• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan Analisi Dan Analisis Hasil Penelitian

4.3.1 Pengawasan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup

4.3.1.6 Realisti Secara Organisasional

Realistik secara organisasional, sistem pengawasan harus sesuai dan sesuai fakta yang dihasilkan harus dengan kenyataan – kenyataan organisasi. Itu semua dinyatakan dalam bentuk pernyataan keterlibatan masyarakat dalam pengawasan, keterlibatan kecamatan dalam pengawasan terhadap perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan dan keterlibatan desa dalam pengawasan pada perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan.

Pengawasan terhadap perusahaan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak melibatkan masyarakat, hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Eri ( 38 ), kasubid pengendalian lingkungan dan perusakan lingkungan ( 11-1) :

“Tidak melibatkan masyarakat ketika sedang mengawasi, karena jika sedang terjadi masalah harus rutin itu sangat teknis. Tetapi jika terdapat keluhan dari masyarakat baru pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon menindak lanjuti keluhan dari warga tersebut kita lakukan verifikasi pengaduan, jika pengaduan berkaitan dengan lingkungan baru kita tindak lanjuti “ (wawancara / 24 november 2014/ pukul 10:55/ dilakukan dikantor Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon ).

Hal yang senada disampaikan oleh ketua komisi II, H. Hasbi Sidik (45) (11-2) :

“Dalam Undang undang lingkungan hidup, masyarakat boleh melaporkan sebagai bentuk pengawasannya akan tetapi tidak dilibatkan langsung. Karena wewenang untuk mengawasi itu ada dipihak

Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon agar bisa mengurangi dan meminimalisir pencemaran lingkungan. Jika ada keluhan pasti menanggapi dan menindak lanjuti tetapi pasti ada saja perusahaan yang bandel jika dipanggil mungkin sesuai dengan prosedur atau baku mutu sesuai tetapi jika sedang tidak diawasi mungkin melakukan pencemaran lagi” (wawancara/19 mei 2015/pukul 11:20/dilaksanakan dikantor DPRD Kota Cilegon).

Dari hasil wawancara dengan 11-1 dan 11-2 dapat disimpulkan bahwa tidak adanya keterlibatan masyarakat langsung, kecamatan, dan desa karena teknis ada di Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon bahkan tidak ada kewajiban untuk melibatkan kecamatan, desa dan masyarakat terkecuali apabila terjadi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan yang mencemari lingkungan dan berdampak buruk pada masyarakat sekitar.

Dengan tidak adanya keterlibatan masyarakat dari pengawasan yang dilakukan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, masyarakat hanya merasakan pencemaran yang dilakukan oleh perusahaan tanpa dapat melakukan tindakan apapun, seperti halnya yang disampaikan oleh masyarakat, Dimyati (45) (13-2):

“Kita mah neng Cuma dapat dampaknya aja dari perusahaan ini” (wawancara/ kamis 08 mei 2015/ pukul 16:00/dilaksanakan di sekitar pabrik).

Hal seperti itu juga disampaikan oleh warga lainnya yang berada disekitar pabrik atau perusahaan, Ichwan ( 33) (13-1) :

“tidak pernah dilibatkan neng buat saat ini, hanya sekedar mengeluh saja dan yang saya tau perusahaan tersebut berdampak buruk neng”( wawancara/ kamis 07 mei 2015/ pukul 15:00/dilaksanakan dirumah warga).

Pernyataan yang sama juga mengenai tidak adanya keterlibatan masyarakat dalam pengawasan pada perusahaan yang menghasilkan limbah disampaikan oleh Eri ( 38), kasubid pengendalilan lingkungan dan kerusakan lingkungan (11-1) :

“Buat saat ini warga disini belim dilibatkan neng hanya sekedar pemberian info saja jika terjadi pencemaran lingkungan” (wawancara /24 november 2014/ pukul 10:55/ dilaksanakan dikantor Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon).

