• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat Bantu Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

D. METODE PENGAMBILAN DATA

2. Alat Bantu Pengumpulan Data

Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah format kuesioner.

Format Kuesioner bertujuan mencari data yang dilakukan dari tujuan penelitian

dan juga sebagai alat bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisa data nantinya (Poerwandari, 2009).

E. KREDIBILITAS PENELITIAN

Kredibilitas adalah istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep validitas (Poerwandari, 2009). Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait (dalam bahasa kuantitatif: variabel) dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif. Menurut Poerwandari (2009), kredibilitas penelitian kualitatif juga terletak pada keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah dan mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.

Penelitian ini memiliki langkah-langkah untuk menjaga kredibilitas dan objektivitas antara lain dengan:

1. Memilih subjek penelitian yang sesuai dengan karakteristik penelitian dalam hal ini adalah pengurus FPI Medan.

2. Membuat angket terbuka (kuesioner), yaitu asosiasi kata yang dapat menggali representasi sosial Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

3. Membuat pertanyaan terbuka berdasarkan elemen-elemen representasi sosial, yaitu: informasi, keyakinan, pendapat, dan sikap.

4. Memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam pengumpulan data di lapangan, hal ini dapat memungkinkan peneliti mendapat informasi lebih banyak tentang subjek penelitian.

5. Melibatkan tema sejawat, dosen pembimbing, dan dosen yang memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek dalam penelitian ini untuk berdiskusi dan memberikan masukan juga kritik mulai dari awal penelitian sampai dengan didapatkannya hasil dan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan karena mengingat keterbatasan kapabilitas peneliti dalam mengkaji kompleksitas fenomena yang diteliti.

F. PROSEDUR PENELITIAN

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melakukan penelitian, yaitu:

a. Mengumpulkan data

Peneliti mengumpulkan berbagai informasi FPI Medan, Sumatera Utara, teori-teori yang berhubungan dengan Representasi Sosial Amar Ma’ruf Nahi Munkar pada FPI.

b. Menyusun format kuesioner

Pembuatan format kuesioner dimulai terlebih dahulu dengan menyusun tinjauan pustaka yang digunakan dan tujuan penelitian. Setelah format kuesioner rampung, peneliti melakukan professional judgement dengan dosen pembimbing serta mencoba pertanyaan ke beberapa orang mahasiswa psikologi untuk menilai efektifitas format kuesioner sekaligus mengecek kembali apakah tujuan yang ingin dicapai telah terpenuhi.

c. Membuat informed consent

Pernyataan ini akan dijadikan sebagai bukti bahwa responden telah menyepakati bahwa dirinya akan berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa adanya paksaan dari siapapun. Peneliti menjelaskan tentang penelitian ini beserta dengan tujuan dan manfaat penelitiannya.

d. Mempersiapkan alat-alat penelitian

Alat-alat yang dipersiapkan agar mendukung proses pengumpulan data seperti alat pencatat (kertas dan alat tulis) serta format kuesioner yang telah tersusun.

e. Persiapan untuk mengumpulkan data

Peneliti mengumpulkan informasi tentang calon responden penelitian dari pengurus FPI Medan, Sumatera Utara dan memastikan bahwa calon responden tersebut telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Setelah mendapatkannya, lalu peneliti menghubungi calon responden untuk menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan menanyakan kesediannya untuk berpartisipasi dalam penelitian.

f. Membangun rapport dan menentukan jadwal pengambilan data

Peneliti membuat janji bertemu dengan responden dan berusaha membangun rapport yang baik dengan responden. Setelah itu, peneliti dan responden menentukan dan menyepakati waktu untuk pengambilan data. Setelah bertemu dengan responden, peneliti memberikan informed consent yang akan ditandatangani untuk kesediaan responden dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, peneliti memasuki beberapa tahap pelaksanaan penelitian, antara lain:

a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat pengambilan data.

b. Pemberian kuisioner.

3. Tahap Setelah Penelitian

Hal-hal yang dilakukan setelah penelitian berlangsung adalah : a. Melakukan analisa data

Proses yang ada dalam tahap ini adalah mengasosiasikan kata-kata yang ada.

b. Menarik kesimpulan

Pada tahap ini peneliti akan membuat kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini.

c. Membuat diskusi dan saran

Setelah membuat kesimpulan peneliti akan membaut diskusi berdasarkan kesimpulan tersebut. Kemudian membuat saran-saran sesuai dengan kesimpulan yang didapat serta saran untuk peneliti selanjutnya.

