• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : Analisis Data

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

3.9. Akuntabilitas Anggota Legislatif

Tabel 15

Penilaian Responden Terhadap Kunjungan Rutin Anggota Legislatif Periode 2004-2009 dan Anggota Legislatif Periode 2009-2014

No. Jawaban Periode Persentase 2004-2009 2009-2014 2004-2009 2009-2014 1. Ya 14 38 14 38 2. Tidak 86 62 86 62 Jumlah 100 100 100 100

Sumber : Data Kuesioner 2009

Pada tabel 15 dapat dilihat bahwa tingkat akuntabilitas anggota legislatif baik itu periode 2004 maupun 2009, kepada konsituen cukup rendah. Dimana pada tahun 2004 responden menyatakan bahwa anggota legislatif belum ada pendekatannya kepada masyarakat. Aspirasi masyarakat seharusnya diketahui oleh anggota legislatif namun terbukti belum adanya kunjungan oleh anggota legislatif secara rutin kepada konsituen yang adalah masyarakat sendiri. Hal ini terbukti dengan adanya sejumlah masyarakat yang merasa bahwa anggota legislatif periode 2004-2009 belum melakukan kunjungan rutin ke daerah asal

63

pemilihannya. Hal ini bisa saja diakibatkan kurangnya informasi-informasi melalui sosialisasi kepada masyarakat tentang kunjungan rutin yang dilakukan oleh anggota legislatif yang disebut dengan reses, atau bisa juga disebabkan karena kunjungan tersebut hanya dilakukan di daerah tertentu misalnya hanya di ibukota kecamatan yang dihadiri oleh sebagian kecil masyarakat di daerah tersebut. Hal ini terlihat dari adanya sejumlah kecil responden yang menyatakan pernah dikunjungi oleh anggota legislatif sebelumnya.

Sistem pemilu 2009 memberi harapan kepada masyarakat dimana anggota legislatif terpilih yang masih menjabat akan dapat mengunjungi konstituen sehingga aspirasi mereka dapat disalurkan, walaupun responden yang masih belum begitu yakin berjumlah lebih banyak, akan tetapi kepercayaan masyarakat kepada akuntabilitas anggota legislatif terpilih melalui sitem pemilu 2009 kepada konstituennya lebih meningkat daripada sistem pemilu 2004 sebelumnya. Yang berarti bahwa sistem pemilu 2009 telah menghasilkan anggota legislatif yang memiliki akuntabilitas yang baik kepada konstituennya.

Sehingga jika harapan yang tinggi terhadap anggota DPRD Nias dari Dapem IV tidak dimanfaatkan untuk menunjukkan kinerja yang baik, maka yang dtakutkan turunnya tingkat ketidakpercayaan terhadap anggota legislatif dan partai. Sehingga nantinya akan menimbulkan tingginya tingkat golongan putih di Kabupaten Nias

64 Tabel 16

Penilaian Responden Terhadap Representatif Masyarakat Melalui Anggota Legislatif No. Jawaban Periode Persentase 2004-2009 2009-2014 2004-2009 2009-2014 1. Mewakili 45 75 45 75 2. Tidak Mewakili 55 25 55 25 Jumlah 100 100 100 100

Sumber : Data Kuesioner 2009

Pemahaman masyarakat akan fungsi dari anggota legislatif yang sesungguhnya sebagai wakil rakyat di daerah telah mengundang pendapat masyarakat bahwa ternyata anggota legislatif terpilih pada tahun 2004 tidak benar-benar mewakili suara rakyat di daerah. Yang berarti bahwa belum adanya akuntabilitas yang baik dari anggota legislatif yang mewakili masyarakat dalam memajukan daerahnya. Karena bisa saja disebabkan karena sistem pemilu yang lebih mengedepankan pilihan terhadap partai politik. Sehingga kebanyakan caleg di Dapem IV lebih mengedapankan nama partai daripada programnya. Pada pemilu tersebut kebanyakan caleg yang tidak dikenal bahkan tidak mewakili wilayah Dapem IV yang duduk sebagai anggota legislatif periode 2004-2009.