Pengawasan perusahaan dalam pengelolaan limbah industri yang mencemari lingkungan tersebut tidak melibatkan kecamatan, desa, masyarakat. Padahal mereka merupakan bagian dari bagian masyarakat yang merasakan langsung dari pencemaran yang dilakukan oleh perusahaan atas pencemaran lingkungan tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Fuadah (48), kasubag umum Kecamatan Ciwandan (12-1) :

“Saya dan pihak dari Kecamatan Ciwandan disini tidak memiliki wewenang seperti itu untuk ikut serta

mengawasi,pihak kami hanya dilibatkan dalam memberikan info saja jika ada pencemaran yang terjadi.Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegontidak pernah melaporkan hasil pengawasan yang seharusnya ada pemberitahuannya, tetapi itu tidak terjadi di Kecamatan Ciwandan tidak dilibatkan oleh instansi terkait tersebut. ( wawancara /30 april/ pukul 08:32/ dilaksanakan dikantor Kecamatan Ciwandan).

Hal senada disampaikan oleh Bendahara Kelurahan Tegal Ratu, ma’rufi (49) (12-3) :

“Kami tidak dilibatkan dalam pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan hidup Kota Cilegon seharusnya si kami dilibatkan,apakah sistem pengelolaan limbah dipabrik tersebut sudah memenuhi standar atau sama sekali belum. Sebernanya kewenangan tersebut dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, akan tetapi pihak dari instansi tersebut tidak memberikan tembusan kepada pihak desa. Seharusnya si ada pemberitahuan dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon kepada pihak desa bahwa perusahaan ini layak beroperasi atau tidak” (wawancara/selasa 05 mei 2015/pukul 09:00/dilaksanakan dikantor Kelurahan Tegal ratu). Begitu pula hal yang sama disampaikan oleh lurah desa kubangsari, Tubagus Juanda (55) (12-4) :

“Disini kami tidak dilibatkan mengenai pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon terhadap pabrik penghasil limbah , mungkin karena kurangnya sosialisai dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon kepada masyarakat untuk mengikut sertakan dalam mengawasi pabrik penghasil limbah tersebut, minim sekali pemberitahuan dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, seharusnya apapun kegiatan yang dilakukan setidaknya memberikan laporan atau pemberitahuan mekanisme atau caranya. Pengawasannya saja kita tidak tahu, karena memang kita tidak tahu dan belum diikut sertakan” ( wawancara/ 05 mei 2015/ pukul 11:00/dilaksanakan dikantor kelurahan Kubangsari).

hal senada juga disampaikan oleh LSM, Ketua karang taruna di Kecamatan Ciwandan, Rudi ( 40) ( 12-5) :

“Disini karang tarunanya tidak dilibatkan neng dalam segi apapun baik dalam pengawasan terutama pada masalah limbah yang berdampak besar pada masyarakat” ( wawancara/07 mei 2015/pukul 17:00/dilaksanakan dirumah).

Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan diatas dapat disimpulkan tidak adanya keterlibatan masyarakat, kecamatan, desa, karang taruna dalam pengawasan yang dilakukan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, mereka merasakan masih adanya pencemaran lingkungan yang terjadi, seperti debu makin menebal bahkan pernah terjadi seperti hujan debu, bau tak sedap, dan terkadang terjadi kebisingan yang masih dirasakan masyarakat disekitar pabrik. Seharusnya pihak desa dilibatkan disegi sistem pengolahan limbah dipabrik itu sudah memenuhi standar atau belum. Kewenangan pengawasan tersebut dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, apakah itu semua sudah memnuhi standar atau belum karena pihak desa yang merasakan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dan pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak ada sosialisai kepada masyarakat sekitar tentang mengenai bahaya yang diakibatkan oleh perusahaan apabila

limbahnya tidak diolah dengan baik dan agar masyarakat juga mengetahui apabila pencemaran yang dirasakan selama ini bila dirasakan dalam jangka waktu yang panjang akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat yang berada disekitar pabrik.pada pengawasannya pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak melibatkan masyarakat. Kecamatan, desa dan karang taruna dalam pengawasan tersebut dikarenakan teknis ada dipihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dan disitu tidak ada kewajiban untuk melibatkan masyarakat, kecamatan, desa dan karang taruna dalam pengawasan tersebut, terkecuali apabila perusahaan melakukan pencemaran lingkungan dan merugikan masyarakat. Masyarakat mengeluhkan masih merasakan pencemaran yang terjadi karena pabrik masih menimbulkan pencemaran pada lingkungan hidup namun dalam hal itu masyarakat hanya bisa mengeluh tanpa dapat tindakan atau melakan sanksi tegas. Dan dalam hal apapun masyarakat tidak pernah dilibatkan langsung dalam pengawasan tersebut.