BAB IV

DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, subjeknya adalah pengurus FPI yang berada di enam kecamatan sekota Medan, yaitu Medan Belawan, Medan Deli, Medan Marelan, Medan Petisah, Medan Percut, dan Medan Tembung yang berusia 22-64 tahun atau jika dijenjangkan menjadi dewasa awal hingga lansia.

Secara keseluruhan subjek dalam penelitian ini adalah 42 orang. Dimana jumlah perempuan sebanyak 4 orang dan laki laki sebanyak 38 orang.

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, gambaran penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini:

Tabel 4.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase

Laki-Laki 38 90,5%

Perempuan 4 9,5%

Total 42 100%

Berdasarkan tabel 4.1 jumlah subjek paling banyak adalah laki – laki yaitu sebanyak 38 orang dan perempuan hanya 4 orang. Hal ini disebabkan karena pengurus FPI yang berada di Medan masih minim dalam membentuk kelompok khusus untuk perempuan, jika di dalam FPI disebut mujahidah. Hasil wawancara

ketua umum DPC Medan Belawan yang dilakukan di sekretariatannya menyatakan bahwa hingga sekarang mujahidah yang masih aktif dan berkembang di Medan hanya berada di DPC Medan Belawan dengan jumlah 25 orang.

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, gambaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2.

berikut ini:

Tabel 4.2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (N) Persentase

20 – 30 tahun 8 19,05%

31 – 50 tahun 24 57,14%

51 – 60 tahun 8 19,05%

61 – 65 tahun 2 4,76%

Total 35 100%

Berdasarkan tabel 4.2 tentang gambaran subjek berdasarkan usia, diketahui bahwa subjek terbanyak berada pada rentang usia antara 31 – 50 tahun atau berada pada dewasa madya sebanyak 24 subjek, dan diikuti dengan rentang usia 20 – 30 tahun atau dewasa awal, juga rentang usia 51 – 60 tahun atau dewasa akhir, sama-sama sebanyak 8 subjek, dan yang terakhir sebanyak 2 subjek dari rentang 61 – 65 tahun atau disebut lansia.

B. HASIL PENELITIAN

Setiap subjek yang diteliti diminta untuk menuliskan lima kata yang terlintas di benak mereka ketika mendengar atau membaca kata amar ma’ruf nahi munkar.

Setelah menulis lima kata tersebut subjek diminta sekaligus memberikan makna

dari kata yang dimaksud atau memberikan penjelasan tentang kata yang dituliskan. Dari 42 subjek diperoleh 210 respon dan 38 jenis kata.

Dari keseluruhan jenis kata, peneliti mengkategorikan kata yang muncul tentang amar ma’ruf nahi mungkar menjadi tiga tahap, yaitu dari pembagian kategori umum sampai ke kategori aspek.

Tabel 4.3. Kategori Tahap Pertama

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Tujuan 171 81,43%

2 Cara 39 18,57%

Total 210 100%

Berdasarkan tabel 4.3. didapatkan bahwa respon yang keluar pada pengurus FPI Medan dalam memaknai amar ma’ruf nahi munkar adalah tujuan dan cara.

Persentase dari tujuan sebesar 81,43%.

Tabel 4.4. Kategori Tahap Kedua No Kategori

Berdasarkan tabel di atas kata yang muncul dari semua responden dapat dibagi menjadi tujuan melindungi umat dan tujuan melindungi diri sendiri, kemudian untuk cara dibagi menjadi cara dakwah, hisbah, dan jihad. Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa tujuan melindungi umat adalah yang paling tinggi dengan jumlah persentase 44,29%.

Tabel 4.5. Kategori Tahap Ketiga

N o

Kategori tahap 2 Kategori tahap 3 Total

Afektif Kognitif Konatif

1 Tujuan melidungi umat 12 26 55 93

2 Tujuan melindunngi diri sendiri

Berdasarkan kategori respon yang ada, kebanyakan respon yang muncul terkategorikan ke aspek konatif dengan persentasi sebesar 51,9%. Perintah amar ma’ruf nahi munkar adalah sebagian besar masuk ke dalam aspek konatif.

