• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat -Alat Besar Lainnya a. Alat Pemancang Tiang

Dalam dokumen PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG (Halaman 67-74)

MOBILISASI PERALATAN

3. Dragline yang dipasang di atas truk

4.2.6 Alat -Alat Besar Lainnya a. Alat Pemancang Tiang

Dalam pembuatan jembatan dan lain-lain, jika ternyata daya dukung tanah yang ada sangat jelek, kecil dan tidak memenuhi syarat, maka hal ini akan mengakibatkan ambruknya jembatan karena 'settlement' yang berlebihan.

Pada tanah ini, untuk keperluan pondasi jembatan tersebut dipancangkan suatu tiang yang dimaksudnya untuk mendapatkan daya dukung tanah yang memenuhi syarat. Karena tiang yang dipancang cukup berat dan panjang, maka diperlukan peralatan khusus untuk pekerjaan tersebut.

Alat-alat yang diperlukan untuk pemancangan tiang ini antara lain:

Pile Driving Hammer

'Pile driving hammer' bekerja dengan tenaga pukulan yang diberikan ke ujung tiang dan tenaga yang dibutuhkan untuk memancang tiang ini, dapat ditentukan dengan rumus 'Engineering News' sebagai berikut :

2 b.h 2 E L --- = --- s + 0,1 s + 0,1 dimana :

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

L = Daya dukung tiang yang didasarkan pada angka keamanan 6 ('pound')

b = Berat pemukul ('pound') h = Tinggi jatuh pemukul ('feet')

s = Masuknya tiang ke dalam tanah setiap pukulan ('inch') E = Tenaga yang dibutuhkan untuk memancang ('foot-pound')

'Pile driving hammer' yang disebut juga 'impact hammer' ada beberapa jenis sebagai berikut :

1. 'Drop hammer'

Alat ini adalah sebuah pemukul dengan berat tertentu (b) yang ditarik dengan kabel penarik sampai ketinggian tertentu pula (h), kemudan dijatuhkan dan mengenai bidang atas (ujung) tiang pancang. Dengan pukulan ini tiang pancang masuk ke dalam tanah. Untuk menghindarkan kerusakan pada tiang di bagian atas tiang biasanya dipasang blok peredam.

2. 'Single Acting Hammer'

Alat ini menggunakan tekanan dalam sebuah silinder. Tekanan uap ini, adalah alat pemukul ('ram ') naik yang merupakan sebuah katup/klep yang dipasang pada silinder tersebut dan melepaskan tekanan uap yang ada dalam silinder. Akibatnya 'ram' tadi jatuh dan memukul bagian atas dari tiang dan demikian berjalan terus-menerus. Biasanya banyaknya pukulan berjumlah antara 50 sampai 80 kali per menit.

3. 'Double Acting Hammer'

'Hammer' ini juga mengglinakan tekanan udara, dengan adanya suatu sistem klep yang dipasang sedemikian rupa, sehingga tekanan diberikan dalam dua arah, yaitu:

Tekanan ke atas untuk mengangkat 'ram' dan kemudian 'ram' jatuh akibat berat sendiri. Di samping berat sendiri, 'ram' juga ditambah dengan tekanan udara ke arab bawah.

Keuntungan dari double acting hammer adalah bahwa pukulan-pukulan selama pemancangan bisa lebih kontinyu.

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

4. Differential hammer

Hammer ini mempunyai ruang tekanan piston atas dan bawah, mendapatkan tenaga dari perbedaaan tekanan di kedua ruang tekanan piston tadi.

Prinsipnya hampir sarna dengan single acting hammer ataupun double acting hammer, tetapi frekwensi pemukullebih cenderung sarna dengan double acting hammer.

5. Diesel hammer.

Tipe ini dari hammer aclalah diesel hammer, tipe ini mendapatkan energi dari dua sumer, pertama akibat berat sendiri ram akibat tekanan udara, kedua akibat pembakaran motor diesel.

Gambar 4.28

b. Tower Crane

Tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang gerak yang terbatas, menurut Susy Fatena R, Ir, MSc dalam bukunya Alat Berat untuk proyek konstruksi. Tipe crane dibagi berdasarkan cara crane.

1. Free Standing Crane

Crane yang berdiri bebas (free standing crane) berdiri diatas pondasi yang khusus dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai ketinggian yang besar maka kadang-kadang digunakan pondasi dalam seperti tiang pancang. Tiang pancang (mast) diletakan diatas dasar dengan diberi ballast sebagai penyeimbang

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

(counterweight). Syarat dari pondasi crane adalah pondasi tersebut harus mampu menahan momen, berat crane dan berat material yang diangkat.

