• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat Bantu dan Metode yang

Dalam dokumen Cifor kaji dampak lingkungan hidup (Halaman 117-119)

Variabel Proses

A. Alat Bantu dan Metode yang

Didasarkan pada Pengukuran Kekayaan dan Kemudahan Memperoleh Layanan Umum (Indikator Subyektif yang Berlaku Setempat)

Survei kebutuhan dasar (Davies, 1997) dan survei kebutuhan dasar yang telah disesuaikan (WCS) Disusun oleh Rick Davies pada tahun 1997, Survei Kebutuhan Dasar (BNS) memakai gagasan batasan kemiskinan secara sukarela dan demokratis, yakni penduduk yang dikaji membantu menetapkan indikator kesejahteraan dan batasan kemiskinan. BNS memperolehnya dengan menggunakan informasi dari narasumber utama dan responden untuk menyusun datar 20–30 kebutuhan dasar, yang diberi batasan sebagai kekayaan, kegiatan atau jasa yang ‘setiap orang seharusnya mampu memiliki dan tidak seorang pun tidak memilikinya’. Kebutuhan dasar dapat meliputi sepeda, lahan pertanian seluas seperempat hektar, makan tiga kali sehari atau bersekolah–yang masing-masing datar berlaku khas pada masyarakat tersebut. Rumah tangga kemudian ditanya apakah mereka menganggap masing-masing butir dalam ‘datar’ tersebut benar-benar kebutuhan dasar dan mereka juga ditanya apakah memilikinya. Butir-butir yang tidak diperingkatkan oleh sekurang-kurangnya 50% responden sebagai kebutuhan dasar dikeluarkan dari datar. Ukuran kesejahteraan kemudian disusun untuk masing-masing rumah tangga dengan membobotkan masing-masing kebutuhan dasar (apakah mereka memiliki atau tidak) dengan persentase rumah tangga yang menyebutkannya. BNS telah digunakan oleh ActionAid di Vietnam dan lain-lainnya di Mali dan Uganda. Baru-baru ini, Masyarakat Pelestarian Satwa Liar (WCS) mengembangkan BNS yang telah disesuaikan dan sedang menggunakannya untuk memahami pengaruh kawasan lindung bagi mata pencarian di Gabon, Guatemala dan Kamboja.

Rick Davies’ Basic Necessities Survey website: http://mande.co.uk/special-issues/the-basic- necessities-survey/

Davies, R. 1997 Beyond wealth ranking: the democratic deinition and measurement of poverty. http://www.mande.co.uk/docs/ democrat.htm.

Pro Poor Center dan Rick Davies. 2006 he 2006 Basic Necessities Survey (BNS) in Can Loc District, Ha Tinh Province, Vietnam. http:// mande.co.uk/special-issues/the-basic-necessities- survey/.

Wildlife Conservation Society (WCS). 2006 Household surveys: a tool for conservation design, action and monitoring. Technical Manual 4. Wildlife Conservation Society Living Landscapes Program, Bronx, NY. http:// wcslivinglandscapes.com/landscapes/90119/ bulletins/manuals.html.

Wildlife Conservation Society. No date. Assessing the impact of conservation and development on rural livelihoods: using a modiied basic necessities survey in experimental and control communities. Wildlife Conservation Society Living Landscapes Program, Bronx, NY. Tahap-tahap kemajuan (Krishna, 2005)

Metode yang dikembangkan oleh Anirudh Krishna di Duke University, ini berupaya memahami kemiskinan dari sudut pandang orang miskin itu sendiri dan mengungkapkan berbagai penyebab kemiskinan rumah tangga atau lepas dari kemiskinan. Metode ini telah digunakan untuk ribuan rumah tangga di India, Kenya, Peru, Uganda dan Amerika Serikat. Langkah pertama metode ini ialah mengadakan pertemuan masyarakat untuk menyepakati bersama-sama berbagai penyebab ‘kemiskinan’ (misalnya, tidak cukup makan) dan apa yang membedakan orang miskin dan sangat miskin dari kelas ekonomi lain, yakni patokan yang ingin diraih oleh rumah tangga (misalnya, membeli atap seng/kambing/sepeda motor/mobil, menyekolahkan anak, melunasi utang dan lain-lain) ketika mereka melepaskan diri dari kemiskinan. Kemudian kelompok tersebut diberi datar semua rumah tangga yang ada di desa dan patokan yang dapat diingat (misalnya, pemilihan umum atau kekeringan) untuk menandai tahun silam/sebelum proyek yang ditanyakan. Mereka kemudian diminta untuk merangking masing-masing rumah tangga

menjadi miskin atau lepas dari kemiskinan seiring waktu dengan: (1) tetap miskin; (2) lepas dari kemiskinan; (3) menjadi miskin; atau (4) tetap tidak miskin. Guna memastikan alasan perubahan dan tanpa perubahan yang dilaporkan mengenai keadaan keuangan, sampel acak rumah tangga dari masing-masing empat kelompok diwawancarai bersama-sama dan kemudian sendiri-sendiri. Stages of Progress: disaggregating poverty for better

policy impact website: http://sanford.duke.edu/ krishna/index.html.

