• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Pemadanan

Dalam dokumen Cifor kaji dampak lingkungan hidup (Halaman 98-100)

Pemadanan umumnya mengacu pada metode statistik untuk pemadanan kovarian dan pemadanan angka kecenderungan. Metode ini dapat dilaksanakan selama prapemadanan atau pascapemadanan, asalkan persyaratan data dapat dipenuhi pada tahap tersebut. Untuk prapemadanan sampel yang jumlahnya sedikit, proses statistik ini dapat dikira-kira dengan ‘pemadanan langsung’. Apa pun metodenya, tujuannya ialah untuk memilih sampel satuan kegiatan dan pembanding yang memiliki sebaran ciri yang serupa (yaitu yang seimbang).

Pemadanan Langsung

Pemadanan langsung merupakan jenis pemadanan paling sederhana (dan paling tidak tepat). Dengan metode ini, satuan-satuan dipadankan secara naluriah, baik dengan mempertimbangkan ciri keseluruhan (menyeluruh) atau berdasarkan pemadanan variabel-variabel yang terpilih melalui penilaian menurut informasi dan sering diukur dengan perkiraan saja. Kuncinya ialah bahwa variabel-variabel yang dipadankan ini, atau ciri keseluruhan satuan, sesuai untuk ditempatkan/ diikutsertakan dalam kegiatan dan hasil yang menjadi sasaran. Dalam bentuknya yang paling mendasar, pemadanan langsung dapat dilakukan cukup dengan menanyai orang-orang di daerah kegiatan perihal desa-desa mana yang paling mirip dengan desa mereka. Pemadanan langsung juga dapat dijelaskan melalui tinjauan kepustakaan dan

Kotak 1. Prapemeriksaan Kesepadanan untuk Pemilihan Sampel dalam GCS-REDD CIFOR Di setiap daerah proyek REDD+ yang merupakan bagian dari GCS-REDD CIFOR, survei di tingkat rumah tangga dan desa diselenggarakan di empat desa kegiatan dan empat desa pembanding. Desa-desa ini dipilih berdasarkan penilaian awal terhadap ciri pokok desa dan pemadanan secara statistik. Penilaian dan pemadanan menitikberatkan pada ciri-ciri yang diharapkan mempengaruhi keikutsertaan desa kegiatan dalam proyek REDD+ dan hasil yang menjadi sasaran (kesejahteraan manusia dan hilangnya hutan). Rincian langkah-langkah ialah sebagai berikut.

1. Tentukan hingga enam belas calon desa kegiatan. Dalam proyek yang mencakup wilayah yang luas, tentukan sekelompok desa tempat kegiatan proyek direncanakan dan yang memiliki tingkat deforestasi terkini sebesar rata-rata atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata di daerah proyek tersebut.

2. Tentukan hingga enam belas calon desa pembanding, cukup memiliki keserupaan keadaan bioisik dan pasar, tetapi terletak cukup jauh sehingga diharapkan tidak terpengaruh oleh tumpahan atau kebocoran langsung dari proyek.

3. Kumpulkan data mengenai 22 ciri pokok yang dianggap mempengaruhi penempatan proyek

maupun hasil berupa penggunaan lahan dan kesejahteraan, dengan berdasarkan pada data sekunder, narasumber utama dan kunjungan ke desa-desa. Ciri-ciri yang dianggap paling berpengaruh dalam pemadanan ialah: (1) tekanan deforestasi; (2) keberadaan LSM; (3) penguasaan hutan; (4) jumlah organisasi perdesaan; (5) penduduk; (6) tutupan hutan di desa; (7) ketergantungan pada hutan; dan (8) jarak ke jalan besar.

4. Padankan desa perlakuan dan desa pembanding dengan menggunakan pemadanan kovarian (dengan berpatokan pada ukuran jarak Mahalanobis) yang diterapkan di semua daerah proyek di negara tertentu dan semua ciri dengan data lengkap dan keragaman di antara proyek-proyek.

GCS-REDD memilih untuk memadankan di tingkat negara, menetapkan beberapa desa perlakuan dan desa pembanding terbaik, daripada pemadanan desa satu per satu di tingkat proyek. Pendekatan ini memperbesar jumlah sampel untuk pemadanan dan juga memastikan bahwa apabila sebuah desa keluar dari lingkup penelitian (yaitu tidak lagi menjadi desa kegiatan/pembanding), maka pasangan lainnya tetap sebagai sampel.

data sekunder yang tersedia mengenai pemadanan variabel (misalnya, kepadatan penduduk, jarak ke jalan raya, potensi agroekologi). Meskipun pada dasarnya pendekatan ini serupa dengan jenis-jenis pemadanan lain, ada risiko bias pada diri peneliti.

Angka Kecenderungan dan Pemadanan Kovarian

Pemadanan kovarian dapat dipandang sebagai padanan statistik untuk pemadanan langsung. Pemadanan kovarian mencakup pemadanan satuan pembanding dan kegiatan dengan ‘jarak’ antarvariabel yang dapat mempengaruhi hasil yang menjadi sasaran sehingga merancukan (kovarian). Terdapat beberapa ukuran untuk mengukur dan memperkecil jarak tersebut.