Jumlah perusahaan atau pabrik yang berpotensi melakukan pencemaran lingkungan di Kecamatan Ciwandan kota Cilegon yaitu ada 169 perusahaan atau

pabrik dan yang baru diawasi oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon 40 pabrik. Seperti halnya yang disampaikan oleh Eri ( 38 ), kasubid pengendalian lingkungan dan perusakan lingkungan (11-1) :

“Jumlah pengawas lapangan Cuma ada dua dan satu koordinator sedangkan jumlah pabrik di Kota Cilegon ada 169 perusahaan, rata rata satu orang harus mengawasi 50 pabrik padahal 1 oramg idealnya 30 pabrik, tenaga kerja pengawas lapangan kurang sekali. Kita itu kurang tenaga pengawas dan sarana tenaga pengawas kurang sekali,kendaraan Cuma ada 1 dari 169 pabrik itu yang kita awasi baru 100, rencana untuk tahun depan 120 pabrik. Antisipasi kita adalah memaksimalkan yang kita punya, yang kita punya kita maksimalkan sehingga melakukan pengawasan sehari cukup 1 pabrik. Kita coba 1 hari 2 pabrik tetapi jika seperti Pt posko, itu tidak mungkin 1 hari 2 pabrik karena ini pabrik sangat bermasalah jadi harus insentif” ( wawancara/24 november 2014/pukul 10:55/ dilaksanakn dikantor Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon ).

Menurut Suheli ( 40), Humas PT.Cerestar Flour Mills (14-5) :

“Pihak kami merasa belum pernah ada pengawasan dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon” Berdasarkan hasil wawancara 11-1 dapat disimpulkan bahwa Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon memiliki petugas pengawas hanya 2 dan 1 koordinator dan jumlah pabrik yang harus diawasi dikota Cilegon ada 169 pabrik, jadi 1 pabrik 1 petugas pengawas hanya mengawasi 40 pabrik. Dan idealnya itu 1 petugas pengawas hanya mengawasi 30 pabrik, Cara atau mekanisme yang

dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon agar dapat mengawasi seluruh pabrik tersebut adalah dengan memilih pabrik yang harus diawasi sesuai dengan pernyataan ibu Eri ( 38 ), kasubid pengendalian lingkungan dan perusakan lingkungan ( 11-1) :

“Strategi kita untuk mengawasi dari 169 perusahaan atau pabrik itu kita pilih jadi 100 karena 169 itu banyak macam pabrik terutama industri, jadi jika pabrik itu bermasalah maka kami akan mengawasi 1 kali setahun dan jika pabrik itu masih bandel maka kami akan terus awasi makanya kami memilih yang bermasalah lebih diutamakan” ( wawancara /24 november 2014/ pukul 10:55/ dilaksanakn dikantor Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon).

Dari hasil wawancara dengan 11-1 dapat disimpulkan bahwa pabrik di kota Cilegon yang berpotensi melakukan pencemaran lingkungan berjumlah 169 pabrik dan itu wajib diawasi, tetapi dari 169 pabrik tersebut baru 100 pabrik yang sudah diawasi oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, karena personil pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon hanya berjumlah 2 personil dan 1 koordinator, jadi setiap pengawas Badan Lingkungan Hidup harus mengawasi 50 pabrik, padahal idealnya 1 orang hanya mengawasi 30 pabrik. Dan sarana kendaraan pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon hanya memiliki 1 kendaraan. Dari 100 perusahaan atau pabrik yang diawasi tidak setiap tahun diawasi, karena

apabila dalam laporan setiap tiga dan enam bulan perusahaan tersebut tidak bermasalah maka tahun ini, pabrik atau perusahaan tersebut tidak dilakukan pengawasan secara rutin.

