AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR PADA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
MUTHIA AUDINA 121301029
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2016/2017
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :
Representasi Sosial Amar Ma’ruf Nahi Munkar pada Front Pembela Islam (FPI)
Adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 18 Agustus 2016
Muthia Audina 121301029
Representasi Sosial Amar Ma’ruf Nahi Munkar pada Front Pembela Islam (FPI) Muthia Audina dan Ari Widiyanta
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian representasi sosial yang bertujuan untuk mengkaji makna dan pengetahuan pengurus FPI Medan tentang tujuan amar ma’ruf nahi munkar. Penelitian ini melibatkan empat puluh dua orang pengurus FPI Medan. Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah pengurus FPI Medan yang telah bergabung minimal selama dua tahun. Pengambilan data dilakukan melalui asosiasi kata dan pertanyaan kuesioner terstruktur. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa representasi sosial tentang tujuan amar ma’ruf nahi munkar pada pengurus FPI Medan adalah tujuan untuk melindungi umat dan tujuan untuk melindungi diri sendiri. Tambahan hasil penelitian adalah langkah- langkah dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah melaksanakan dakwah terlebih dahulu, kemudian menegakkan hisbah, dan terakhir jihad. Situasi dalam melaksanakan amar ma’ruf adalah ketika manusia pada umumnya, lingkungan terdekat, dan lingkungan masyarakat tidak berbuat baik. Situasi saat melakukan nahi munkar adalah ketika manusia pada umumnya, lingkungan terdekat, lingkungan masyarakat terinstitusi dan non institusi berbuat hal yang buruk, dan adanya penista agama. Alasan utama pengurus FPI Medan melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah berasal dari faktor internal yaitu karena kewajiban dari Agama sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang mereka pahami dan faktor eksternal yaitu karena ingin menyadarkan umat Islam.
Kata kunci: Representasi Sosial, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Front Pembela Islam
Social Representation about Amar Ma’ruf Nahi Munkar of Front Pembela Islam (FPI)
Muthia Audina dan Ari Widiyanta
ABSTRACT
This research is a social representation that aims to assess the meaning and knowledge FPI Medan about the purpose of commanding the Amar Ma’ruf Nahi Munkar. The study involved forty-two of the managers FPI Medan. The criteria for the subjects in this study is the FPI officials who have joined the field for at least two years. Data were collected through word association and a structured questionnaire. The results of this study showed that social representations about the purpose of commanding the Amar Ma’ruf Nahi Munkar is the aim to protect the people and aim to protect yourself. Additional research results are the steps in doing Amar Ma’ruf Nahi Munkar is carrying out propaganda (da’wah) first, then straightened hisbah, and the final jihad. Situation in implementing commanding Amar Ma’ruf is when people in general, the immediate environment, and the community is not doing well. The current situation did Nahi Munkar is when people in general, nearby neighborhoods, communities institutional and non- institutional done bad things, and the blasphemer of religion. The main reason FPI Medan commanding the Amar Ma’ruf Nahi Munkar is coming from internal factors, because of religious obligations in accordance with the guidance of the Qur'an and Sunnah that they understand and external factors, namely because he wanted to awaken the Muslims.
Key words: Social Representation, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Front Pembela Islam
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa terucapkan diiringi sujud tunduk kehadirat Allah SWT, atas nikmat berkah dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Belief tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar (sebuah Pendekatan Representasi Sosial untuk Menjelaskan Agresivitas pada Front Pembela Islam-FPI), walaupun mungkin masih banyak kekurangan. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan para peneliti.
Selama penulisan skripsi ini, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai pengolahan data, penulis mendapatkan banyak dukungan kerja sama, bimbingan, arahan dan petunjuk dari berbagai pihak yang sangat membantu sehingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis ucapkan salam hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas berbagai pihak yang turut berkontribusi, membantu dan mendukung penulis:
1. Bapak Zulkarnain, Ph.D, psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Bapak Eka Danta Jaya Ginting, MA, psikolog selaku Wakil Dekan 1, bapak Ferry Novliadi, M.Si selaku Wakil Dekan 2, dan ibu Rika Eliana, M.Psi, psikolog selaku Wakil Dekan 3 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
2. Pak Ari Widiyanta, M.Si, psikolog selaku dosen pembimbing penulis, terimakasih atas bimbingan bapak selama ini, mohon maaf atas kenakalan
penulis yang sering menghilang tiba-tiba, terimakasih karena segenap rasa sabar, penuh cinta, serta kasih sayang dalam membimbing penulis.
3. Dosen pembimbing akademik, Ibu Elvi Andriani Yusuf M.Psi, psikolog, yang telah membimbing penulis dari awal hingga menyelesaikan perkuliahan.
4. Dosen-dosen di Departemen Sosial Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Ibu Meutia Nauly, M.Si, Kak Ridhoi Meilona Purba, M.Si, Ibu Rika Eliana M.Psi, psikolog, Bang Omar Khalifa Burhan, M.Sc, Bu Prof. Dr.
Irmawati, psikolog.
5. Kepada seluruh dosen dan staf lainnya di Fakultas Psikologi yang telah mengajari dan membantu saya selama saya kuliah di Fakultas Psikologi USU, khususnya Ibunda Filia Dina Anggaraeni yang banyak sekali mengajarkan tentang kehidupan, semoga Allah merahmati Ibu. Kak Dina Nazriani yang selalu perhatian dengan penulis, semoga Allah membalas semua kebaikan kakak.
6. Kedua orangtua, Bapak (Aku tetap merindu walaupun dunia kita telah berbeda, semoga Allah merahmatinya) dan Mamak (Aku selalu merinduimu dalam jarak dan waktu ini, semoga Allah merahmatinya), kak Wita, kak Nisa, Fadli, dan Abrar, dan keluarga besar yang telah banyak mendukung penulis selama jauh dari rumah mamak baik materil dan moril, Nenek, bu Mimi, pak Oong, pak Ijal, Farul, tulang Horas, tulang Ucok, nantulang Noni, nantulang Ayu, Pak Pian, Bu Jum, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu (Semoga Allah menyangi kalian sebagaimana kalian menyangiku)
7. Sahabat kecil dari lahir hingga mati yang akan selalu tersimpan di hati dan tak kan terganti Mei Lannifa Situmorang, S.Kep (Kakak, I love you as my best), sejawat perjuangan KITA SELAMANYA kurang lebih 4 tahun menemani, mengenyam, mencecap, merasai manis asamnya hidup di Psikologi USU, Eka, Indri, Mida, Nanda, Tasya, kalian tetap punya ruang tersendiri di hatiku. Mbak Uun, Dara, Tasya, Dika, Upa, jalan suci telah mempertemukan kita, sama-sama berjuang menahan banyaknya godaan, semoga manisnya jalan itu semanis rasa pertemuan kita di akhirat nanti (Tetaplah jadi penyemangat dunia dan akhirat ku). Kawan Lama yang tak lekang oleh waktu, Melan, Suci, Lina, Tiwi, Rina, Nisa, Zura (bersama kalian hidup terasa berbeda).
