• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian GCS-REDD Mengenai Pelaksanaan Proyek

Dalam dokumen Cifor kaji dampak lingkungan hidup (Halaman 51-53)

Pembahasan kami sejauh ini memusatkan pada penyimpulan sebab-akibat berdasarkan

Kotak 7. Penelitian GCS-REDD Mengenai Pelaksanaan Proyek

GCS-REDD menggunakan proses berulang untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan biaya pelaksanaan proyek-proyek REDD+. Pada tahap ‘sebelum’ penelitian, informasi dasar tentang proyek dikumpulkan melalui ‘penilaian pemrakarsa’ (lihat Lampiran C tentang instrumen penelitian). Cara ini bermanfaat untuk mendapatkan informasi dasar tentang organisasi pemrakarsa, komponen utama proyek REDD+, metode MRV dan FPIC, organisasi mitra utama, rencana untuk melakukan sertiikasi dan menjual kredit dan letak proyek. Penilaian pemrakarsa juga meminta pemrakarsa untuk mendaftar para pemangku kepentingan (kelompok orang atau perusahaan) yang menggunakan hutan di daerah proyek dan yang diharapkan mengubah penggunaan hutan sebagai bagian dari strategi proyek untuk mengurangi emisi karbon. Pemrakarsa kemudian ditanyai tentang strategi khusus untuk mendorong perubahan-perubahan tersebut dalam penggunaan hutan. Pada intinya, inilah model sebab-akibat proyek. Penilaian pemrakarsa juga dirancang untuk memperoleh rincian tentang bagaimana desa tertentu terpilih untuk kegiatan proyek sehingga menetapkan faktor-faktor pokok yang harus dipertimbangkan ketika memadankan desa dan rumah tangga dengan kegiatan dan pembanding. Selain penilaian pemrakarsa, peneliti menguraikan tentang daerah proyek yang mencirikan daerah proyek, termasuk penyebab utama deforestasi dan hal-hal yang terjadi sebelum proyek REDD+.

Pada tahap ‘antara’ penelitian, proses, biaya dan politik selama pelaksanaan proyek dilacak melalui ‘survei pelaksanaan proyek’ atau SPI (instrumen penelitian akan disediakan di situs web CIFOR pada tahun 2011). Melalui SPI, peneliti menjelaskan kegiatan proyek yang telah dilakukan. Langkah ini mengharuskan

penentuan kegiatan mana yang dapat dikaitkan dengan proyek (misalnya, menetapkan apakah kepemilikan lahan di daerah proyek merupakan bagian proyek atau kegiatan pelengkap yang merupakan prasyarat proyek tersebut, tetapi mungkin telah terjadi tanpanya) dan kegiatan mana yang benar-benar dilakukan dalam kenyataan (dan tidak sekadar dalam rencana tertulis). Kedua penentuan ini yang terbaik dilakukan sewaktu dan di tempat proyek dilaksanakan. Pada GCS-REDD, peneliti akan berkesempatan mengumpulkan informasi ini ketika mereka kembali ke daerah proyek untuk melaporkan mengenai hasil penelitian

tahap pertama. SPI juga menghitung biaya untuk memulai proyek—termasuk semua biaya perencanaan, administrasi dan transaksi—dan, apabila sesuai, biaya menjalankan proyek pada tahap awal pelaksanaan.

kesejahteraan sosial; ini berarti bahwa tidak tersedia model sebab-akibat umum untuk menetapkan indikator. Ketika menyusun peta rantai sebab-akibat, temuan dan penyimpulan sangat bergantung pada keabsahan teori program dan analisis penjelasannya. Apabila terdapat teori-teori yang bagus yang telah teruji secara empiris tentang unsur-unsur keberhasilan pelaksanaan proyek REDD+, evaluasi dampak yang berlandaskan teori itu lebih mudah. Biasanya, hubungan teoretis tertentu yang berlaku untuk konservasi dan pembangunan itu disanggah. Misalnya, kita memiliki bukti empiris bahwa kelompok yang terlalu besar atau terlalu beragam sering menghambat keberhasilan tindakan- bersama dalam pengelolaan hutan berkelanjutan (Poteete dan Ostrom 2004); tetapi, para penulis studi itu menekankan akan ketidakpastian hasil empiris mereka. Kajian-kajian mutakhir justru meramaikan perdebatan daripada menyodorkan penyelesaian masalah (misalnya, Baland dkk.2007) menemukan bahwa ketidaksetaraan berpengaruh terhadap kerjasama secara tidak linier). Dalam hal model sebab-akibat yang harus sepenuhnya teruji, kita memerlukan teori yang mantap

sehingga memungkinkan untuk membuat hipotesis keterkaitan antara kegiatan REDD dan hasil-hasil berupa kesejahteraan sosial (Reynolds 1998). Contoh ‘variabel proses’ untuk melacak dan merumuskan hipotesis yang mengaitkan berbagai kegiatan REDD+ dengan hasil mencakup:

