• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : Analisis Data

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

3.8. Identifikasi Pilihan Masyarakat

Tabel 10

Partisipasi Masyarakat Dalam Mengikuti Pemilu 2009

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 95 95

2. Tidak 5 5

Jumlah 100 100

Sumber : Data Kuesioner 2009

Dari penarikan sampel yang dilakukan secara acak, terlihat data bahwa tingkat partisipasi masyarakat pada pemilihan legislatif 2009 di Dapem IV Kabupaten Nias, sangat tinggi. Yang berarti masyarakat telah menganggap bahwa peran serta masyarakat sangat besar untuk memajukan daerah menjadi lebih baik dengan menggunakan hak pilihnya untuk memilih calon anggota legislatif yang tepat. Selain itu, tingginya minat masyarakat ini di dasari oleh keinginan masyarakat untuk mengubah keadaan dan kondisi di daerahnya melalui perwakilanan masyarakat di parlemen yang akan dipilih melalui pemilihan legislatif dan tentunya masyarakat menginginkan perwakilan legislatif tersebut dapat mengetahui jeritan rakyat selama ini. Dorongan ini membuat masyarakat

56

berbondong-bondong mengikuti pemilihan legislatif, agar suaranya dapat digunakan untuk mendapatkan anggota legislatif yang benar-benar jujur dan bertanggung jawab. Sedangkan yang tidak mengikuti pemilihan dapat menyatakan alasan yang bisa saja karena memiliki pekerjaan yang lebih penting yang tidak dapat ditunda sehingga pada saat pemilihan mereka tidak hadir, ataupun mungkin karena belum ada caleg yang tepet menurut mereka yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Tidak ada alasan administratif ketidakhadiran masyarakat ini.

Tabel 11

Pemahaman Responden Terhadap Adanya Perubahan Dalam Sistem Pemilu 2009

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 86 86

2. Tidak 14 14

Jumlah 100 100

Sumber : Data Kuesioner 2009

Pemilihan umum 2009 yang baru dilaksanakan menggunakan sistem pemilu yang baru, yaitu sistem pemilu dengan sistem proporsional terbatas dimana caleg ditentukan berdasarkan perolehan suara terbanyak pada daftar caleg dari partai yang mendapatkan suara mencapai angka Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) atau mendekati angka BPP melalui akumulasi suara yang didapatkan oleh para caleg dari partai tersebut di suatu daerah pemilihan.

57

Hal ini merupakan perubahan dari sistem pemilu yang dilaksanakan pada tahun 2004. Pada tahun 2004 sistem pemilu yang digunakan adalah sistem pemilu proposional terbuka setengah dimana penetapan caleg terpilih bagi yang tidak mencapai angka BPP ditentukan berdasarkan nomor urut, yang berarti bahwa calon dengan nomor urut terkecil lebih memiliki peluang untuk duduk dalam lembaga legislatif dibanding calon dengan nomor urut besar, meskipun calon dengan nomor urut kecil mendapatkan suara yang lebih sedikit daripada calon dengan nomor urut besar.

Perubahan sistem pemilu ini ternyata telah di ketahui oleh sebagian besar responden, yang berarti bahwa masyarakat telah mendengarkan dan mengikuti sosialisasi oleh Komisi Pemilihan Umum baik itu melalui media massa maupun elektronik. Sedangkan masih ada juga sebagian kecil responden yang masih belum mengetahui perubahan sistem pemilu ini. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya informasi yang di peroleh responden karena sebagian dari responden berdomisili di daerah pedesaan yang jauh dari jangkauan transportasi.

Tabel 12

Penilaian Responden Terhadap Sistem Pemilu 2009

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Lebih Baik 85 85

2. Tidak 15 15

Jumlah 100 100

58

Sistem pemilu 2009 dianggap masyarakat lebih baik dari sistem pemilu 2004, terihat dari data dimana masyarakat yang mengakui bahwa sistem pemilu 2009 lebih baik dari pemilu sebelumnya.

“sebenarnya pemilu 2009 ini lebih baik daripada pemilu yang lalu. Salah satu poin penting pada perubahan sistem pemilu kali ini saya pikir adalah penentuan caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak. Dengan cara seperti ini, suara masyarakat itu jadi lebih berarti.”26

No.

Keputusan Mahkamah Konstitusi mengenai penetapan caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak pada umumnya disambut positif oleh masyarakat. Hal ini memberikan gambaran bahwa masyarakat dewasa ini sadar akan pentingnya peran masyarakat dalam dalam menentukan wakil-wakil rakyat yang akan duduk dalam parlemen, sehingga dalam memberikan suara masyarakat akan betul-betul selektif terhadap orang yang dianggap benar-benar mampu mewakili aspirasinya.