Tabel 4.6. Makna Amar Ma’ruf Nahi Munkar berdasarkan Tema No Kategori Makna

1 Tujuan a. Menghimbau masyarakat untuk berbuat ma’ruf dan melarang berbuat munkar.

b. Memberi contoh kebaikan dengan cara mengajak mendengarkan dakwah.

c. Mensyiarkan ajaran islam kepada umat.

d. Menyampaikan ajaran Al-Qur’an terhadap umat dan memperbaiki aqidah akhlak (contohnya: mendirikan sholat, berperilaku

sopan dalam berbusana).

e. Berjuang dalam menghadapi kezaliman dan memerangi setiap hal yang tidak disukai Allah, contohnya berjudi, meminum khamar, memakan yang haram dan menduakan Allah.

f. Adalah untuk sebuah penghormatan Allah kepada pribadi muslim untuk memikulnya dan hanya pada orang mulia saja.

g. Melindungi sistem/ajaran yang mengatur seluruh tatanan kehidupan,

h. Melindungi suatu alat yang digunakan untuk berpikir dan dapat membedakan baik dan buruk

2 Cara a. Memberikan dakwah dengan kasih sayang, penuh dengan kelembutan dan pelan-pelan, tegas, disesuaikan dengan kegemaran masyarakat, situasi masyarakat, kebijaksanaan melihat situasi agar pas dengan metode yang akan dilaksanakan, pribadi mesti sama dengan pribadi rasul yaitu siddiq (benar), tabligh (menyampaikan), fatanah (cerdas), dan amanah (terpecaya).

b. Rela mati syahid terhadap Allah SWT untuk memerangi segala kezaliman, maknanya kita harus memberantas keburukan di atas bumi ini tanpa kecuali dengan ikhlas dan sabar, harus dikerjakan atas dasar hati yang tergerak karena iman atas agama Allah SWT.

Tabel 4.7. Langkah-langkah dalam melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi

Respon – respon yang didapat dari subjek penelitian mengenai pandangan mereka tentang langkah-langkah dalam beramar ma’ruf nahi munkar adalah sebanyak 73,81% subjek memberikan respon dengan mengatakan langkah-langkahnya adalah berdakwah terlebih dahulu, kemudian berhisbah, dan terakhir berjihad. Berdakwah di tengah-tengah masyarakat yang kurang mengerti tentang pemahaman islam. Berhisbah atau memerintah orang untuk melakukan kebaikan jika ia melanggarnya, dan jihad di jalan Allah untuk menegakkan agama Allah, dan rela mati untuk berjuang dalam memerangi segala jenis kezaliman di muka bumi Allah.

Tabel 4.8. Situasi yang membuat melakukan Amar Ma’ruf

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Lingkungan terdekat 2 4,76%

2 Lingkungan masyarakat 9 21,43%

3 Manusia pada umumnya 31 73,81%

Total 42 100%

Selanjutnya pertanyaan tentang situasi seperti apa yang membuat pengurus FPI melakukan amar ma’ruf, respon sebanyak 73,81% menyatakan ketika

banyaknya manusia yang tidak mau melakukan kebaikan (banyaknya melakukan kemungkaran, misalnya tidak ada yang mengerjakan ibadah, pengedaran narkoba, perjudian). Juga saat lingkungan terdekat dan masyarakat tidak resah dengan kegiatan masyarakat.

Tabel 4.9. Situasi saat melakukan Nahi Munkar

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Lingkungan terdekat 5 11,91%

2 Lingkungan masyarakat terinstitusi

7 16,67%

3 Lingkungan masyarakat non institusi

1 2,38%

4 Manusia pada umumnya 28 66,67%

5 Penista agama 1 2,38%

Total 42 100%

Lingkungan yang dekat dan berhubungan langsung dengan responden, lingkungan masyarakat yang terinstitusi serta non institusi, kondisi manusia pada umumnya; yang tidak sesuai dengan aturan, membawa keburukan, kezaliman, dan penista agama adalah situasi yang membuat FPI harus melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Situasi manusia pada umumnya yang mudah sekali berbuat keburukan mendapat persentase sebanyak 66,67%.

5.0. Alasan yang Mendasari untuk Berbuat Amar Ma’ruf Nahi Munkar No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Internal 35 83,33%

2 Eksternal 7 16,67%

Total 42 100%

Respon tentang alasan yang mendasari untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah alasan internal dan eksternal. Alasan internal adalah alasan yang

paling tinggi persentasenya yaitu 83,33%, alasan internal ini adalah bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah perintah agama.