8. Keluarga besar FORMASI Al-Qalb USU yang penulis cintai karena Allah, sumber inspirasi dan motivasi untuk terus berprestasi dan memperbaiki, yang selalu mengingatkan di kala penulis salah dan khilaf, salam cinta buat Kak Eka, Kak Rini, Kak Sela, Kak Fitri, Kak Indah, Kak Vika, Kak Bibah, Kak Kiki, Kak Devi, Lindka, Nanda, Nana, Ainun, Dessy, Yani, Febri, Nurul, Muni, Ifa, Thanthy, Bang Ichsan, Bang Sakti, Bang Arief, Asep, Rizki Sulaiman, Rizki Ramadhan, Armando, Rojik, dan banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, khususnya pengurus FORMASI periode 2015 (teruslah semangat berdakwah dan tebarkan kebaikan).
9. Adik-adik BIDADARI SYURGA yang penulis cintai, Jena, Wawa, Tiwi, Kimod, Chaca, Dila, Wardah, Ais. Semoga Allah mencurahkan cinta-Nya
kepada kalian agar dapat tumbuh menjadi lebih baik lagi (semangat bidadari, kakak bidadari sayang kalian).
10. Pengurus Ukmi Ad-Dakwah USU, presidium SQUAD’16 on fire, Adek, Hafid, Chika, Mimi, Icun, Nina, Uyuy, Irwansyah, Nanda, Zul, Dita, Lily, Yusmar, Faris, Jojo, Kak Ami, Wahyu, Jannah, Miracle, Abdur, Ainun, dan Zikri, Semoga selalu on fire dalam melakukan proyek dakwah, tetap kompak, dan selalu kece.
11. Pengurus MPMF Psikologi USU selama tiga tahun terakhir ini, periode 2013, 2014, dan 2015, yang memberikan warna berbeda selama kuliah di Psikologi USU.
12. Abang-abang perjuangan skripsi, bang Rajif, bang Adofl (akhirnya muthia lulus juga bang). Bang Firman, Kak rika udah mau jawab banyak pertanyaan penulis.
13. Jazakumullah Khairan penulis ucapkan kepada Ust. Sulistyo, Pak Abu Fajar, Pak Hud Alattas Pak Amin, Pak Irwansyah, Pak Muchtar, Pak Kusnadi, dan para pengurus yang lainnya di FPI Medan, Sumatera Utara, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian penulis, yang telah menerima penulis dengan sangat ramah, cerita kalian sebenarnya sangat mencambuk penulis, menyadarkan penulis bahwa selama ini yang telah dilakukan demi dakwah tidak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan FPI, semoga Allah tetap memberi petunjuk-NYA dan senantiasa merahmati kalian pak mujahid, bu mujahidah.
14. Teman-teman yang juga mengambil skripsi di departemen Psikologi Sosial, yang menjadi sumber pembelajaran dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian ini (In shaa Allah lulus dan dapat nilai sesuai dengan apa yang kita targetkan :D).
15. PSIKOMPAK. Semoga tetap kompak sampe kakek nenek.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap masukan yang berharga dari semua pihak.
Medan, 18 Agustus 2016
Muthi Audina 121301029
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1
B. PERTANYAAN PENELITIAN ... 12
C. TUJUAN PENELITIAN ... 12
D. MANFAAT PENELITIAN ... 13
E. SISTEMATIKA PENULISAN ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16
A. REPRESENTASI SOSIAL ... 16
1. Defenisi Representasi Sosial ... 16
2. Proses Pembentukan Representasi Sosial ... 17
3. Elemen Representasi Sosial ... 18
B. KONSEP AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR ... 18
C. AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR PADA FRONT PEMBELA ISLAM
(FPI) ... 19
1. Pengertian Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 19
2. Dalil Syar'i Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 20
3. Manfaat Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 21
4. Akibat Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 22
D. ORGANISASI FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) ... 23
1. Organisasi ... 23
2. Prinsip-prinsip organisasi ... 24
3. Front Pembela Islam (FPI) ... 25
E. DINAMIKA PENELITIAN ... 27
F. PARADIGMA PENELITIAN ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. JENIS PENELITIAN... 31
B. RESPONDEN PENELITIAN ... 31
1. Karakteristik Responden Penelitian ... 32
2. Jumlah Responden Penelitian ... 32
C. LOKASI PENGAMBILAN DATA ... 32
D. METODE PENGAMBILAN DATA ... 33
2. Alat Bantu Pengumpulan Data ... 33
F. KREDIBILITAS PENELITIAN ... 34
F. PROSEDUR PENELITIAN ... 35
1. Tahap Persiapan Penelitian ... 35
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 36
3. Tahap Setelah Penelitian ... 37
BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN ... 38
A. DESKRIPSI DATA ... 38
1. Gambaran umum Subjek Penelitian ... 38
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38
3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 39
B. HASIL PENELITIAN ... 39
C. PEMBAHASAN ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. KESIMPULAN... 56
B. SARAN ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Gambaran Subjek Penelititan Berdasarkan Jenis Kelamin . 38
Tabel 4.2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 39
Tabel 4.3. Kategori Tahap Pertama ... 40
Tabel 4.4. Kategori Tahap Kedua ... 40
Tabel 4.5. Kategori Tahap Ketiga ... 41
Tabel 4.6. Makna Amar Ma’ruf Nahi Munkar berdasarkan Tema ... 41
Tabel 4.7. Kategori Berdasarkan Makna Kata ... 41
Tabel 4.8. Langkah-langkah dalam Melaksankan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ... 43
Tabel 4.9. Situasi yang Membuat Melakukan Amar Ma’ruf ... ... 43
Tabel 5.0. Situasi yang Membuat Melakukan Nahi Munkar ... 44
Tabel 5.1. Alasan yang Mendasari Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Data Mentah Subjek Penelitian Lampiran B Skala Penelitian
Lampiran C Analisis Data Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) menyatakan bahwa sedikitnya terdapat 15.000 oganisasi masyarakat (ormas) yang berdiri di Indonesia. Dari catatan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebanyak 2.227 ormas beroperasi di pusat dan sekitar 6000 ormas di daerah (Maradona, 2011). Sedangkan, daftar organisasi masyarakat Islam yang resmi di Indonesia ada sebanyak 27 organisasi, yaitu Al-Irsyad, Al Washliyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Dewan Masjid Indonesia (DMI), Forum Umat Islam (FUI), Forum Dakwah Islam Indonesia (FDII), Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami (Hasmi), Hidayatullah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi), dan salah satunya adalah organisasi Front Pembela Islam (FPI), untuk selanjutnya akan disingkat menjadi FPI (Daftar organisasi massa Islam di Indonesia, 2015).
