• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan Analisi Dan Analisis Hasil Penelitian

4.3.1 Pengawasan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup

4.3.1.4 Terpusat Pada Titik Pengawasan Strategik 103

Terpusat pada titik – titik pengawasan strategik, sistem pengawasan harus tepat harus memusatkan perhatian pada bidang – bidang dimana penyimpangan – penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling parah. Seperti dalam bentuk pernyataan sanksi teringan sampai terberat dan pemberian sanksi sesuai dengan pelanggaran.

Perusahaan atau pabrik di Kecamatan Ciwandan yang melakukan pencemaran dan limbah yang dihasilkan perusahaan yang menyebabkan Pencemaran Lingkungan,dengan itu Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon memberikan sanksi kepada setiap perusahaan atau pabrik yang melakukan pelanggaran dan melakukan pencemaran lingkungan. Sanksi yang ditetapkan yaitu dalam bentuk teguran, peringatan dan bahkan hingga penutupan usaha yang memberikan dampak buruk terhadap Lingkungan sebagaimana oleh Kasubid

pengawasan dan pengendalian Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon Eri ( umur ) (11-1) :

“teguran itu dari yang teringan sampai pencabutan izin, pembekuan izin, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan. Tahapan sanksi tersebut adalah kita undang perusahaan atau pabrik untuk klarifikasi dan pembelaan sesuai fakta lapangannya, teguran hingga 1 3 kali, sanksi administratif, pencabutan izin, pembekuan izin, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan.( wawancara /24 november 2014/ pukul 10:55/ dilakukan dikantor Badan Lingkungan Hidup kota Cilegon).

Hal yang senada disampaikan oleh ketua komisi II, H.Hasbi Sidik (45) (11-2) :

“pemberian sanksi dari yang teringan yaitu dengan surat pemberitahuan saja, dan sanksi terberat yaitu sampai dengan penutupan atau pemberentian ijin produksi. Akan tetapi ada saja perusahaan yang bandel walau sudah dikasih surat pemberitahuan atau surat teguran tetap tidak peduli, dan ada yang dipanggil lalu perusahaan tersebut menanggapi sesuai dengan batu mutu,tetapi jika tidak sedang diawasi kembali lagi” (wawancara/19 mei 2015/pukul 11:20/dilaksanakan dikantor DPRD Kota Cilegon).

Berdasarkan wawancara dengan 11-1 tahap sanksi yang diberikan pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon kepada perusahaan yang melakukan pencemaran terhadap lingkungan yaitu mengundang perusahaan atau pabrik yang melakukan pencemaran terhadap lingkungan untuk mengklarifikasi dan pembelaan sesuai fakta lapangannya apakah benar pencemaran yang terjadi disebabkan oleh perusahaan atau pabrik tersebut, kedua melakukan teguran kepada perusahaan atau pabrik teguran tersebut terdiri dari

teguran ke–1 teguran ke–2 teguran ke–3, ketiga sanksi administratif, keempat penutupan sementara dan yang paling berat adalah penutupan permanen yaitu penutupan hasil pabrik yang dimaksud bukan penutupan perusahaan atau pabrik akan tetapi kegiatan industri hasil produksi bisa dikatakan pencabutan izin produksi, dengan ditutupnya produksi maka akan berpengaruh pada semuanya.

Pihak dari kepala desa juga memberikan teguran terhadap perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan melalui mengadukan keluhannya ke pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon. Sebagaimana yang disampaikan oleh kepala desa Tegal Ratu, Tubagus Juanda (55) (12-4) :

“Desa tidak memberi sanksi, tetapi hanya teguran dan mengadukan keluhannya ke pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon. Apabila tidak ada respon dari perusahaan biasanya masyarakat di desa melakukan demonstrasi dan sanksi terberat dari desa adalah mendemonstrasi perusahaan karena desa tidak dapat memberikan sanksi terhadap pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan, hanya instansi yang terkait seperti Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon yang dapat memberikan sanksi” (wawancara/selasa 08 mei 2015/pukul 11:00/dilaksanakan dikantor Kelurahan Kubangsari).