4.3.1.7 Terkoordinasi Dengan Aliran Kerja Organisasi

Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja, karena setiap tahan dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan operasi dan informasi. Pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya. Dinyatakan dalam bentuk pernyataan kompensasi yang diberikan perusahaan kepada masyarakat.

Dalam pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh pabrik atau perusahaan pasti akan ada kesalahan dan kekeliruan yang dapat berdampak buruk kepada masyarakat dan merugikan masyarakat baik dalam segi material maupun dalam segi kesehatan. Dalam hal ini pabrik memberikan kompensasi apabila ada kelalaian dalam pengelolaan limbah hasil pabrik yang menyebabkan pencemaran lingkungan, seperti halnya yang disampaikan oleh ketua karang Taruna Di Kecamatan Ciwandan, Rudi (40 ) (12-5):

“Tidak semua pabrik atau perusahaan memberikan kompensasi, ada yang memberikan kompensasi ada yang tidak, ada yang kompensasinya dalam bentuk memberikan pengobatan gratis dari pabrik tetapi itu

tidak sering, paling pernah dua kali “(wawancara/kamis 07 mei 2015/pukul 17:00/dilaksanakan dirumah).

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pabrik yang ada di Kecamatan Ciwandan yang sudah mengakibatkan pencemaran lingkungan yaitu dalam pencemaran udara yang mengakibatkan masyarakat setempat tidak dapat menghirup udara segar, karena udara disana sudah terkontaminasi bahan kimia sehingga jika dalam jangka waktu panjang sangat berbahaya bagi saluran pernafasan, dengan pencemaran yang dilakukan pabrik maka pabrik tersebut. Agar pencemaran lingkungan yang dilakukan tidak berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat sekitar, sebagaimana disampaikan oleh masyarakat yang tinggal disekitar pabrik, Dimyati (45) (1

3-2) :

“Disini pernah ada pengobatan gratis tapi itu bisa keitung Cuma dua kali dan itupun tidak dilakukan tiap tahunnya. Debu mah masih saja tiap hari neng,disini mah debu tuh udah jadi sarapan sehari hari neng, orang jalanan disini yang lewat truk truk gede dari pabrik”(wawancara/kamis 08 mei 2015/ pukul 16:00/dilaksanakan disekitar pabrik).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang berada disekitar pabrik masih merasakan limbah dan pencemaran lingkungan terutama pencemaran udara dari debu – debu yang dihasilkan truk –

truk pengangkut bahan – bahan pabrik, namun perhatian terhadap debu yang dihasilkan oleh truk – truk pabrik ini kurang terlalu diperhatikan sehingga masyarakat setempat sudah menganggap jika debu disini sudah menjadi sarapannya tiap hari padahal jika tidak diperhatikan secara serius itu semua berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat setempat dalam jangka waktu panjang.

4.3.1.8 Fleksibel

Fleksibel,pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan dinyatakan dalam bentuk pernyataan bentuk pengawasan.

Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung, seperti halnya yang disampaikan oleh Eri (38 ), kasubid pengendalian lingkungan dan perusakan lingkungan (11-1-) :

“kami dalam mengawasi memiliki wewenang sebagai berikut : melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan atau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu, memotret, membuat rekaman audio visual,mengambil sampel, memeriksa peralatan. Adapun dua cara pengawasan yang dilakukan pihak kami yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung adalah langsung terjun kelapangan sedangkan pengawasan tidak langsung yaitu dengan memverifikasi data, evaluasi laporan yang diberikan pihak perusahaan pertiga bulan dan