C. PEMBAHASAN

1. Representasi Sosial Pengurus FPI Medan terhadap Tujuan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Representasi sosial pengurus FPI Medan terhadap tujuan amar ma’ruf nahi munkar yaitu tujuan melindungi umat dan tujuan melindungi diri sendiri. Makna tujuan dari amar ma’ruf nahi munkar menurut FPI Medan adalah menghimbau masyarakat untuk berbuat ma’ruf dan melarang berbuat munkar, memberi contoh kebaikan dengan cara mengajak mendengarkan dakwah, mensyiarkan ajaran islam kepada umat, menyampaikan ajaran Al-Qur’an terhadap umat dan memperbaiki aqidah akhlak (contohnya: mendirikan sholat, berperilaku sopan dalam berbusana), berjuang dalam menghadapi kezaliman dan memerangi setiap hal yang tidak disukai Allah, contohnya berjudi, meminum khamar, memakan yang haram dan menduakan Allah, sebuah penghormatan Allah kepada pribadi muslim untuk memikulnya dan hanya pada orang mulia saja, melindungi sistem/ajaran yang mengatur seluruh tatanan kehidupan, dan melindungi suatu alat yang digunakan untuk berpikir dan dapat membedakan baik dan buruk.

Persoalan yang menarik dari representasi sosial terhadap amar ma’ruf nahi munkar ini adalah, bahwa masyarakat berasumsi penegakkan amar ma’ruf nahi munkar itu termasuk gerakan radikal-fundamentalis, artinya sesuatu yang ditakuti dan diwaspadai. Hal ini dikuatkan dengan penelitian Badriyah (2013) menyatakan

kebanyakan masyarakat, tetapi lebih kepada gerakan yang mencoba mencari legitimasi agama demi mewujudkan kepentingannya. Namun, hasil penelitian Artha (2012), mengatakan adanya komodifikasi dalam pemberitaan mengenai FPI di media online. Komodifikasi adalah upaya mengubah apapun menjadi komoditas atau barang dagangan sebagai alat untuk mendapat keuntungan.

Melihat hasil penelitian di atas, kemungkinan besar ada masyarakat lain yang belum terlalu paham akan apa yang digalakkan FPI, masyarakat lain hanya sering melihat berita yang dimuat di dalam media, dengan kata lain kebenaran yang sesungguhnya masih harus dipertanyakan.

Amar ma’ruf nahi munkar adalah sesuatu yang subjektif oleh pengurus FPI, berhubungan dengan nilai, konsep, dan atribut lain yang mereka pahami. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Fishben dan Ajzen tentang belief. Beraninya FPI dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah karena melihat kondisi di Indonesia yang penuh dengan ketidakamanan, ketidaksejahteraan, dan tidak stabilnya kontrol sosialnya, lalu FPI berpikir bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah belief yang bisa berdampak baik jika diterapkan di Indonesia. Sejalan dengan pengertian belief yang merupakan hasil dari observasi sehingga seseorang dapat mempunyai belief tentang suatu tingkah laku tertentu.

Berdasarkan penelitian ini, maka dapat diketahui pula bahwa FPI dalam memaknai konsep amar ma’ruf nahi munkar adalah sesuatu tujuan yang wajib dilakukan oleh umat manusia, guna melindungi akal, agama, dan keturunan.

Sejalan dengan apa yang dikatakan Al-Qasim (2009) bahwa pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar merupakan upaya atau usaha dalam memelihara lima perkara

urgen, yaitu: menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Kemudian ketika semua orang sudah melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka kehidupan ini akan sejahtera dan bahagia. FPI mengambil sikap bahwa dengan melakukan amar ma’ruf nahi munkar, maka semua akan merasakan keamanan dari segala sisi, sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Fishben dan Ajzen (Hogg, 2011) bahwa belief dapat mempengaruhi pembentukan sikap. Aspek sikap konatif adalah salah satu aspek yang sebahagian besar membuat anggota FPI melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.

Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa objectification tentang amar ma’ruf nahi munkar pada pengurus FPI Medan adalah perintah agama Islam.