Organisasi FPI untuk pertama kalinya dicetuskan di Petamburan, yaitu daerah Jakarta dan dideklarasikan secara terbuka di Pondok Pesantren Al-Umm, Ciputat, Tangerang pada tanggal 25 Robi’uts Tsani 1419 Hijriyyah bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1998 Masehi, yang dideklarasikan oleh Habib Muhammad Rizieq Shihab sebagai ketua FPI pada masa itu. Pusat organisasi ini berkedudukan di Jakarta (Organisasi FPI untuk Pertama Kalinya, 2012). Visi dan misi organisasi
bawah naungan Khilaafah Islamiyyah menurut Manhaj Nubuwwah, melalui pelaksanaan Da’wah, penegakan Hisbah dan pengamalan Jihad (Visi-misi, 2012).
Maksudnya adalah penerapan syariah (aturan) Islam secara menyeluruh di bawah naungan pemimpin Islam menurut pedoman yang dibawa oleh Nabi dan Rasul (berlandaskan hukum-hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah), yaitu mengajak manusia kepada peribadahan kepada Allah saja dan berpaling dari peribadahan kepada selain-Nya dengan cara berdakwah (menyampaikan), menegakkan kebaikan dalam kondisi kebaikan tersebut sudah jelas-jelas dilaksanakan, dan mencegah kemungkaran yang sudah jelas-jelas ditinggalkan, dan mengamalkan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kebaikan manusia secara keseluruhan (Al-Banna, 2007; Wawacara pada mantan Ketua FPI Sumatera Utara, 2016 ).
“FPI juga dibentuk dengan tujuan untuk mengajak umat dalam berbuat amar ma’ruf nahi mungkar dalam setiap aspek kehidupan manusia, yang artinya adalah mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari hal-hal yang buruk” (Wawacara pada mantan Ketua FPI Sumatera Utara, 2016).
Usaha untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, FPI memiliki lima Badan Khusus, yaitu, Badan Investigasi Front disingkat BIF, Badan Anti Teror disingkat BAT, Badan Pengkaderan Front disingkat BPF, Badan Ahli Front disingkat BAF, serta Badan Amil Zakat disingkat BAZ. Kemudian, organisasi FPI memiliki enam Lembaga Otonom, yaitu, Lembaga Da’wah Front disingkat LDF, Lembaga Informasi Front disingkat LIF, Lembaga Ekonomi Front disingkat LEF, Lembaga Bantuan Hukum Front disingkat BHF, Lembaga Pemantau Ma’siat Front disingkat PMF, Lembaga Kemanusiaan Front bernama Hilal Merah Indonesia
dsingkat HILMI. Lalu, organisasi FPI memiliki empat Anak Organisasi yang Otonom dan Independen serta memiliki AD/ART, struktur organisasi, garis komando, program kerja dan pertanggung-jawaban sendiri, yaitu, Laskar Pembela Islam disingkat LPI, Mujahidah Pembela Islam disingkat MPI, Front Mahasiswa Islam disingkat FMI, dan Serikat Pekerja Front disingkat SPF (Lembaga-lembaga FPI, 2012).
Hal-hal yang pernah dilakukan oleh FPI selama berdiri sampai sekarang adalah, diantaranya, 14 Oktober-18 Oktober 1998, Badan Pengacara Fakta DPP- FPI mengadakan investigasi kasus teror, pembantaian, dan pembunuhan para ulama, kyai, ustad, dan beberapa guru pengajian dengan dalih dukun santet di beberapa wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain di Demak, Pasuruan, Jember, Purbalingga, dan Banyuwangi yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum FPI Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab. 28 Oktober 1998, DPP-FPI mengeluarkan “Seruan Jihad FPI” terhadap pasukan yang telah meneror dan membunuh para kyai dan ulama. 13 September 1999, LPI menutup beberapa tempat perjudian di daerah Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat dan berhasil menangkap dua bandar judi dengan barang buktinya. 18 September 1999, LPI menutup tempat pelacuran/prostitusi di wilayah Ciputat. 01 Oktober 2000, DPP-FPI mengeluarkan Surat Seruan Moral Media. Seruan tersebut dikirimkan ke semua instansi terkait, termasuk seluruh media cetak maupun elektronik. DPP-FPI mengeluarkan Surat Pernyataan tentang pembebasan Al-Aqsha. 07 Januari 2002, DPP-FPI mengeluarkan fatwa haram bagi Pemerintah untuk memungut pajak dari rakyat kecil, menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Tarif Dasar Listrik
(TDL), dan Pulsa Telepon, serta menyusutkan dana pelayanan masyarakat lainnya selama korupsi tidak diberantas. 24 Mei 2003, Puluhan masyarakat dari Front Pembela Islam (FPI) di bawah pimpinan Tubagus Sidiq menggrebek sebuah gudang minuman di Jalan Petamburan VI, Tanah Abang, Jakarta Pusat. 26 Desember 2004, terjadi Bencana Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam, FPI segera mengirimkan sukarelawan. Dimana di Aceh ini FPI mendapat nama harum sebagai sukarelawan yang paling bertahan dan bersedia ditugaskan di daerah- daerah yang paling parah, termasuk menjaga kesucian Mesjid Raya Baiturrahman, Aceh. 28 Mei 2006, FPI tiba di Yogyakarta dan membantu para korban gempa Jogja. 11 Februari 2012, mendatangi Kalimantan Tengah atas undangan Warga Dayak yang meminta bantuan FPI atas berbagai ketidakadilan di Kalteng, namun provokasi dari Teras Narang menggagalkan kehadiran FPI, dan masih banyak lagi aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh FPI (Daftar Aksi Front Pembela Islam, 2014).
Khusus di Sumatera Utara sepak terjang FPI, seperti dalam hal: Desember 2004, 1000 relawan FPI Sumatera Utara dikirim ke bencana Tsunami Aceh.