perenam bulan. Dan metode pengawasan langsung yaitu persiapannya seperti rapat intern tim, menyiapkan formulir BA, menyiapkan peralatan dan perlengkapan jika dibutuhkan sample kita siapkan alat sampel kelapangan diperiksa keseluruhannya mulai dari dokumen lingkungan dan perijinan pengelolaan lingkungan hidup, diperiksa pengendalian dan pengelolaan pencemaran air, udara, limbah B3, setelah hasil verifikasi lapangan kita tuangkan dalam berita acara pengawasan yang di tanda tangani oleh pihak perusahaan setelah hasil tersebut dibuat tindak lanjut bisa berupa surat peringatan atau sanksi administratif”. ( wawancara /24 november 2014/ pukul 10:55/dilaksanakan dikantor Badan Lingkngan Hidup Kota Cilegon.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 11-1 dapat disimpulkan bahwa bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon ada dua macam yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung yaitu pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon langsung mendatangi kelapangan atau ke pabrik tersebut, dan metode pengawasan langsung yaitu persiapannya seperti rapat intern tim, menyiapkan formulir BA, menyiapkan peralatan dan perlengkapan jika dibutuhkan sample kita siapkan alat sampel kelapangan diperiksa keseluruhannya mulai dari dokumen lingkungan dan perijinan pengelolaan lingkungan hidup, diperiksa pengendalian dan pengelolaan pencemaran air, udara, limbah B3, setelah hasil verifikasi lapangan kita tuangkan dalam berita acara pengawasan

yang di tanda tangani oleh pihak perusahaan setelah hasil tersebut dibuat tindak lanjut bisa berupa surat peringatan atau sanksi administratif. Sedangkan pengawasan tidak langsung yaitu pihak Badan Lingkungan Hidup memverifikasi dari data atau laporan yang diberikan pihak perusahaan pertiga bulan atau perenam bulan. Namun dalam pengawasan limbah dari udara emisi, pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum bisa melakukan uji emisi tersebut, karena Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum memiliki alat untuk uji emisi tersebut dan yang melakukan uji emisi tersebut adalah Badan eksternal yang independent dan perusahaan membiayai sendiri untuk uji emisi dan uji emisi tersebut dilakukan setiap enam bulan sekali. Senada dengan pernyataan diatas, Wuryandari ( 30 ) Environment supervisor ( 14-1) :

“pengawasan yang dilakukan pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon yaitu pengawasannya terkadang inspeksi mendadak, dan terkadang sesuai dengan surat tugas. Dalam setahun Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon setahun sekali mengawasi perusahaan kami dan maksimal dua kali .perusahaan kami setiap pertiga bulan memberikan laporan ke pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, laporan tersebut yaitu laporan pengendalian air limbah, laporan pengendalian limbah B3, laporan pengelolaan industri, dan laporan pelaksanaan izin lingkungan. Dan adapun dalam pengambilan sampel air pertiga bulan dan enam bulan. pihak dari Badan Lingkungan Hidup langsung ke objek sasaran dan pengambilan sampelnya sudah ditentukan satu tempat dan telah

disepakati dua belah”(wawancara/8 mei 2015/pukul 14:00/dilaksanakan dikantor Krakatau Daya Listrik). Sesuai dengan pernyataan dari 14-1,setiap pertiga bulan dan perenam bulan diadakan pengambilan sampel air laut dan sesuai dengan pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.3

Pengambilan air sampel laut

(Sumber, peneliti 2015 )

Pernyataan yang sama mengenai bentuk pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon juga disampaikan oleh Sr. Hse Assisten, Risa Indah ( 25 ) (14-2) :

“Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam mengawasi secara langsung yaitu memberikan audit Lingkungan Hidup Limbah B3, dan audit proper sedangkan pengawasan tidak langsungnya yaitu pihak perusahaan memberikan laporan pertiga bulan seperti laporan limbah B3 sedangkan laporan UKL/UPL

AMDAL perenam bulan. Dalam setahun maksimal dua kali secara inspeksi mendadak” ( wawancara /9 mei 2015/ pukul 10:35 /dikantor Pundi Kencana ).

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pengawasan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon ada dua cara pengawasan yaitu pengawasan langsung dan pengawsan tidak langsung. Pengawasan langsung yaitu pengawasan rutin ke pabrik dan pengawasan rutin dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam setahun bisa sampai satu atau maksimal dua kali pengawasan. Pengawasan tersebut pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon mengambil sampel air diuji di Laboratorium dan tempat pengambilan sampelnya sudah ditentukan pada satu tempat atau fokus yang telah disepakati oleh kedua pihak dan air yang diambil tersebut layak atau tidak untuk dibuang kelaut. Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon melalui laporan yang dibuat oleh setiap pabrik, itu diberikan setiap pertiga bulan dan perenam bulan. Dari laporan tersebut Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon memverifikasinya dan dari laporan tersebut Badan Lingkungan Hidup Kota

Cilegon mengetahui bentuk dan angka– angka baku mutu yang dilewati oleh perusahaan tersebut.