Objectification mengacu pada penerjemahaan ide yang abstrak dari suatu objek ke dalam ide yang lebih konkret (Deaux dan Philogene, 2001). Hal tersebut berarti bahwa amar ma’ruf nahi munkar sebagai sesuatu yang abstrak bagi pengurus FPI Medan diterjemahkan kedalam ide yang lebih konkret yaitu sebagai sebuah tujuan.

Elemen-elemen representasi sosial adalah informasi, keyakinan, pendapat, dan sikap. Elemen informasi dapat terlihat dari pengetahuan pengurus FPI Medan tentang langkah-langkah dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Elemen keyakinan dapat terlihat dari alasan dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

Elemen pendapat dapat dilihat dari situasi untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Elemen sikap juga dapat terlihat dari alasan melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

2. Langkah-langkah dalam melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar adalah berdakwah, hisbah kemudian jihad. Berdakwah adalah menyampaikan ditengah-tengah masyarakat yang kurang mengerti tentang pemahaman islam. Metode yang digunakan oleh FPI dalam berdakwah adalah dengan cara lemah lembut, berkasih sayang, tegas, penuh bijaksana, dan mengedepankan sifat-sifat nabi yaitu siddiq (benar), tabligh (menyampaikan), amanah (terpercaya), fatanah (cerdas) menyesuaikan dengan kondisi masyarakat (kegemaran masyarakat) sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Berhisbah atau memerintah orang untuk melakukan kebaikan jika ia melanggarnya, dan berjihad di jalan Allah untuk menegakkan agama Allah, dan rela mati untuk berjuang dalam memerangi segala jenis kezaliman di muka bumi Allah ini.

Sejalan dengan visi misi organisasi FPI yakni penerapan syariat Islam secara menyeluruh di bawah naungan Khilaafah Islamiyah menurut Manhaj Nubuwwah, melalui pelaksanaan da’wah, penegakan hisbah dan pengamalan jihad (Rizieq, 2008). Dakwah berarti menyampaikan sesuatu yang benar sesuai syariat Islam melalui cara-cara yang hikmah, penuh kasih sayang, dan kelembutan (Wawancara Imam Daerah FPI Medan, 2016). Hisbah maknanya menegakkan kebaikan dalam kondisi kebaikan tersebut sudah jelas-jelas tidak dilaksanakan, dan mencegah kemungkaran yang sudah jelas-jelas dilaksanakan. Setiap Aksi FPI dalam melaksanakan Hisbah wajib memenuhi prosedur dibawah ini, berikut pemaparannya:

1. Laporan Masuk: baik laporan dari masyarakat maupun dari anggota FPI.

Laporan ini wajib tertulis dan diterima secara resmi oleh organisasi FPI yaitu : sekum di tingkat DPP dan sekretaris di tingkat DPD, DPLN, DPW, DPC dan DPRa.

2. Investigasi: laporan tersebut dibawa dalam rapat pengurus FPI untuk pembentukan Tim Investigasi yang bertugas menghimpun fakta dan data.

3. Pemetaan: hasil investigasi dianalisa dalam rapat pengurus FPI untuk memetakan wilayah juang. Apabila dari hasil analisa dan pemetaan tersebut disimpulkan bahwa kemaksiatan yang terjadi tersebut didukung oleh masyarakat sekitar, maka wilayah tersebut disimpulkan sebagai Wilayah Da’wah, sehingga FPI wajib mengirim Para Da’i untuk melakukan pembinaan masyarakat di wilayah tersebut. Sedang apabila dari hasil investigasi dan analisa masyarakat setempat menolak kemaksiatan tersebut, maka wilayah tersebut ditetapkan sebagai wilayah Hisbah, sehingga prosedur selanjutnya adalah :

4. Laporan Keluar: setelah menetapkan wilayah maksiat tersebut adalah wilayah Hisbah maka FPI wajib menulis surat ajakan ke ulama, tokoh dan ormas Islam serta kelompok masyarakat lainnya untuk bersama FPI memprotes dan menolak tempat kemaksiatan tersebut. FPI wajib melakukan penggalangan dukungan terus-menerus dari masyarakat dan Ulama setempat. Selain itu juga FPI wajib menulis surat protes ke pejabat sesuai tingkatan (SATPOL PP, POLSEK, POLRES, POLDA, POLRI, LURAH, CAMAT, BUPATI/ WALIKOTA, GUBERNUR, MENTERI, PRESIDEN, DPRD, DPR RI) untuk minta menghentikan

kemaksiatan tersebut. Surat Protes tesebut wajib dilampirkan tanda tangan warga sekitar tempat maksiat yang dikeluhkan sebanyak-banyaknya.

