mesti menempatkan layanan untuk kebutuhan yang urgen. Meskipun harus diakui bahwa layanan home care dottorota ini telah mengadopsi sistem pelayanan perkotaan yang berbasis IT, pengembangan perkotaan menggunakan teknologi untuk mempercepat akses pelayanan publik seperti Home Care Dottoro’tayang dapat terkoneksi dengan pusat layanan sehingga dapat memangkas waktu tunggu rujukan pasien hal ini sesuai yang dikemukakan dalam (Khambali, 2017) yang mengatakan bahwa proses perkembangan kota dipengaruhi oleh faktor kemajuan dan peningkatan bidang teknologi yang dapat mempercepat proses pelayanan publik.

C. Hambatan Implementasi Layanan Home Care (Dottoro’ta) di Kota

Dokumen terkait