Tipe jib atau lengan pada tower crane ada dua yaitu sddle jib dan luffing jib. Saddle jib adalah lengan yang mendatar dengan sudut 900 terhadap mast atau tiang tower crane. Jib jenis ini dapat bergerak 3600, sedangkan luffing jib mempunyai kelebihan dibandingkan dengan saddle jib karena sudut antara tiang dengan jib dapat diatur lebih dari 900. dengan kelebihan ini maka hambatan pada saat lengan berputar dapat dihindari. Dengan demikian pergerakan tower dengan luffing jib lebih bebas dibandingkan dengan alat yang menggunakan saddle jib.

2. Rail Mounted Crane

Penggunaan rel pada rail mounted crane mempermudah alat untuk bergerak sepanjang rel tersebut. Tetapi supaya tetap seimbang gerakan crane tidak dapat terlalu cepat. Kelemahan dari crane tipe ini adalah harga rel yang cukup mahal, rel harus diletakank pada permukaan datar sehingga tiang tidak menjadi miring.

Crane jenis ini digerakkan dengan menggunakan motor pengerak.

Jika kemiringan tiang melebihi 1/200 maka motor penggerak tidak mampu menggerakan crane. Selain itu juga perlu diperhatikan desai rel pada tikungan karena tikungan yang terlalu tajam akan mempersulit motor penggerak untuk menggerakan alat.

Ketinggian maksimum rail mounted crane adalah 20 meter dengan berat beban yang diangkat tidak melebihi 4 ton. Batasan ini perlu diperhatikan untuk menghindari jungkir, mengingat seluruh badan crane bergerak pada saat pengangkatan material. Walaupun kapasitas angkut dan ketinggian yang terbatas namun keuntungan dari rail mounted crane adalah jangkauan yang lebih besar sesuai dengan panjang rel yang tersedia.

3. Tied in Crane

Crane mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100 meter.

Jika diperlukan crane dengan ketinggian lebih dari 100m, maka crane harus ditambatkan atau dijangkar pada struktur bangunan. Fungsi dari penjangkaran ini adalah untuk menahan gaya horizontal. Dengan demikian crane tipe tied in tower crane dapat mencapai ketinggian

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

4. Climbing Crane

Dengan lahan yang terbatas maka alternatif penggunaan crane adalah crane panjat atau climbing crane. Crane tipe ini diletakan didalam struktur bangunan yaitu pada core atau inti bangunan. Crane bergerak naik bersamaan dengan struktur naik. Pengangkatan dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau hydraulic jacks.

5. Bagian Crane

Bagian dari crane adalah mast atau tiang utama, jib dan counter jib, counter weight, trolley dan tie ropes. Mast merupakan tiang vertikal yang berdiri diatas base atau dasar. Jib merupakan tiang horizontal yang panjangnya ditentukan berdasarkan jangkauan yang diinginkan.

Counter jib adalah tiang penyeimbang. Pada counter jib dipasangkan counter weight sebagai penyeimbang beban. Trolley merupakan alat yang bergerak sepanjang jib yang digunakan untuk memindahkan material secara horizontal pada trolley tersebut dipasangkan hook a tau kait. Kait dapat bergerak secara vertikal untuk mengangkat material. Tie ropes adalah kawat yang berfungsi untuk menahan jib supaya tetap dalam kondisi lurus 900 terhadap tiang utama. Pada bagian atas tiang utama sebelum jib terdapat ruang operator dan dibawah ruang tersebut terdapat slewing ring berfungsi untuk memutar jib. Selain itu juga terdapat climbing device yang merupakan alat untuk menambah ketinggian crane.

6. Kriteria Pemilihan Tower Crane

Pemilihan tower crane sebagai alat untuk memindahkan material didasarkan pada kondisi lapangan yang tidak luas, ketinggian yang tidak terjangkau oleh alat lain dan tidak dibutuhkannya pergerakan alat. Pemilihannya harus direncanakan sebelum proyek tersebut dimulai. Hal tersebut disebabkan karena dalam pengoperasiannya crane harus diletakan di suatu tempat yang tetap selama proyek berlangsung, sehingga crane harus mampu memenuhi kebutuhan akan pemindahan material dari suatu tempat ke tempat berikutnya sesuai dengan daya jangkau yang ditetapkan. Selain itu, pada saat proyek telah selesai pembongkaran crane harus dapat dilakukan dengan mudah. Pemilihan jenis tower crane yang akan dipakai harus mempertimbangkan :

a. Situasi proyek

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

c. Kemudahan operasional baik pada saat pemasangan maupun pada saat pembongkaran

d. Ketinggian struktur bangunan yang dikerjakan

Sedangkan pemilihan kapasitas tower crane sebaiknya didasarkan atas berikut ini :

a. Berat, dimensi dan daya jangkau pada beban terberat b. Ketinggian maksimum alat

c. Perakitan alat di proyek

d. Berat alat yang harus ditahan oleh strukturnya e. Ruang yang tersedia untuk alat

f. Luas area yang harus dijangkau alat

g. Kecepatan alat untuk memindahkan material 7. Kapasitas Tower Crane

Kapasitas crane tergantung dari beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah bahwa jika material yang diangkut oleh crane melebihi kapasitasnya maka akan terjadi jungkir. Oleh karena itu berat material yang diangkut sebaiknya sebagai berikut :

a. Untuk mesin beroda crawler adalah 75% dari ketinggian alat b. Untuk mesin beroda ban karet adalah 85% dari kapasitas alat.

c. Untuk mesin yang memiliki kaki (outrigger) adalah 85% dari kapasitas alat.