5. Dialog: setelah surat dikirim baik ajakan ke Ulama dan ormas Islam setempat maupun protes ke pejabat setempat untuk berdialog dan mengajak mereka memberantas kemaksiatan dan tempat maksiat melalui kebijakan resmi Negara.

6. Demontrasi: dilakukan di kantor pemerintah yang berwenang (SATPOL PP, POLSEK, POLRES, POLDA, POLRI, LURAH, CAMAT, BUPATI/

WALIKOTA, GUBERNUR, MENTERI, PRESIDEN, DPRD, DPR RI). Apabila pejabat setempat kurang merespon dialog sebagaimana prosedur nomor 5 diatas, maka demonstrasi dilakukan setelah melalui evaluasi dan analisa hasil dialog.

7. Ultimatum: dilakukan setelah surat kepada pejabat setempat dan tempat kemaksiatan yang berupa Peringatan Keras berdasarkan dalil hukum agama dan argumentasi hukum negara untuk menghentikan segala bentuk kemaksiatan.

8. Aksi: apabila juga tidak direspon oleh pejabat pemerintahan setempat setelah langkah ke tujuh diatas dilakukan, maka pengurus FPI melakukan langkah hukum dan lobby politik serta aksi simpatik lainnya.

9. Resiko: resiko dalam melakukan aksi tersebut harus di tanggung sabagai konsekwensi logis dari perjuangan. Resiko dapat berupa tuntutan balik, dimanfaatkan politisi, difitnah, atau bahkan penjara dan kematian.

10. Evaluasi: setelah 9 tahapan dilakukan maka wajib untuk melakukan evaluasi terhadap aksi-aksi hisbah yang sudah dilakukan.

Jihad adalah berperang melawan musuh-musuh Allah untuk menegakkan agama Allah, serta rela mati akan perjuangan itu. Tahapan terakhir adalah

kematian yang menjadi pertaruhan dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Sejalan dengan langkah-langkah dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar versi Al-Qasim (2009), yakni: pengenalan, nasehat, menyerahkannya ke ahluh hisbah, berulang-ulang kali dan tidak berputus asa, memberikan hadiah buku dan kaset bermanfaat, boleh melarangnya dan memukulnya dengan pukulan yang mendidik apabila kepada orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya, seperti istri, anak-anak, serta amar ma’ruf nahi munkar mengharuskan pelakunya untuk bersikap lembut, santun, lapang dada, sabar, penyayang, bersahabat, dan semuanya menuntur pengorbanan.

Hisbah dan jihad identik dengan agresivitas, karena melakukan sesuatu yang merusak/memerangi semua kemungkaran yang ada di bumi. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bandura (dalam Kenrick, 2010) bahwa agresi adalah perilaku yang menyebabkan cedera atau kerusakan suatu benda. Menurut FPI, melakukan hisbah dan jihad adalah kewajiban karena melihat kondisi Indonesia yang memprihatinkan, maraknya maksiat dimana-mana, transaksi bebas narkoba, minuman keras mudah didapat, perjudian merajalela, dan sebagainya. Poin ke 7 dalam melaksanakan hisbah adalah ultimatum (dilakukan setelah surat kepada pejabat setempat dan tempat maksiat yang berupa peringatan keras berdasarkan dalih hukum agama dan argumentasi hukum negara untuk menghentikan segala bentuk kemaksiatan). Berdasarkan tahapan ke 7, jenis agresivitas yang dilakukan oleh FPI adalah agresivitas langsung, karena bertujuan menyakiti seseorang dengan berhadapan secara langsung dengan orang yang dimaksud, misalnya menghentikan dengan keras orang yang sedang berbuat maksiat.

3. Situasi dalam Melaksanakan Amar Ma’ruf

Situasi dalam melakukan amar ma’ruf adalah ketika banyaknya manusia yang tidak mau melakukan kebaikan, banyaknya melakukan kemungkaran, misalnya

Situasi dalam melakukan amar ma’ruf adalah ketika banyaknya manusia yang tidak mau melakukan kebaikan, banyaknya melakukan kemungkaran, misalnya

Dokumen terkait