Tahun 2008 relawan dikirim ke bencana gempa bumi di Padang. Pada Januari 2014, FPI Sumut mengirim relawan dan mendirikan posko korban bencana sinabung. Aksi yang dilaksanakan pada Jumat, 22 Juli 2016 di Lubuk Pakam Kecematan Deli Serdang, menuntut salah satu peraturan daerah yang berisi bahwa makanan yang boleh diperjual belikan di daerah jalan lintas umum Deli Serdang adalah makanan yang halal (Wawancara pada sekretaris DPW FPI Medan dan Imam Daerah FPI Sumatera Utara).
Aktivitas atau kegiatan FPI di atas menuai pro dan kontra pada masyarakat, aparat penegak hukum, dan mahasiswa (Damayanti dkk, 2003). Penilaian pro pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) terhadap aksi-aksi yang dilakukan oleh FPI ketika FPI membantu korban bencana alam tsunami di Aceh, gempa bumi di Padang, gunung meletus di Mentawai.
Dijelaskan pada petikan wawancara berikut:
“Banyak juga kok, aksi FPI yang positif, misalnya yang mereka bantu- bantu bencana alam, tapi aku heran kadang-kadang, kalo yang kayak gitu mana pernah diliput sama berita. Terus kalo menurut aku ya cara mereka tu emang udah sesuai dengan hadist, yg bunyinya kalo ga salah jika ada melihat kemungkaran cegahlah menggunakan tanganmu, lisannya baru kalo ga bisa lagi pake doa, ya mungkin cara FPI pake tangan mereka untuk mencegah keburukan”
(Komunikasi Personal, 2016)
Meskipun FPI tetap mendapat dukungan dari masyarakat, namun ternyata komentar-komentar buruk terhadap FPI tetap ada. Kegiatan pemberontakan, pengusiran, sweeping selalu mendapat penilaian kontra di mata masyarakat yakni dalam hal ini mahasiswa, sejalan dengan hasil wawancara pada mahasiswa Muslim Universitas Sumatera Utara,
“Sebenarnya sih kan tujuan mereka itu bagus, tapi salah caranya pake cara kayak gitu, pake kekerasan, seharusnya kan ga boleh gitu, itu bukan cara Islam.”
(Komunikasi Personal, 2016) Kemudian, ada juga yang berkomentar bahwa FPI terkesan anarkis, petikan wawancaranya tergambar di bawah ini,
“Sebelumnya mau menjelaskan terlebih dahulu FPI adalah organisasi kemasyarakatan yang memiliki visi serta misi mengenai ajaran-ajaran Islam, hanya saja eksekusi visi dan misinya terkesan anarkis”
(Komunikasi Personal, 2016)
Komentar netizen pada saat aksi FPI Sumut di Deli Serdang:
“Terkadang jengkel sendiri lihat mereka2 ini, katanya Bhineka Tunggal Ika, tapi begini. Dimana coba letak salahnya? Rumah makan loh, masa’ di demon,,..Indonesia Oh Indonesia,.Masyarakatnya kebanyakan kritis hal2 yg tdk penting”
(Dinamika Kepri, 2016) Selanjutnya, apabila ditanya apa respon pertama jika mendengar kata FPI, respon yang pertama kali muncul adalah anarkis, kekerasan, tidak menunjukkan kalau mereka adalah organisasi Islam, radikal, bukan Islam, dan terlalu fanatik (Wawancara pada beberapa Mahasiswa Muslim Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2016).
Arianti (2014) mengatakan bahwa FPI sering kali melakukan tindakan anarkisme dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dengan alasan penegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Ada yang mendukung, namun kurang setuju dengan cara FPI dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar, tergambar dari hasil wawancara di bawah ini:
“Maksudnya bagus sih, tapi cuma kadang-kadang terlalu anarkis, maunya pake cara persuasif kek.”
(Komunikasi Personal, 2016)
“Nama seharusnya bukan Front Pembela Islam, tapi lebih cocok dgn Front Penjelek Islam.Oknum-oknum yg membuat nama Islam jelek di mata orang non-Islam ini seharusnya di basmi. Bubarin aja tuh FPI.”
(Komunikasi Personal, 2016)
“Sekalian aja ancurin nih negara..Terus suruh semua wanita penduduk Indonesia pada pake jilbab trus yg cowok pada pake sorban..bikin ilfil aja ngeliat nya..Sok mengatasnamakan moral, akhlak... eh sendirinya ga da moral..Emang di negara ini cuma ada satu agama Islam doang yaaa, rasis.. apatis... anarkis... narsis... pokoknya yg berakhiran is-is dah buat FPI.”
(Komunikasi Personal, 2016)
Suliyanto (2011) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa lebih dari 80%
mahasiswa FISIP Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY) bersikap kontra atau menolak organisasi FPI. Khotimah (2015) mendapatkan hasil penelitian bahwa warga kota Banjarmasin banyak yang kurang setuju bahkan menolak karena FPI dianggap kurang baik dengan lebih menekankan amar ma’ruf nahi mungkar.
Selama ini, FPI selalu diidentikkan dengan organisasi yang tingkat agresivitasnya tinggi, sesuai dengan hasil penelitian dan wawancara di atas.
Sederhananya disebabkan oleh tindakan nahi munkar yang dilakukan secara tegas, misalnya menutup tempat maksiat, menggerebek gedung minuman keras, sweeping tempat-tempat prostitusi serta orang-orang yang melakukan maksiat tersebut. Agresi menurut Bandura (dalam Kenrick, 2010) adalah perilaku yang menyebabkan cedera atau kerusakan suatu benda. Sedangkan menurut Baron &
Byrne (1994) bahwa perilaku agresif adalah suatu perilaku seseorang yang bertujuan untuk melukai atau mencelakakan orang lain yang sama sekali tidak menginginkan tingkah laku tersebut. Namun, penulis di sini tidak sedang membicarakan penilaian agresivitas tersebut, baik positif maupun negatif. Intinya hal-hal nahi munkar yang dilakukan FPI bisa termasuk ke dalam sebuah tindakan
Kenyataan yang berlawanan, bagi FPI amar ma’ruf nahi munkar adalah solusi terbaik untuk kehidupan negara demi keamanan dan kesejahteraan masyarakatnya. Menurut para aktivis FPI, pemerintah tidak mampu mengendalikan tindak kemaksiatan yang terjadi di masyarakat. Hal itu terbukti dengan menjamurnyanya praktik perjudian, narkoba, minuman keras, dan beroperasinya tempat-tempat maksiat secara terbuka. Disebabkan pemerintah tidak bersikap tegas terhadap masalah kemaksiatan maka umat Islam, berkewajiban membantu pemerintah untuk memerangi kemaksiatan tersebut.