Tabel 13

Penilaian Responden terhadap Nilai Demokrasi dalam Sistem Pemilu 2009

Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 62 62

2. Tidak 38 38

Jumlah 100 100

Sumber : Data Kuesioner 2009

26

59

Sistem Pemilu yang berubah dari tahun ke tahun adalah semata-mata untuk membangun sistem demokrasi yang dianut oleh bangsa Indonesia menuju ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pemilu di Indonesia secara jelas dapat kita lihat dalam Undang-Undang Pemilu yang mengalami amandemen dari tahun ke tahun. Apa lagi setelah masa reformasi, tuntutan demokrasi oleh masyarakat yang ingin sepenuhnya diberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya telah mempengaruhi para tokoh-tokoh politik nasional untuk berpikir bagaimana menerapkan sistem demokrasi yang seutuhnya bagi bangsa Indonesia saat ini.

Dan sistem pemilu 2009 dianggap oleh sebagian besar masyarakat telah mencerminkan nilai-nilai demokrasi dibandingkan dengan sistem pemilu sebelumnya. Faktor utama yang menjadikan sistem pemilu 2009 dianggap lebih demokratis terletak pada mekanisme penetapan caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak. Meskipun tidak murni, akan tetapi jika dibandingkan dengan sistem pemilu sebelumnya, sistem pemilu 2009 ini jauh lebih baik dalam pandangan masyarakat. Perubahan sistem pemilu itu juga pada dasarnya akan merubah pola pikir para pemilih untuk lebih selektif dalam menjatuhkan pilihannya kepada sosok yang dianggap benar-benar mampu menyampaikan aspirasinya. Namun tidak sepenuhnya masyarakat yang menilai bahwa sistem pemilu 2009 mencerminkan nilai-nilai demokrasi ada sekian persen masyarakat yang menyatakan bahwa sistem pemilu 2009 masih belum mencerminkan nilai-nilai demokrasi, hal ini dikarenakan sistem pemilu 2009 yang masih menggunakan sistem proporsional terbuka terbatas yang berarti bahwa caleg ditentukan berdasarkan perolehan suara terbanyak pada daftar caleg yang berasal dari partai

60

yang mendapatkan kursi, sehingga tidak sepenuhnya merupakan suara terbanyak dari pilihan masyarakat.

Tabel 14

Preferensi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Anggota Legislatif 2009.

No. Pilihan Masyarakat Jumlah Persentase

1. Tokoh/ Figure 14 14

2. Kepribadian 24 24

3. Program 42 42

4. Hasil/ Prestasi 13 13

5. Partai 7 7

6. Pilihan Orang Tua - -

Jumlah 100 100

Sumber : Data Kuesioner 2009

Masyarakat pada Dapem IV Kabupaten Nias menjatuhkan pilihannya dikarenakan program dari masing-masing caleg. Kebanyakan responden menilai bahwa program dari partai caleg maupun partai menjadi prioritas dari masyarakat pada Dapem IV dengan jumlah 42%

Disamping itu, masyarakat masih memilih kepribadian sebagai alasan kedua dalam menjatuhkan pilihannya. Ini disebabkan masyarakat masih menilai caleg yang benar-benar mampu serta bertanggung jawab kepada tugas yang akan dikerjakannya berdasarkan kepribadian caleg tersebut.Artinya bahwa jika kepribadian selama ini baik yang ditampilkan caleg, maka masyarakat di Dapem IV menyukai pilihan caleg tersebut

61

Faktor ketiga, masyarakat menjatuhkan pilihannya berdasarkan ketertarikan kepada tokoh/figure dari caleg tersebut. Tokoh masyarakat adalah panutan yang memiliki wibawa dan kharismatik yang mampu berbaur serta dikenal luas oleh masyarakat. Biasanya masyarakat memilih yang dekat dengan budaya dan peduli dengan masyarakat. Dan memiliki suatu keturunan dengan tokoh adat setempat.

Faktor keempat, masyarakat masih menjadikan faktor dari pencapaian hasil/prestasi caleg tersebut dimana masyarakat menganggap bahwa dengan prestasi yang baik maka caleg tersebut dapat juga membawa hasil yang baik dalam memajukan daerahnya. Artinya jika caleg masyarakat mencalonkan lagi dengan diwilayah tersebut, masyarakat menilai apa yang sudah diperbuat caleg tersebut pada saat dia telah menjadi anggota legislatif.

Faktor kelima, masyarakat menjatuhkan pilihannya berdasarkan politik aliran atau kepartaian. Penelitian ini menjawab temuan William Lidle dan Saiful Mujani dimana telah memudarnya politik aliran di masyarakat. Terbukti hanya sedikit masyarakat yang menjatuhkan pilihannya berdasarkan kepartaian atau politik aliran. Alasan masyarakat masih memilih partai sebagai pilihannya karena masyarakat itu masuk ke dalam kepartaian ataupun sebagai tim sukses seorang calon dan ada yang beranggapan bahwa calon yang di usung oleh partai tertentu merupakan calon yang terbaik. Karena kebanyakan masyarakat dari Dapem IV memilih partai nasionalis sehingga partai nasionalis dapat lebih diterima daripada partai-partai yang beraliran atau mempunyai basis massa agama.

62

Yang menarik adalah tidak ada pengaruh pilihan orang tua ataupun keluarga dalam memilih partai. Sehingga jika dilihat bahwa fakto-faktor keluarga dalam memilih tidak dipertimbangkan. Masyarakat Nias bebas memilih apa yang dihatinya cocok untuk membawa sebuah perubahan dalam hidupnya.