• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan Analisi Dan Analisis Hasil Penelitian

4.3.1 Pengawasan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup

4.3.1.1 Akurat

Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat informasi dan data yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan organisasi atau instansi mengambil tindakan koreksi yang keliru bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada. Dalam pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di Kota Cilegon, standar pengelolaan yang ditetapkan oleh peraturan perundang–undangan.

Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam melaksanakan kegiatan pengawasan harus memiliki standar dalam pengelolaan limbah hasil industri pabrik, agar setiap perusahaan yang berpotensi mencemari lingkungan tidak dapat mengatasi pencemaran yang terjadi dengan baik yang sesuai dengan standar pengelolaan yang baik, seperti halnya yang disampaikan oleh Eri ( 38 ), kasubid pengendalian lingkungan dan perusakan lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon ( 11-1) :

Disini yang dimaksud pencemaran lingkungan yaitu masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pengelolaan limbah industri pada perusahaan atau pabrik bukan hanya di kecamatan Ciwandan, jadi pengelolaannya tergantung limbah yang dihasilkan,misalnya limbah cair ada yang cukup dengan fisika saja, akan tetapi ketika ada kimia kimia tertentu itu bisa diproses dengan kimia, tetapi ada juga kimia tertentu itu dengan proses kimia justru berubah kimianya menjadi tidak terdeteksi makanya harus dengan biologi. Jadi tidak ada standarisasi yang pasti untuk pengelolaan limbah. Disini kualitas air penerima meliputi parameter : Kimia : pH, DO, Besi, Mn, Co, Zn, Cr6+, Cr, Cd, Hg, Pb, Su, Cu, As, Se, Ni, Cn, H2-s, F, Organochlorin, NH3-N, NO2-N, BOD, COD, Surfactan, detergen, fenol, minyak dan lemak.

Fisika : suhu, TSS, TDS, Warna, Bau, Kecerahan, Kekeruhan, Kedalaman laut, Pola arus, Pasang surut, Pergerakkan massa air.

Biologi : Indeks keragaman, Benthos, dan Indeks dominansi miktoorganisme.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 11-1 dapat disimpulkan bahwa pengelolaan limbah industri tidak ada standar pengelolaannya yang khusus, karena pengelolaan limbah berdasarkan limbah yang dihasilkan oleh setiap perusahaan atau pabrik, dan limbah yang dihasilkan setiap perusahaan atau pabrik berbeda–beda, dan tidak memiliki standar khusus dalam pengelolaan limbah industri yang terjadi di Kecamatan Ciwandan.

Perusahaan atau pabrik di Kecamatan Ciwandan dalam pengelolaan limbah harus sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang ditetapkan oleh pemerintah

seperti halnya yang disampaikan oleh ( Wuryandari ) (30), Environment Supervisor (14-1) :

“menurut peraturannya kami sudah sesuai, karena sebelum mendirikan dan izin produksi pihak kami diwajibkan memiliki Amdal ( analisis mengenai dampak lingkungan ), UKL-UPL” ( wawancara/ 08 mei 2015/ pukul 14:00/dilaksanakan dikantor Krakatau Daya Listrik).

Hal yang senada disampaikan oleh Andi (37) Supervisor PT.Golden Grand Mills (14-4) :

“Ada SOP, karena sebelum mendirikan dan izin produksi pihak kami diwajibkan memiliki AMDAL”(wawancara/30 juni 2015/pukul 13.00/dilaksanakan dikantor PT.Golden Grand Mills).

Berdasarkan pernyataan dari 14-1 dan 14-4, setiap perusahaan wajib memiliki izin produksi dan diwajibkan memiliki ambal ( analisis mengenai dampak lingkungan) dan UKL-UPL dan sesuai pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.1

SLHD kota Cilegon mengenai kewajiban setiap perusahaan untuk memiliki AMDAL, UKL-UPL

Hal yang sama juga disampaikan oleh Eri, ( 38 ), Kasubid pengendalian lingkungan dan perusakan lingkungan (11-1) :

“untuk perusahaan atau pabrik di Kecamatan Ciwandan yang sudah kita awasi bisa dikatakan sudah sesuai, peraturan pertama sebelum memproduksi perusahaan atau pabrik diwajibkan izin mengenai pengeluaran limbah industri sesuai no 5 tahun 2002 yang berbunyi bahwa limbah industri yang dikeluarkan dari penghasil ( industri ) kepada pihak menerima,potensial dapat mencemari dan merusak lingkungan hidup dan / atau membahayakan lingkungan hidup lainnya, bahwa untuk mencegah dampak negatif dimaksudkan diatas diperlukan upaya pengendalian pengeluaran limbah dari setiap penghasil. Limbah pembuangan limbah cair sesuai dengan keputusan walikota Cilegon no 18 tahun 2002 yaitu bahwa limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan yang dibuang ke badan penerima ( laut ) potensial mengakibatkan terjadinya pencemaran, maka diperlukan adanya pengendalian pembuangan limbah cair dan keputusan menteri Lingkungan hidup no 51/MENHL/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri. Sedangkan peraturan walikota Cilegon no 45 tahun 2009 mengenai izin penyimpanan sementara dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun di Kota Cilegon.aturan aturannya banyak dan sangat tergantung juga pada limbah yang dihasilkan juga pada limbah yang dihasilkan, akan tetapi kita belum bisa mengawasi untuk emisinya, itu terkendala dengan anggaran dan alatnya juga kami tidak punya pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon hanya bisa memantau dari laboratorium eksternal yang independen dan itu semua hanya ditanggung oleh perusahaan tersebut, karena perusahaan ada kewajiban 6 bulan sekali untuk memeriksa itu”(wawancaea/24 november 2014/pukul 10:55/dilaksanakan dikantor BLH cilegon ).