Selain itu, FPI juga melakukan berbagai aktivitas keagamaan, seperti tabligh akbar, audiensi, sliaturahmi dengan tokoh masyarakat dan aparat pemerintah, dan bahkan melakukan aksi demonstrasi. Hal itu dilakukan untuk menyampaikan bahwa perlunya reformasi moral. Situasi sosial-politik yang melatarbelakangi terbentuknya FPI dirumuskan oleh para aktivis gerakan ini sebagai berikut:
pertama, adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajelela di seluruh sektor kehidupan karena lemahnya kontrol sosial. Kedua, adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat Islam serta umat Islam. Ketiga, adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk dapat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (Wawancara pada sekretaris DPW Medan FPI, 2016).
Amar ma’ruf adalah perintah untuk melakukan segala perkara yang baik menurut hukum syariat (aturan Islam) dan hukum akal. Sedangkan nahi munkar adalah mencegah setiap kejahatan/kemungkaran, yakni setiap perkara yang dianggap buruk oleh syariat (aturan Islam) dan hukum akal. Dalam mencapai
tujuan amar mar’ruf, FPI mengutamakan metode bijaksana dan lemah lembut melalui langkah-langkah: mengajak dengan hikmah (kebijaksanaan, lemah lembut), memberi mau’idzah hasanah (nasihat yang baik), dan berdiskusi dengan cara yang terbaik. Sedangkan dalam melaksanakan nahi munkar, FPI mengutamakan sikap yang tegas melalui langkah-langkah menggunakan kekuatan/kekuasaan bila mampu dan menggunakan lisan dan tulisan, bila kedua langkah tersebut tidak mampu dilakukan, maka nahi munkar dilakukan dengan menggunakan hati, yang tertuang dalam ketegasan sikap untuk tidak menyetujui segala bentuk kemungkaran (Wawancara pada mantan Ketua FPI Sumatera Utara, 2016).
Menurut Fazar (Imam Daerah FPI Sumatera Utara), apabila ada kesatuan dan kebersamaan langkah antara ulama, dan seluruh umat Islam dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar, pasti bangsa ini akan terlepas dari berbagai ancaman krisis. Dasar hukum perjuangan FPI dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar adalah patuh pada syariat (hukum/peraturan) Islam. Sedangkan, kepada hukum negara, FPI akan patuh apabila tidak berbenturan dengan ajaran agama Islam. Bila menghadapi peraturan dan undang-undang negara yang bertolak belakang dengan syariat Islam, maka FPI dalam perjuangannya akan berusaha untuk menyiasatinya hingga terhindar dari jebakan hukum yang sesat lagi menyesatkan menuju ke arah yang lebih Islami. Dengan konsep amar ma’ruf nahi munkar, FPI akan melakukan kerja sama secara langsung dengan pihak pemerintah, yaitu dengan melakukan sosialisasi program-program pemerintah, misalnya kampanye anti miras dan narkoba. Amar ma’ruf nahi munkar bagi FPI
adalah sesuatu hal baik yang harus diperjuangkan untuk kesejahteraan negara Indonesia. Di dalam ilmu psikologi konsep amar ma’ruf nahi munkar termasuk sebuah belief, belief yang sudah mendarah daging bagi FPI.
Menurut Fishbein dan Ajzen, belief mengacu pada kemungkinan subjektif yang dimiliki seseorang tentang hubungan antara objek belief dengan objek nilai, konsep, dan atribut lain (dalam Hogg, 2011). Belief keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa (Latipun, 2008). Amar ma’ruf nahi munkar adalah nilai yang memiliki makna tersendiri bagi anggota FPI dan mereka meyakini akan kebenarannya.
Badriyah (2013) menyatakan bahwa FPI adalah gerakan islam radikal fundamentalis seperti yang diasumsikan oleh kebanyakan masyarakat, tetapi lebih kepada gerakan yang mencoba mencari legitimasi agama demi mewujudkan kepentingannya. Sejalan dengan penjelasan di atas bahwa masyarakat mengasumsikan FPI termasuk gerakan islam radikal-fundamentalis yang mesti dijauhi, dibubarin, dan sebagainya. Asumsi masyarakat tersebut tidak sengaja terbangun karena adanya penegakkan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan FPI. Kebanyakan masyarakat mengenal FPI dari media elektronik, seperti media sosial, televisi, dan sebagainya. Sejalan dengan hasil wawancara di bawah ini:
“Aku kenal FPI dari tv, media sosial, yang jelek-jeleknya aja sih memang”
“Iyaa, aku liat dari tv sih. Tapi mungkin yakan memang gak ada yang bagus dari FPI itu, makanya yang jelek semua yang diberitakan, hahaha
(Komunikasi Personal, 2016)
Namun, hasil penelitian Artha (2012) bahwa adanya komodifikasi dalam pemberitaan mengenai FPI di media online. Komodifikasi adalah upaya mengubah apapun menjadi komoditas atau barang dagangan sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan. Maka dari itu, bisa saja semua yang diberitakan tidak semua benar atau ada hal kecil yang dibesar-besarin agar mendapatkan keuntungan.
Melihat fakta di atas, kemungkinan besar masyarakat, mahasiswa, maupun pemerintah tidak mengenal FPI secara mendalam dan keseluruhan, belum paham akan apa yang diperjuangkan, serta belum mengerti konsep amar ma’ruf nahi munkar menurut FPI. Hal ini sejalan dengan wawancara:
“Yang ku tahu amar ma’ruf nahi munkar itu ya mengajak kebaikan mencegah keburukan, udah itu aja. Enggak pala pala ngerti kali aku kek mana caranya”
(Komunikasi Personal, 2016)
“Kayaknya sih baik tujuannya, mungkin biar aman negara ini, ato keknya pun kita harus tau kayak mana arti amar ma’ruf yang sesungguhnya itu, biar gak ada salah paham yakan”
(Komunikasi Personal, 2016) Oleh sebab itu, peneliti ingin mengulas lebih dalam bagaimana pemaknaan amar ma’ruf nahi munkar bagi pengurus FPI, khususnya di Medan, Sumatera Utara agar tidak terjadi asumsi-asumsi yang merugikan pada salah satu pihak, baik itu masyarakat, mahasiswa maupun organisasi FPI sendiri.