Faktor luar yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas alat adalah berikut ini :

a. Kekuatan angin terhadap alat

b. Ayunan beban pada saat dipindahkan c. Kecepatan pemidahan material

d. Pengereman mesin dalam pergerakannya

Kapasitas pengangkatan material oleh crane ditentukan berdasarkan tabel-tabel dan gambar-gambar di bawah ini. Pada saat menghitung beban sebaiknya ditambahkan 5% dari total beban untuk faktor keamanan.

4.3 LANGKAH-LANGKAH MOBILISASI PERALATAN : a. Izin Pemasukan Barang / Peralatan

Bila kontraktor bermaksud untuk mendatangkan barang / peralatan dan kendaraan dari luar negeri yang diperlukan dalam proyek, maka prosesnya

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

1) Kepala Proyek mengajukan master list of equipment / daftar induk peralatan yang akan didatangkan Kepada Perusahaan / Instansi Pusat untuk diajukan persetujuan Pimpro / Pimbagpro

2) Apabila kontraktor akan mengimpor barang / peralatan yang belum diproduksi di dalam negeri, maka diperlukan permohonan dari kontraktor dengan persetujuan Pimpro / Pimbagpro

3) Pemimpin proyek / Instansi Pusat mengajukan / membuat rekomendasi yang ditujukan kepada Direktur Impor Departemen Perdagangan untuk memperoleh persetujuan impor dengan fasilitas OB-23.

4) Apabila disetujui, maka Direktorat Impor Departemen Perdagangan akan menerbitkan Surat Persetujuan Impor yang ditujukan kepada proyek / Instansi Pusat.

5) Dengan dasar persetujuan ini dan pemberitahuan dari kontraktor tentang data pengapalan barang / peralatan, proyek / Instansi Pusat akan membuat rekomendasi yang ditujukan ke Direktorat Jenderal Bea Cukai untuk memperoleh fasilitas pemasukan barang impor.

6) Direktorat Jenderal Bea Cukai kemudian akan menerbitkan surat persetujuan berupa surat keputusan.

b. Izin Pengoperasian Peralatan / Kendaraan

Izin ini dapat diperoleh dari pihak kepolisian dengan mengikuti prosedur yang berlaku.

c. Izin Penggunaan Jalan / Jembatan

Perlunya mendapatkan izin ini antara lain untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya : rusaknya jalan karena perulangan / repetisi beban kendaraan yang berlebihan atau ambruk jembatan karena beban yang melebihi kemampuan jembatan, sehingga perlu batasan berat muatan. Izin ini dimintakan persetujuannya ke Dinas Angkutan Lalu Lintas Jalan Raya dengan mengikuti prosedur yang berlaku.

d. Komposisi Peralatan

Pimpro / Pimbagrpo harus memeriksa tentang kecukupan dan komposisi armada peralatan (fleet) yang dimobilisasi oleh kontraktor ke lapangan. Artinya apakah kemampuan alat-alat berat tersebut telah sesuai dengan keperluan, sesuai dengan keadaan setempat serta jenis dan jumlahnya telah mencukupi untuk melaksanakan pekerjaan, supaya jangan terjadi ketimpangan yaitu ada jenis peralatan yang jumlah / kemampuanya berlebihan dan ada jenis peralatan yang jumlah / kemampuannya sangat kurang.

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

e. Pendatangan Peralatan-peralatan Berat

Sebelum mendatangkan peralatan-peralatan berat ke lokasi pekerjaan kontraktor wajib meneliti kondisi jalan, jembatan, gorong-gorong, dermaga dan lain-lainnya yang akan dilalui oleh alat-alat berat tersebut dan harus juga mempertimbangkan kekuatan strukturnya setelah alat-alat berat tersebut digunakan dan dimuati beban. Kontraktor harus mendatangkan peralatan berat itu seperlunya saja, sehingga tidak akan menimbulkan masalah / hambatan bagi lalu lintas umum.

Didalam pemasangannya, Pimpro / Pimbagpro harus mengacu pada daftar peralatan yang dilampirkan oleh kontraktor pada waktu mengajukan penawaran dalam pelelangan.

Dalam dokumen PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG (Halaman 67-74)

Dokumen terkait