4.3.1.9 Bersifat Sebagai Petunjuk Operasional

Bersifat sebagai petunjuk dan operasional, suatu sistem pengawasan yang efektif harus menunjukkan baik deteksi atau denasi dari standar, tindakan koreksi apa yang harus diambil dan dimiliki. Dinyatakan dalam bentuk pengawasan sesuai dengan SOP dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petugas pengawas yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, standar operasional prosedurnya belum dibuat namun telah tertuang dalam S.K Rencana kerja. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh kasubid pengawasan, pengendalian dan kerusakan lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, Eri ( 38 ) ( 11-1) :

“sesuai sop tetapi pengawasan masih mengacu pada perwal atau perda dan sop sebetulnya sudah buat akan tetapi pada prinsipnya sop itu dijalankan tetapi secara surat keputusan belum dibuat dan langkah langkahnya pertama investasi, data kegiatan tahun sebelumnya kedua pembahasan data bahan penyusunan rencana operasional, ketiga penyusunan rencana operasional pembuatan dan penyampaian atau pengedaran surat pemberitahuan monitoring atau pengawasan kepada kegiatan pelaku usaha, keempat pembuatan format surat tugas, berita acara dan laporan periodik ( pertiga dan enam bulan ), kelima pelaksanaan monitoring dan pengawasan bersamaan dengan implementasi tindak lanjut hasil kegiatan

usaha”(wawancara/24 november 2014/pukul 10:55/dilaksanakan dikantor Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon).

Dari hasil wawancara dengan 11-1 dapat disimpulkan bahwa Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon belum mempunyai SOP namun prinsipnya sudah tertuang di SK Rencana kerja bidang pengawasan pengendalan dan perusakan lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon. Isi dari Rencana kerja pengawasan, pengendalian dan perusakan lingkungan hidup yaitu pertama investasi, data kegiatan tahun sebelumnya kedua pembahasan data bahan penyusunan rencana operasional, ketiga penyusunan rencana operasional pembuatan dan penyampaian atau pengedaran surat pemberitahuan monitoring atau pengawasan kepada kegiatan pelaku usaha, keempat pembuatan format surat tugas, berita acara dan laporan periodik ( pertiga dan enam bulan ), kelima pelaksanaan monitoring dan pengawasan bersamaan dengan implementasi tindak lanjut hasil kegiatan usaha dan tindakan lapangan. Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam melakukan pengawasan pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak mengintimidasi pihak pabrik atau perusahaan. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Environment Supervisor Krakatau Daya Listrik, Wuryandari ( 30 ) (14-1) :

“Dalam melakukan pengawasan di perusahaan kami pihak dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon tidak mengintimidasi pihak kami”( wawancara/8 mei 2015/pukul 14:00/dilaksanakan di kantor Krakatau Daya Listrik).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 14-1, dapat disimpulkan bahwa Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam melakukan pengawasan pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan industri sifatnya tidak mengintimidasi pihak perusahaan dalam melakukan pengawasan tersebut. Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon dalam melakukan pengawasan sudah sesuai dengan SOP sebagaimana yang disampaikan oleh Environment Supervisor Krakatau Daya Listrik, Wuryandari ( 30) (14-1) :

“Saya rasa mungkin sudah sesuai sop yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon” ( wawancara/8 mei 2015/ pukul 14:00/ dilaksanakan dikantor Krakatau Daya Listrik ).

Hal yang senada disampaikan oleh Andi (37), Supervisor PT.Golden Grand Mills :

“Seharusnya sudah sesuai SOP yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon”

(wawancara/selasa 30 juni

2015/pukul.13:00/dilaksanakan dikantor PT.Golden Grand Mills).

Hal yang senada disampaikan oleh ketua komisi II,

Dokumen terkait