Krishna, A. 2005 Stages of Progress ield manual: a community based methodology for deining and understanding poverty. Version 2.0. http:// sanford.duke.edu/krishna/SoP.pdf.

Kerangka kerja mata pencarian berkelanjutan Kerangka Kerja Mata Pencarian Berkelanjutan (SLF) yang asli (yang juga dikenal dengan ‘Pendekatan Mata Pencarian Berkelanjutan/SLA) menitikberatkan pada pengukuran kekayaan rumah tangga berdasarkan lima modal: manusia (misalnya, kesehatan, pendidikan); sosial (misalnya, jejaring, lembaga formal dan informal); isik (misalnya, prasarana, peralatan); keuangan (misalnya, pendapatan, tabungan, pinjaman); dan alam (misalnya, hasil hutan, lahan, air). SLF juga telah digunakan untuk menilai kesejahteraan di tingkat masyarakat. Indikator (yang dapat ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat) digunakan untuk mengukur berapa banyak masing-masing jenis modal tersebut dimiliki oleh rumah tangga (atau perorangan atau masyarakat); angka ini kemudian menghasilkan segi lima khas responden tersebut. SLF juga mencakup analisis kerentanan pokok dan guncangan terhadap mata pencarian. Jika mata pencarian tidak dapat mengatasi kerentanan ini dan mempertahankan atau meningkatkan lima modalnya tanpa merugikan sumber daya alam, maka menurut SLF, mata pencarian tersebut tidak berkelanjutan.

Karena gagasan ini muncul pada tahun 1990–an, SLF telah digunakan dan disesuaikan oleh banyak lembaga pembangunan, LSM dan standar sertiikasi karbon hutan. Misalnya, Metodologi Penilaian Hasil Wilayah (LOAM), yang dikembangkan oleh WWF, menambahkan modal ke enam: yaitu

kekayaan konservasi global. Standar Karbon Sosial menggunakan SLF yang telah disesuaikan yang disebut ‘Metodologi Karbon Sosial’, yang mempertimbangkan enam modal: alam, keuangan, manusia, sosial, karbon dan keanekaragaman hayati. Metode yang terbaru, yaitu Prakarsa Penilaian Sosial Kawasan Lindung (SAPA) mengusulkan untuk memasukkan kerangka kerja Penilaian Ekosistem Milenium yang ke dalam SLF sehingga modal alam dibagi menurut perannya: menyediakan, mendukung dan mengatur jasa lingkungan; dan modal sosial mencakup jasa budaya lingkungan. SAPA juga menambahkan modal ke enam: modal politik/hukum, yang mempertimbangkan hak asasi manusia dan keikutsertaan.

Rujukan utama

Aldrich, M. dan Sayer, J. 2007 In practice: landscape outcomes assessment methodology (LOAM). WWF Forest for Life Programme. http://assets. panda.org/downloads/loaminpracticemay07.pdf. Carney, D. (ed.) 1998 Sustainable rural livelihoods:

what contribution can we make? DFID, London. Chambers, R. dan Conway, G. 1992 Sustainable

rural livelihoods: practical concepts for the 21st century. Institute of Development Studies,

Brighton, Inggris.

IFAD’s (International Fund for Agricultural Development) Sustainable Livelihoods Approach website: http://www.ifad.org/sla/index.htm (November 2010).

Sayer, J., Campbell, B., Petheram, L., Aldrich, M., Ruiz Perez, M., Endamana, D., Nzooh Dongmo, Z.-L., Defo, L., Mariki. S., Doggart, N. dan Burgess, N. 2007 Assessing environment and development outcomes in conservation landscapes. Biodiversity Conservation 16(9): 2677–2694.

Schreckenberg, K., Camargo, I., Withnall, K., Corrigan, C., Franks, P., Roe, D., Scherl, L.M. dan Richardson, V. 2010 Social assessment of protected areas: a review of rapid methodologies. A report for the Social Assessment of Protected Areas (SAPA) Initiative. International Institute for Environment and Development, London.

Social Carbon Methodology website: www.socialcarbon.org.

B. Alat Bantu/Metode Berdasarkan

Dalam dokumen Cifor kaji dampak lingkungan hidup (Halaman 117-119)