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan batasan yang telah dipaparkan di atas, pertanyaan dari masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana representasi sosial tujuan amar ma’ruf nahi munkar pada pengurus FPI Medan?
2. Bagaimana langkah-langkah dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar menurut pengurus FPI Medan?
3. Situasi seperti apa pengurus FPI Medan dalam melaksanakan amar ma’ruf?
4. Situasi seperti apa pengurus FPI Medan dalam melaksanakan nahi munkar?
5. Apa alasan utama pengurus FPI Medan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Representasi sosial tujuan amar ma’ruf nahi munkar pada pengurus FPI Medan.
2. Langkah-langkah dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar menurut pengurus FPI Medan.
3. Situasi seperti apa pengurus FPI Medan dalam melaksanakan amar ma’ruf.
4. Situasi seperti apa pengurus FPI Medan dalam melaksanakan nahi munkar.
5. Alasan utama pengurus FPI Medan dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu di bidang Psikologi Sosial. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu dan dapat menjadi landasan untuk pelaksanaan penelitian-penelitian lanjutan mahasiswa atau pihak-pihak yang membutuhkan, terkait representasi sosial tentang amar ma’ruf nahi munkar pada pengurus FPI Medan.
2. Manfaat Praktis
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai representasi sosial amar ma’ruf nahi munkar pada pengurus FPI Medan, maksudnya bagaimana pemaknaan amar ma’ruf nahi munkar pada pengurus FPI Medan sehingga dapat dijadikan sumber referensi bagi masyarakat, mahasiswa, pemerintah untuk tidak berprasangka terhadap FPI, serta mengambil sikap yang sebaiknya berdasarkan data bukan asumsi.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan dibahas sejumlah konsep yang berhubungan dengan masalah penelitian. Tinjauan pustaka yang digunakan berkaitan dengan Representasi sosial, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Amar Ma’ruf Nahi Munkar pada FPI, Organisasi FPI, dan paradigma penelitian.
BAB III: Bab ini berisi penjelasan mengenai pendekatan representasi sosial, responden penelitian, lokasi pengambilan data, metode pengumpulan data, alat bantu pengumpulan data, kredibilitas penelitian dan prosedur penelitian serta metode analisis data.
BAB IV: Bab ini akan membahas tentang gambaran umum dan karakteristik dari subjek penelitian, pengurus FPI Medan, serta bagaimana analisa data dilakukan. Kemudian pada bab ini juga akan dibahas mengenai interpretasi data hasil penelitian beserta pembahasan.
BAB V: Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang disusun berdasarkan analisa dan interpretasi data serta dilengkapi dengan saran-
saran bagi pengurus FPI Medan dan bagi peneliti lain berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. REPRESENTASI SOSIAL 1. Defenisi Representasi Sosial
Moscovici (1973) dalam buku Rethinking Psychology (Smith, 2011) mendefenisikan representasi sosial sebagai sebuah sistem dari kumpulan nilai, gagasan, dan praktek yang memiliki fungsi membangun urutan pada individu untuk menyesuaikan atau mengorientasikan dirinya pada dunia materi dan sosial mereka serta untuk menguasai lingkungannya. Dalam pengertian ini, representasi sosial menjadi proses pemahaman suatu objek sosial yang terdapat dalam masyarakat. Mascovici (2001) juga menambahkan bahwa representasi sosial merupakan proses sosial yang tidak universal tetapi bersifat khusus dalam suatu masyarakat tertentu.
Abric (dalam Deaux dan Philogene, 2001), representasi sosial merupakan suatu pandangan fungsional yang memungkinkan individu atau kelompok memberikan makna dan arti terhadap tindakan yang dilakukannya untuk mengerti suatu realita kehidupan sesuai dengan referensi yang mereka miliki dan untuk beradaptasi terhadap realitas tersebut. Representasi sosial ini sebagai cara berpikir rasional yang praktis melalui hubungan sosial dengan menggunakan gaya dan logikanya sendiri, yang kemudian didistribusikan kepada anggota suatu kelompok yang sama melalui komunikasi sehari-hari. Flick (1998) menambahkan tentang sistem representasi sosial bahwa representasi sosial sering terbentuk melalui pendapat-pendapat masyarakat awam dan profesional. Dengan kata lain
representasi sosial memberikan suatu dampak bagi individu untuk mempersepsikan sebuah objek sosial dan memberikan arah untuk berperilaku.
Dapat disimpulkan bahwa representasi sosial adalah pandangan masyarakat dalam memandang sesuatu hal atau objek yang kemudian didistribusikan kepada orang lain disekitarnya melalui komunikasi sehari-hari baik secara disadari maupun tidak, secara terus-menerus dan akhirnya representasi sosial tersebut akan cenderung mempengaruhi perilaku mereka.
2. Proses Pembentukan Representasi Sosial
Representasi sosial dapat mengubah sesuatu hal yang tidak lazim dan atau tidak dikenal menjadi suatu hal yang dapat dikenali, melalui dua proses pembentukan. Proses pembentukan representasi sosial tersebut terjadi dalam dua tahapan. (Deuax dan Philogene, 2001), yakni:
1. Anchoring adalah proses yang mengacu pada proses pengenalan atau pengaitan suatu objek tertentu dalam pikiran individu. Pada proses ini, informasi yang baru didapat diintegrasikan ke dalam sistem pemikiran dan sistem makna yang telah dimiliki oleh individu sebelumnya.
2. Objectification merupakan proses penerjemahan ide-ide yang abstrak dari suatu objek ke dalam gambaran tertentu yang lebih konkrit atau mengaitkan abstraksi tersebut dengan objek konkrit. Proses ini dipengaruhi oleh kerangka sosial individu, misalnya norma, nilai, dan kode-kode yang merupakan bagian dari proses kognitif atau afek dari komunikasi serta pemilihan dan penataan representasi mental atas objek tersebut.
3. Elemen Representasi Sosial
Representasi sosial terdiri atas elemen informasi, keyakinan, pendapat, dan sikap tentang suatu objek (Abric, dalam Deaux dan Philogene, 2001). Elemen pengetahuan ialah segala informasi yang diketahui oleh anggota suatu komunitas mengenai suatu objek tertentu, pendapat ialah hasil pemikiran mereka, keyakinan ialah segala sesuatu hal yang dipercayai dan diyakini, dan sikap ialah kecenderungan respon suka atau tidak suka, penilaian, pengaruh atau penolakan, serta kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek tersebut. Bagian-bagian tersebut akan terorganisir, terstruktur dan kemudian menjadi sistem kognisi sosial seseorang.