Pemadanan angka kecenderungan (PSM) mungkin merupakan metode yang paling lazim digunakan dalam evaluasi dampak. Angka kecenderungan ditentukan dengan menggunakan model statistik yang menghitung peluang menerima kegiatan (misalnya, REDD+), berdasarkan ciri-ciri yang teramati. Setiap satuan (apakah berupa kawasan hutan, desa atau rumah tangga) diberi angka kecenderungan masing-masing. Sebaran angka kecenderungan satuan pembanding maupun angka kecenderungan satuan kegiatan kemudian dipetakan untuk menetapkan daerah yang tumpang tindih (dikenal dengan ‘dukungan bersama’). Pemadanan mungkin dibatasi di daerah dukungan bersama ini. Misalnya, setiap satuan kegiatan dapat dipadankan dengan satuan pembanding yang memiliki angka kecenderungan terdekat, yang disebut dengan tetangga terdekatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan atau tanpa penggantian dan dengan atau tanpa memakai ‘jangka’ yang mengatur jarak terjauh yang diizinkan antartetangga. Ada pula berbagai metode lain yang secara statistik membangun satuan pembanding untuk setiap satuan kegiatan (atau setidaknya setiap satuan kegiatan dalam dukungan bersama).

PSM biasanya mensyaratkan calon satuan pembanding dalam jumlah besar, maupun data mengenai banyak faktor yang dapat mempengaruhi penempatan/keikutsertaan dalam kegiatan

dan hasil yang menjadi sasaran. Tujuannya ialah untuk menetapkan sebagian kecil satuan pembanding dan kegiatan yang terlihat sama dalam semua hal. Ada beragam ukuran untuk

menilai keseimbangan. Pendekatan paling dasar ialah penelaahan histogram dan petak kepadatan dari angka kecenderungan. Cara ini sebaiknya dilakukan terlebih dahulu terhadap sampel utuh (belum sepadan). Hasil dari pemeriksaan ini dapat menunjukkan bahwa sebagian dari satuan kegiatan memperlihatkan sangat sedikit tumpang tindih dengan satuan pembanding; bahwa, sebagian dari satuan kegiatan sedemikian khasnya sehingga tidak ditemukan pembanding yang memadai. Hal ini merupakan kenyataan penting untuk dihadapi. Ciri-ciri satuan yang terpaksa harus dikeluarkan dari analisis tersebut perlu dipertimbangkan dalam penafsiran hasil.

Analisis dan Peringatan

Pemadanan merupakan cara untuk menetapkan batasan sampel desa dan/atau rumah tangga. Ini meliputi penentuan satuan kegiatan dan pembanding mana yang dicakup (dukungan bersama) dan bobot untuk dipakai di setiap satuan pembanding. Setelah pemadanan, apa pun jenis metode dapat diterapkan untuk menilai dampak. Rutinitas pemadanan dalam kebanyakan program statistik menghitung perbedaan rata- rata hasil yang disebabkan oleh proyek tersebut (misalnya, ‘rata-rata pengaruh perlakuan terhadap yang mendapat perlakuan’, atau ATT). Perkiraan dampak ini dapat ditiadakan penyimpangannya) dengan menggunakan metode regresi, atau model regresi multivarian dapat diperkirakan dengan menggunakan sampel yang sepadan. Pemadanan yang dipadukan dengan regresi dianggap secara luas sebagai cara mantap untuk memperkirakan dampak sebab-akibat.

Ketika semua faktor utama yang menentukan penempatan/keikutsertaan dalam REDD+ dan hasil yang menjadi sasaran dapat diamati (diketahui dan diukur oleh peneliti), pemadanan bekerja dengan baik dalam menyaring pengaruh variabel- variabel yang dapat merancukannya. Namun jika ada berbagai ciri yang tidak teramati (yang tidak diketahui dan tidak dapat diukur secara mudah oleh peneliti) yang mempengaruhi penempatan/ keikutsertaan dalam REDD+ dan hasilnya, maka ini dapat menghadapi risiko keabsahan hasil yang diperoleh melalui pemadanan. Motivasi atau keberadaan pemimpin masyarakat yang dinamis,

misalnya, dapat menjadi ciri penting yang tidak teramati. Persoalan ini dapat dipecahkan sebagian apabila tersedia data mengenai hasil sebelum dan setelah kegiatan.

Tumpahan

Masalah tumpahan (yaitu kebocoran) patut untuk menjadi bahan pembahasan terakhir. Kebocoran merupakan masalah yang dipahami dengan baik dalam deforestasi dan degradasi hutan. Proyek- proyek REDD+ harus memperlihatkan bahwa mengurangi deforestasi dan degradasi di daerah proyek tidak mengakibatkan kebocoran (yaitu deforestasi atau degradasi hutan berpindah ke luar daerah proyek). Ada kemungkinan terjadi kebocoran kesejahteraan dan kebocoran dalam hal kehilangan hutan dari daerah REDD+ ke daerah lainnya. Misalnya, kehilangan pekerjaan yang terkait dengan penebangan hutan di daerah REDD+ dapat berpindah ke daerah lainnya (bersama dengan degradasinya). Hal ini jelas menunjukkan bahwa terdapat risiko karena REDD+ juga akan mempengaruhi daerah

pembanding yang sepadan. Di satu sisi, hal ini dapat merumitkan penafsiran atas perbandingan antara daerah pembanding dan daerah kegiatan. Di sisi lain, menetapkan tumpahan berupa kesejahteraan dan kehilangan hutan merupakan bagian cerita yang penting sehingga diharapkan dapat dikemukakan. Pemrakarsa proyek perlu menetapkan batas kebocoran untuk deforestasi dan degradasi hutan, yaitu di sebagian daerah yang menyangga daerah proyek tempat kebocoran diduga akan terjadi. Pertimbangan serupa perlu diberikan juga untuk menetapkan batas kebocoran kesejahteraan. Bila memungkinkan, daerah di luar batas kebocoran dapat menjadi pembanding, tetapi data juga perlu dikumpulkan dari daerah-daerah di dalam batas kebocoran untuk menilai tumpahan dan kebocoran.

Dalam dokumen Cifor kaji dampak lingkungan hidup (Halaman 98-100)