Hal senada dinyatakan oleh ketua komisi II, H. Hasbi Sidik (45) (11-2) :

“standar pasti sudah ada, hanya saja dalam pelaksanaan kegiatannya belum maksimal, buktinya masih keterbatasannya alat, masih banyak komplen dari masyarakat, belum optimalnya Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam menangani pencemaran tersebut dan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum memiliki perda tentang pemeliharaan lingkungan hidup, Badan Lingkungan Hidup hanya melihat dari perwal saja, dan setiap pendirian usaha dikota Cilegon wajib memiliki AMDAL, UKL UPL untuk meminimalisir pencemaran lingkungan”( wawancara/ 19 mei 2015/ pukul 11:20/ dilaksanakan dikantor DPRD kota Cilegon).

Berdasarkan wawancara dengan (41-1) bahwa perusahaan harus memiliki Amdal, dokumen UKL-UPL yang telah disetujui oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dan sesuai dengan keputusan walikota Cilegon untuk standar atau ukuran dalam pengelolaan limbah, akan tetapi pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum bisa mengawasi limbah yang dihasilkan dari emisi atau udara, karena pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon memiliki kendala yaitu Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak memiliki alat untuk mengukur limbah diakibatkan oleh emisi.

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut dapat disimpulkan bahwa Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam mengawasi perusahaan di Kecamatan Ciwandan yang menghasilkan limbah industri tidak mempunyai standar khusus untuk pengelolaan

limbah industri tersebut. Setiap perusahaan menghasilkan produksi dan limbah yang berbeda , maka dari itu pengelolaan limbahnya disetiap perusahaan memiliki perbedaan. Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon mewajibkan untuk setiap perusahaan mempunyai dokumen AMDAL, UKL-UPL. Sesuai dengan Keputusan Walikota Cilegon no 2 tahun 2004 tentang pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup Kota Cilegon dalam pasal 3 menyebutkan setiap orang atau penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan dan perusakan lingkungan mewajibkan melakukan penanggulangan pencemaran dan atau perusakan lingkungan diakibatkan oleh usaha dan atau kegiatan. Dan pasal 8 menyebutkan setiap orang atau penanggung jawab yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan wajib memilki dokuman kajian lingkungan ( UKL-UPL atau AMDAL ). Bagi kegiatan usaha yang berpotensi untuk mencemari lingkungan harus memliki pedoman yang disebut Amdal atau UKL-UPL supaya perusahaan dapat mengendalikan dan dapat meminimalisasikan bentuk pencemaran yang ditimbulkan.

Perusahaan di Kecamatan Ciwandan menghasilkan jenis limbah yang menimbulkan pencemaran lingkungan apabila tidak diolah dan diawasi oleh pihak terkait dengan baik maka akan mengakibatkan pencemaran lingkungan, sebagaimana yang disampaikan oleh Eri, ( 38 ), Kasubid pengendalian lingkungan dan perusakan lingkungan (11-1) :

“Limbah yang dihasilkan oleh setiap perusahaan yaitu berbeda beda dengan perusahaan lain, diantaranya limbah cair, padat, udara. ( wawancara/ 24 november / pukul 10:55/ dilakukann dikantor Badan Lingkungan Hidup kota Cilegon).

Hal yang senada dikatakan oleh ketua komisi II, H. Hasbi Sidik (45) (11-2) :

“pencemaran disini ada yang kimia saja, tepung yang baru- baru ini banyak di Ciwandan, pencemaran lingkungannya berbeda- beda yang dihasilkan setiap perusahaan dan semua industri itu bermasalah” (wawancara/ 19 mei 2015/ pukul 11:20/dilaksanakan dikantor DPRD Kota Cilegon).

Hal yang senada disampaikan oleh Bendahara kelurahan Tegal ratu, Ma’rufi (49) (12-2) :

“limbah yang ditimbulkan dari pabrik sangat berbeda neng, ada yang menghasilkan skrap besi, ada yang drum bekas, ada yang biji plastik, dan masih banyak lagi”(wawancara/ selasa 05 mei 2015/pukul 09:00/dilaksanakan dikantor Kelurahan Tegal Ratu) Pernyataan yang senada disampaikan oleh Environment Supervisor, Wuryandari ( 30) (14-1) :

“jenis limbah yang dihasilkan pabrik atau perusahaan kami yaitu limbah cair, limbah gas yang terbuang, akan tetapi itu sudah kita pantau melalui laporan perenambulan”( wawancara/ jumat 08 mei 2015/pukul 14:00/dilaksanakan dikantor Krakatau Daya Listrik).

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang berada di Kecamatan Ciwandan limbahnya setiap hari dihasilkan, apabila limbah itu tidak diawasi oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon maka akan terjadi pencemaran lingkungan dan berdampak buruk untuk masyarakat setempat terutama pada kesehatan dan mencemari lingkngan sekitar perusahaan atau pabrik dan semua industri itu bermasalah.

Dokumen terkait