B. KONSEP AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR
Secara etimologi, pada hakikatnya amar ma’ruf nahi munkar terdapat empat penggalan kata yang apabila dipisahkan satu sama lain mengandung pengertian sebagai berikut: amar, ma’ruf, nahi, munkar. Manakala keempat kata tersebut digabungkan akan berarti menyuruh yang baik dan melarang yang buruk (Amin, 2010). Amar ma’ruf nahi munkar merupakan tuntunan yang diturunkan Allah dalam kitab-kitabnya disampaikan oleh Rasul-rasulnya, dan merupakan bagian dari syariat Islam. Risalah Allah, ada yang berupa berita (akhbar) dan ada juga berupa tuntunan (insya). Akhbar di sini menyangkut zatnya, makhluknya, seperti tauhidullah dan kisah-kisah yang mengandung janji baik dan buruk (wa’ad dan wa’iid). Adapun isinya adalah perintah (amar). Larangan (nahi), dan pembolehan (ibadah) (Amin, 2010). Istilah ma’rufat (jamak dari ma’ruf) itu menunjukkan semua kebaikan. Kebaikan dan sifat-sifat yang baik yang sepanjang masa diterima
oleh hati dan nurani manusia sebagai sesuatu yang baik. Sebaliknya, istilah munkarat (jamak dari munkar) menunjukkan semua dosa dan kejahatan-kejahatan yang sepanjang masa telah dikutuk oleh watak manusia sebagai satu hal yang jahat. Sederhananya, ma’ruf itu adalah kesesuaian dengan umumnya watak manusia dan kebutuhannya, sedangkan munkarat ialah kebalikan dari itu (Depag RI, 1984). Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah mengajak manusia untuk berbuat baik, melakukan semua perintah Tuhan kemudian melarang untuk berbuat buruk atau meninggalkan semua larangan-larangan Tuhan.
Al-Qasim (2009) bahwa Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah kewajiban umat Muslim, yang memiliki banyak keutamaan, seperti: merupakan profesi dan tugas agung para rasul, temasuk ciri-ciri orang yang beriman dan shalih, untuk kebaikan umat, meneguhkan kedudukan umat, sebab-sebab turunnya pertolongan dari Tuhan, dan ganjarannya sangat istimewa. Sedangkan apabila ditinggalkan, maka akan terjadi kebinasaan, siksaan (azab), tidak diterimanya doa, menafikan kebaikan umat, munculnya kebodohan, lenyapnya ilmu, dan terpuruknya umat di dalam kesewenang-wenangan.
C. AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR PADA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
1. Pengertian Amar Ma'ruf & Nahi Munkar
Al-Amru artinya menuntut pengadaan sesuatu, sehingga pengertiannya mencakup: perintah, suruhan, seruan, ajakan, himbauan serta lainnya yang menuntut dikerjakannya sesuatu. Sedang Al-Ma’rûf artinya sesuatu yang dikenal
baik (kebajikan), yaitu segala perbuatan baik menurut Syari’at Islam dan mendekatkan pelakunya kepada Allah SWT. Jadi Al-Amru bil Ma’ruf artinya adalah menuntut mengadakan segala kebajikan (Rizieq, 2008).
An-Nahyu artinya mencegah pengadaan sesuatu, sehingga pengertiannya mencakup: melarang, menjauhkan, menghindarkan, menentang, mengancam, melawan, peringatan, teguran, menyudahi serta lainnya yang mencegah dikerjakannya sesuatu. Sedang Al-Munkar artinya sesuatu yang diingkari (kemunkaran), yaitu segala perbuatan munkar menurut Syari’at Islam dan menjauhkan pelakunya dari pada Allah SWT. Jadi An-Nahyu ‘anil Munkar artinya adalah mencegah mengadakan segala kemunkaran.
Dengan demikian secara sederhanana maksud istilah Amar ma’ruf nahi munkar yang telah mengindonesia tersebut adalah menyerukan kebajikan dan mencegah kemunkaran.
2. Dalil Syar’i Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf nahi munkar memiliki dalil Syar’i yang sangat kuat, baik dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah (Rizieq, 2008). Bahkan setiap nash (redaksi) Al- Qur’an dan As-Sunnah yang menyangkut suruhan berbuat baik termasuk dalam konteks amar ma’ruf, maupun nash yang terkait dengan larangan berbuat buruk termasuk dalam konteks nahi munkar. Sehingga semua nash tersebut pada saat yang sama secara implisit (tersirat) merupakan dalil syar’i untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Ada pun nash Al-Qur’an dan As-Sunnah yang secara eksplisit (tersurat) menjadi dalil syar’i bagi amar ma’ruf nahi munkar, antara lain:
a) Surah Ali-Imran ayat 104 yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
b) Hadist Nabi SAW, artinya: “Sungguh, Demi Allah, Hendaknya engkau benar-benar menyerukan yang ma’ruf, dan benar-benar mencegah yang munkar, dan sungguh-sungguh menentang tangan-tangan orang Zholim, dengan benar-benar mengembalikannya ke jalan yang Haq, dan benar- benar menjaganya di jalan yang Haq”.
3. Manfaat Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Penegakan amar ma’ruf nahi munkar di suatu masyarakat akan menghantarkan kepada penciptaan kondisi yang mendorong manusia untuk berlomba dalam berbuat baik, dan saling menjaga serta melindungi dari segala bentuk maksiat. Penegakan amar ma’ruf nahi munkar adalah benteng yang kokoh untuk menjaga, melindungi, memelihara, bahkan meningkatkan iman dan taqwa ummat. Pada saat iman dan taqwa itu baik, maka segala pintu keberkahan terbuka baginya. Keberkahan yang dimaksud adalah kebahagian hidup yang mencakup berbagai sektor kehidupan manusia. Keberkahan di bidang ibadah, mu’amalah (berhubungan dengan orang lain), politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, ilmu pengetahuan, industri, hasil bumi, kekayaan alam dan sektor lainnya (Rizieq, 2008).
4. Akibat Meninggalkan Amar ma’ruf Nahi Munkar
Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan mendapat dosa.
Tidak ada satu umatpun yang mengabaikan perintah amar ma'ruf dan nahi munkar kecuali Allah menimpakan berbagai hukuman kepada umat itu (Rizieq, 2008).
a) Mendapat Azab yang menyeluruh
Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat, sedangkan orang-orang yang shalih tidak berusaha mencegah dan membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun orang-orang yang shalih.
b) Tidak dikabulkannya do'a orang-orang yang shalih
Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma'ruf dan nahi munkar serta tidak mencegah orang yang berbuat zhalim dari kezhalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada mereka dengan tidak mengabulkan do'a mereka.
c) Mendapatkan laknat Allah SWT
Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma'ruf dan nahi munkar adalah berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah SWT sebagaimana yang telah menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma'ruf dan nahi munkar.