Akan tetapi pada sistem pemilu 2009, responden telah berpendapat lain, bahwa anggota legislatif terpilih pada tahun 2009 dan masih menjabat hingga sekarang memiliki tingkat akuntabilitas yang lebih baik, terbukti dengan meningkatnya jumlah keyakinan masyarakat bahwa anggota legislatif telah mewakili masyarakat, responden meyakini anggota legislatif kali ini akan mampu

65

menunjukkan kinerjanya sebagai wakil masyarakat dalam memajukan daerahnya. Namun, tidak semua responden yang sepakat dengan tanggapan itu, ada responden yang masih belum yakin dengan kinerja anggota legislatif terpilih saat ini akan dapat mewakili suara masyarakat di daerah. Hal ini karena anggota legislatif terpilih ini baru saja menjabat dan sedang berlangsung hingga sekarang. Akibatnya responden masih ingin mengetahui dan menilai dulu bagaimana kinerja dan akuntabilitas para anggota legislatif ini sebagai wakil masyarakat di daerah yang sebenarnya, karena responden masih di bayang-bayangi oleh kekurang percayaan mereka terhadap tingkat akuntabilitas anggota legislatif 2004 yang dinilai belum mewakili masyarakat.

66

Tabel 17

Penilaian Responden Terhadap Akuntabilitas Anggota Legislatif Periode 2004-2009 dan Anggota Legislatif Periode 2009-2014

No. Jawaban

Akuntabilitas Administratif Akuntabilitas Politik Akuntabilitas Moral Akuntabilitas Profesional

Periode Persentase Periode Persentase Periode Persentase Periode Persentase

2004-2009 2009-2014 2004-2009 2009-2014 2004-2009 2009-2014 2004-2009 2009-2014 2004-2009 2009-2014 2004-2009 2009-2014 2004-2009 2009-2014 2004-2009 2009-2014 1. Ya 25 63 25 63 42 66 42 66 34 65 34 65 30 67 30 67 2. Tidak 75 37 75 37 58 34 58 34 66 35 66 35 70 33 70 33 Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : Data Kuesioner 2009

67

Pada tabel 17 kita dapat melihat bahwa penilaian responden terhadap tingkat akuntabilitas anggota legislatif 2004 berdasarkan akuntabilitas administratif cukup rendah, ini didasarkan atas penilaian responden terhadap anggota legislatif periode lama yang belum menggunakan dana publik berupa penghasilan, tunjangan-tunjangan lainnya serta fasilitas Negara lainnya dengan benar dan jujur, dan telah menjadi tanda tanya bagi sebagian masyarakat tentang asal harta kekayaan yang dimiliki oleh anggota legislatif yang berlimpah. Hal ini karena tidak adanya pengumuman dari anggota legislatif sebelum dan sesudah menjabat, ataupun kurang adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang informasi kekayaan anggota legislatif Sehingga menimbulkan kecenderungan akan ketidakpercayaan dan kecurigaan masyarakat terhadap akuntabilitas administratif dari anggota legislatif 2004 yang lalu.

Pemahaman yang rendah terhadap fungsi Anggita DPRD Nias ini terlihat dari Pembahasan Perda yang dibahas. Masyarakat menilai Perda yang dibuat hanya menunggu dari Eksekutif dan sedikitnya Perda yang berpihak kepada masyarakat. Dan kehadiran anggota legislatif DPRD sangat rendah sekali. Dan mereka lebih banyak menuntut fasilitas daripada tugasnya menjadi anggota dewan.

Namun pada pemilu 2009, ketidakpercayaan masyarakat tersebut berkurang, dimana pada pemilu 2009 ini masyarakat lebih selektif memilih calon anggota legislatif yang benar-benar bertanggung jawab sesuai dengan keinginan masyarakat apalagi didukung oleh sistem pemilu 2009 yang mana suara dari masyarakat lebih berarti untuk mendukung calonnya mendapatkan kursi legislatif. Sehingga keyakinan masyarakat terhadap akuntabilitas adminsitratif berupa

68

penggunaan dana publik seperti penghasilan, tunjangan-tunjangan serta fasilitas Negara lainnya dan juga pengumuman harta kekayaan sebelum dan sesudah menjabat dari anggota legislatif 2009 mengalami kenaikkan dari anggota legislatif 2004. yang berarti bahwa akuntabilitas administratif anggota legislatif 2009 lebih baik daripada akuntabilitas administratif anggota legislatif 2009.]