Berdasarkan wawancara dengan 12-4 dapat menyimpulkan bahwa desa dapat memberikan sanksi hanya berupa teguran saja dan sanksi terberat dengan

demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat jika pihak perusahaan tidak merespon. Tetapi setiap masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di Kecamatan Ciwandan yang ditimbulkan perusahaan oleh proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan itu biasanya hanya selesai dibawah meja artinya pencemaran lingkungan yang terjadi itu tidak ditemukan titik temu dan titik penyelesainannya, sebagaiman disampaikan oleh kepala desa Kubangsari, Tubagus Juanda (55) (12-4) :

“Pihak desa menjaga kenyamanan warganya agar tidak terjadi masalah sekalipun perusahaan ditutup atau dicabut ijin produksinya, dampaknya pengangguran didesa ini makin banyak, maka pertimbangannya itu kami tidak pernah melaporkan pabrik itu karena banyak masyarakat menyimpulkan seluruh pabrik didesa ini bermasalah dalam pencemaran lingkungan ”(wawancara/selasa 05 mei 2015/pukul 11:00/dilaksanakan dikantor Kelurahan Kubangsari).

Berdasarkan wawancara dengan 12-4 dapat disimpulkan bahwa masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan akibat limbah tidak pernah terselesaikan sampai dengan selesai hingga kini dan tidak ada tindakan yang dilakukan pihak terkait kepada perusahaan yang menimbulkan pencemaran lingkungan semua masalah yang terjadi hanya selesai dibawah meja saja makanya hingga saat ini tidak ada yang berani melaporkan.

Berdasarkan observasi peneliti, dengan pencemaran yang terjadi dari tahun ke tahun dan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon selalu menutupi itu semua dan menurut peneliti itu seharusnya tidak dilakukan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon seharusnya lebih terbuka terhadap data atau informasi mengenai perusahaan atau pabrik yang melakukan pencemaran lingkungan. Pengawasan – pengawasan yang dilakukan sudah diatur dan sanksi–sanksi yang dikenakan juga sudah diatur, dan denda yang diberikan sudah dicantumkan. Pencemaran yang ditimbulkan dari pabrik atau perusahaan tersebut seperti diperusahaan perusahaan banyak sekali debu dan bau tak sedap yang dihasilkan oleh industri tersebut, apalagi jika tidak memakai helm melewati kawasan tersebut sudah seperti hujan debu bahkan peneliti mencium bau disekitar pabrik.

Setiap permasalahan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh perusahaan diselesaikan secara mufakat sebagaimana disampaikan oleh Eri ( 38 ), kasubid pengendalian lingkungan dan kerusakan lingkungan (11-1) :

“Jika ada perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan kita menindak lanjuti keluhan dari warga

terus mendatangi kelapangan lalu kita lakukan verifikasi pengaduan, jika pengaduan berkaitan dengan lingkungan maka kita tindak lanjuti dan ketika diduga ada pencemaran lingkungan maka kita selesaikan dengan masyarakat untuk mufakat, mufakat disini yaitu adanya ganti rugi kepada masyarakat jika memang benar ada pencemaran lingkungan” ( wawancara/ 24 november 2014 / pukul 10:55 / dilakukan dikantor Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon)

Hal yang senada disampaikan Andi (37), Supervisor PT.Golden Grand Mills (14-4) :

“Jika ada limbah yang merugikan masyarakat maka pihak kami akan tindak lanjut” ( wawancara/ selasa 30 juni 2015/pukul. 13:00/dilaksanakan dikantor PT.Golden Grand Mills).

Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan akan diselesaikan secara musyawarah mufakat. Di Kecamatan Ciwandan masih dirasakan oleh masyarakat yang berada disekitar perusahaan terutama pencemaran pada udara, tidak adanya tindakan tegas dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, karena faktanya setiap permasalahan yang terjadi selalu terselesaikan di bawah meja, maksudnya masalah yang terjadi dari pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh perusahaan hanya sebatas teguran dan tidak ada sanksi tegas makanya selalu selesai dibawah meja.

4.3.1.5 Realistik Secara Ekonomi

Realistik secara ekonomi, biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak sama dengan yang dibutuhkan dari sistem tersebut. Dinyatakan dalam bentuk pernyataan biaya yang dianggarkan dalam pengawasan, dalam hal ini sumber keuangan hanya berasal dari APBD sebagaimana yang disampaikan Eri ( 38 ), kasubid pengendalian lingkungan dan perusakan lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon (11-1) : “Untuk tahun 2014 anggarannya kurang lebih Rp. 500.000.000 (wawancara / 24 november 2014/ pukul 10: 55 / dilakukan dikantor Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon).

Berdasarkan wawancara dengan informan diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran untuk melakukan pengawasan persahaan adalah Rp. 500.000.000. dari anggaran tersebut Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum secara intens mengawasi seluruh perusahaan atau pabrik yang ada dikota Cilegon 169 perusahaan itu dikarenakan kendala dari pengawas petugas lapangan yang hanya ada dua petugas lapangan,itupun mengawas jika terdapat pengaduan dari warga jika ada perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan.

Dokumen terkait