• kemudahan untuk memanfaatkan hutan; • pohon, hutan dan hak milik dan hak

pengelolaan karbon hutan;

• keikutsertaan dalam perancangan dan pelaksanaan proyek;

• keberadaan, kemudahan dan hasilguna sejumlah mekanisme untuk mengatasi keluhan;

• proses untuk memprakarsai proyek (dari atas ke bawah atau konsultasi atau persetujuan sukarela yang diberitahukan sebelumnya (FPIC) atau diprakarsai oleh masyarakat);

• pengungkapan informasi dan pengertian terhadap kegiatan proyek;

• pengungkapan informasi tentang aliran keuangan karbon;

• modal sosial;

• ketidaksepakatan di antara anggota masyarakat sendiri;

• mudah berubahnya pembiayaan karbon dan imbalan/manfaat bagi penduduk;

• perubahan sikap tentang penggunaan hutan (apakah REDD+ memberi imbalan tanpa alasan untuk memperluas pembukaan lahan?);

• keberadaan, rancangan dan hasilguna mekanisme bagi-hasil;

• hasilguna mengenai tindakan mitigasi yang direncanakan untuk mengatasi penyebab sesungguhnya kehilangan hutan di daerah proyek dan imbalannya.

Untuk memahami sepenuhnya rantai sebab-akibat antara kegiatan dan hasil, agaknya diperlukan beberapa hipotesis yang dinyatakan dengan jelas dan diuji. Proses sebab-akibat yang melibatkan sistem sosial dan ekologi umumnya tidak linier atau tidak berjalan tersendiri. GCS-REDD mencakup pengujian beberapa hipotesis tentang pengaruh proyek-proyek REDD+ pada keadaan hutan dan kesejahteraan rumah tangga (Kotak 8).

Penyusunan dan pengujian peta rantai sebab- akibat memerlukan data lebih banyak daripada untuk metode evaluasi dampak lain. Pengukuran mekanisme sebab-akibat kegiatan, penetapan dan pengoperasian pemberian perlakuan secara tepat, pengumpulan data untuk banyak variabel proses dan mempertahankan banyak tindak lanjut berjangka panjang bersama peserta program selama masa pelaksanaan mungkin memakan waktu dan mahal (Reynolds, 1998). Model sebab-akibat dan hipotesis tertentu benar-benar berguna untuk memetakan data yang dibutuhkan. Teori perubahan atau jalur sebab-akibat memberi pedoman

tentang variabel tertentu, menjelaskan bagaimana mengukur variabel (yakni data yang dikumpulkan menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif) dan di tingkat mana data perlu dikumpulkan. Kami menemukan empat jenis variabel utama: variabel hasil; variabel penjelasan; perancu; dan variabel proses (Lembar Kerja 10). Memahami proses sebab-akibat dari kegiatan REDD+ dan dampaknya bagi kesejahteraan sosial sering memerlukan pendekatan metode gabungan.

Data kualitatif khususnya penting sebab mekanisme yang menyebabkan dampak mungkin saja cukup beragam, termasuk segi-segi pelaksanaan proyek (misalnya, tingkat keikutsertaan pengguna hutan setempat secara bermakna setelah mendapat informasi yang memadai), keadaan kelembagaan (misalnya, hak penguasaan, tingkat pengalihan kewenangan untuk mengelola, hak milik dan lain- lain) dan ciri-ciri masyarakat (misalnya, kekuasaan tokoh masyarakat, keanekaragaman etnis,

kelompok dan perkumpulan yang peduli pada pengelolaan hutan atau perbaikan kesejahteraan sosial dan lain-lain).

Apabila keragaman dalam variabel proses pada sampel mencukupi, mungkin saja merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor ini yang dapat diuji

secara kuantitatif dengan menggunakan teknik evaluasi dampak. Namun jika sampel sedikit atau tidak banyak keragaman dalam variabel proses sasaran perumusan hipotesis mungkin tidak layak. Ini berarti, jika Anda ingin menguji bagaimana hak milik karbon hutan mempengaruhi hasil hutan dan kesejahteraan, tetapi tidak satu pun atau seluruh dari desa dalam sampel Anda memiliki hak semacam itu, maka keragaman untuk menguji secara empiris hipotesis yang terkait dengan pokok bahasan ini tidak cukup. Sekalipun terdapat keragaman sampel, mungkin penyelidikan beberapa hipotesis dengan mekanisme sebab- akibat secara kuantitatif tidak cukup kuat karena perlu penyederhanaan secara berlebihan atau penggolongan yang dibuat-buat mengenai kondisi proses atau kelembagaan yang rumit.

Dalam dokumen Cifor kaji dampak lingkungan hidup (Halaman 51-53)