Demikian juga halnya dengan penilaian responden terhadap tingkat akuntabilitas politik dari anggota legislatif 2004 yang juga rendah. Dimana responden menyatakan bahwa anggota legislatif 2004 belum membuat kebijakan politik seperti pembuatan Peraturan Daerah (Perda) dan keputusan-keputusan lain untuk kepentingan daerah. Pendapat ini bisa disebabkan oleh kurangnya sosialisasi anggota legislatif terhadap masyarakat apabila ada kebijakan politik yang baru. Ini berarti belum adanya kinerja serta akuntabilitas yang baik dari anggota legislatif terhadap masyarakat.

Jika dilihat dari pemilu 2009, pandangan responden terhadap tingkat akuntabilitas politik anggota legislatif lebih baik dari sebelumnya. Yang berarti bahwa responden menilai anggota legislatif 2009 akan lebih baik dalam kinerjanya serta tingkat akuntabilitasnya dalam membuat kebijakan politik seperti pembuatan Peraturan Daerah (Perda) dan keputusan-keputusan lain untuk kepentingan daerah serta hasilnya akan disosialisasikan kepada masyarakat. Hal ini kembali kepada keyakinan masyarakat akan pilihannya yang tercapai karena sistem pemilu 2009 ini benar-benar menggunakan suara rakyat sepenuhnya.

69

Tidak jauh beda dengan penilaian masyarakat terhadap akuntabilitas anggota legislatif berdasarkan akuntabilitas moral. Masyarakat menilai tingkat akuntabilitas moral anggota legislatif 2009 lebih baik daripada akuntabilitas anggota legislatif 2004. Responden menyatakan bahwa anggota legislatif 2004 belum cukup memiliki moral dan kepribadian yang baik. Tidak ada salahnya responden menilai hal ini, karena responden merasakan sendiri bagaimana sikap dan tanggung jawab para anggota legislatif ini dalam mengemban tugasnya sebagai wakil rakyat di parlemen yang lebih banyak mengutamakan kepentingan pribadi mereka dibandingkan kepentingan masyarakat. Ini disebabkan bahwa partai tidak menseleksi caleg-caleg yang benar-benar memiliki kepedulian dalam masyarakat. Sehingga mereka yang dududk dalam pemilu ini disebabkan oleh masyarakat memilih partai daripada caleg. Sebaliknya reponden menyatakan bahwa anggota legislatif 2009 memiliki moral serta kepribadian yang baik yang akan mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi, selain karena dipilih secara demokratis masyarakat juga menilai bahwa anggota legislatif terpilih 2009 ini benar-benar merupakan pilihan yang tepat, dimana masyarakat telah menggunakan suaranya dengan baik dalam pemungutan suara terbanyak pada calon anggota legislatif pilihannya.

Masyarakat juga menilai bahwa akuntabilitas profesional anggota legislatif 2009 lebih baik daripada akuntabilitas profesional anggota legislatif 2004. Masyarakat meyakini bahwa anggota legislatif 2004 yang lalu belum menunjukkan sikap profesionalitas dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota legislatif yang seharusnya benar-benar mengkaji kebutuhan serta persoalan yang dihadapi masyarakat, serta ikut turun tangan dalam menghadapi persoalan

70

tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masyarakat pada umumnya belum merasakan perhatian secara langsung dari para anggota legislatif ini. Terbukti dengan masih banyaknya masyarakat yang mengeluh akibat kemiskinan ataupun kebutuhan hidup dan sama sekali belum menerima bantuan apa-apa. Di Kecamatan Alasa dan Alasa Talumuzoi misalnya, masyarakat cenderung kecewa oleh karena tidak adanya perbaikan jalan menuju daerah ini, selama anggota legislatif periode 2004-2009 menjabat, sementara jalan-jalan ke daerah lainnya sudah mulus. Jarak kecamatan ini dari Ibukota hanya 35 Km, yang lazimnya dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 1 jam. Akan tetapi karena kondisi jalan yang rusak parah maka akses ke daerah ini harus ditempuh dalam waktu lebih dari 2 jam, dengan resiko tinggi kerusakan kendaraan.

Masyarakat memiliki harapan yang lebih baik kepada anggota legislatif 2009 ini untuk mendengarkan suara atau jeritan masyarakat kecil dengan segala persoalan mereka. Karena anggota legislatif 2009 ini dipilih dengan baik secara selektif dan rasional oleh masyarakat yang hak suaranya digunakan sepenuhnya pada sistem pemilu 2009.

3.10. Pengaruh Perubahan Sistem Pemilu Terhadap Tingkat Akuntabilitas