D. ORGANISASI FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) 1. Pengertian Organisasi
Organisasi sebagai kesatuan sosial terdiri dari individu atau kelompok yang berinteraksi satu sama lain. Thompson dalam Thoha (1992), merumuskan organisasi dengan penekanan pada kerjasama yang terkoordinasi dengan tingkat rasionalitas yang tinngi, dengan mengutamakan pentingnya pembagian tugas sesuai keahlian masing-masing anggota organisasi. Sedangkan menurut Robbins (1996), organisasi merupakan kesatuan sosial, yaitu terdiri dari orang atau kelompok orang yang berinteraksi satu sama lain.
Pola interaksi yang diikuti oleh anggota organisasi tidak begitu saja muncul, melainkan telah dipikirkan strateginya terlebih dahulu. Dalam hal ini seorang individu melakukan proses interaksi dengan sesamanya di dalam organisasi, baik antara pimpinan dan anggota maupun antar anggota sendiri. Organisasi mempunyai batasan-batasan tertentu. Setiap anggota organisasi yang melakukan hubungan interaksi dengan yang lainnya tidak didasarkan atas keinginan sendiri, akan tetapi dibatasi oleh peraturan tertentu. Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan. Dengan adanya aturan setiap organisasi maka dapat lebih mudah dibedakan suatu organisasi dengan kumpulan masyarakat. Organisasi ialah suatu kerangka hubungan yang berstruktur, di dalamnya berisi wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan suatu fungsi atau program kerja tertentu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang terlibat dalam organisasi harus patuh pada suatu aturan agar dapat bekerja sama dan berinteraksi guna mencapai tujuan bersama.
2. Prinsip-prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi dapat dibedakan seperti penjelasan di bawah ini (dalam Wursanto, 2005)
a) Warren dan Joseph, mengemukakan ada empat macam prinsip organisasi yaitu: prinsip kesatuan perintah (unity of command), prinsip rentang kendali atau rentang pengawasan (span of control), prinsip pengecualian (the exeption princeple) dan prinsip hirarki (the scala principle).
b) Henry Fayol, mengatakan 14 prinsip organisasi yaitu: pembagian kerja (devision of work), wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility), disiplin (discipline), kesatuan komando (unity of command), kesatuan langkah (unity of direction), subordinasi minat dibawah minat pada umumnya (subordination of individual interest to general interest), pemberian hadiah (remuneration), sentralisasi atau pemusatan (centralization), jenjang hirarki (line of autority/hierarchie), ketertiban (order), kesamarataaan (equity), stabilitas jabatan pegawai (stability of personel), inisiatif (iniciative) dan kesatuan jiwa korps (esprit de corps).
Dari pendapat di atas, kesimpulannya adalah bahwa untuk membangun dan menggerakkan organisasi kompleks diperlukan prinsip-prinsip organisasi sebagai pondasi agar nantinya organisasi dapat berjalan dengan baik, serta struktur organisasinya efektif dan efisien. Dengan demikian tercapai atau tidaknya tujuan organisasi tergantung pada kapasitas pimpinan organisasi dalam melaksanakan prinsip-prinsip organisasi.
3. Front Pembela Islam (FPI)
a) Latar Belakang Terbentuknya Front Pembela Islam (FPI)
Terbentuknya Front Pembela Islam (FPI) disebabkan, yang pertama, banyaknya perubahan sosial yang terjadi di Indonesia yang mengakibatkan semakin berjamurnya kemungkaran serta kemaksiatan dimana-dimana di seluruh penjuru belahan bumi Indonesia. Awalnya, FPI sangat berharap pemerintah dapat menangani masalah-masalah sosial yang terjadi, namun ternyata, pemerintah juga turut andil dalam permainan perubahan sosial ini. Karena dirasa, harapan itu sulit untuk dipenuhi, maka munculnya gerakan FPI. Kedua, karena adanya kewajiban umat Islam untuk menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar (Wawancara pada mantan Ketua FPI Sumatera Utara, 2016). Berdirinya FPI ini berkisar paska tumbangnya pemerintahan Orde Baru tahun 1998, yang pada zaman tersebut diwarnai dengan munculnya aktor “Gerakan Islam Baru” (new Islamic monement) (Zainuddin, 2009). FPI disahkan pada tanggal 17 Agustus 1998 di Pondok Pesantren Al-Umm, Ciputat, Tangerang oleh Habib Muhammad Rizieq Shihab (Organisasi FPI untuk Pertama Kalinya, 2012).
b) Definisi Front Pembela Islam (FPI)
FPI adalah kepanjangan dari Front Pembela Islam (Rizieq, 2008), dengan penjelasan:
(1) Front, menampilkan bahwa organisasi ini selalu berusaha untuk ada di garis terdepan dan memiliki sikap tegas dalam setiap langkah perjuangan.
(2) Pembela, mengisyaratkan bahwa organisasi ini berperan aktif dalam membela dan memperjuangkan hak Islam dan Umat Islam dimana saja berada.
(3) Islam, mencerminkan bahwa perjuangan organisasi tidak terlepas dari ikatan ajaran syari’at Islam yang lurus, benar, serta menjadi rahmat untuk semesta alam.
c) Visi dan Misi Front Pembela Islam (FPI)
Seperti organisasi-organisasi Islam lainnya, FPI juga menganut asas agama Islam. FPI dengan tegas menyatakan Islam sebagai asas dengan berorientasi kepada Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) (Zainuddin, 2009). Tujuan atau visi misi dari FPI dideklarasikan sebagai wadah kerjasama Ulama dan Umat dalam menjalankan Da’wah, Hisbah, dan Jihad dengan tujuan agar tegaknya Syari’at Islam secara kaffah dibawah naungan Khilafah Islamiyyah menurut manhaj nubuwah (Rizieq, 2008).
Salah satu kerja yang dilakukan oleh FPI adalah amar ma’ruf nahi munkar. Kerja amar ma’ruf nahi munkar dalam jangka panjang buat FPI adalah bagaimana membangun dan memberdayakan kaum muslimin yang kurang mendapatkan kesempatan untuk mempunyai akses terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik, artinya pemberdayaan kaum dhuafa dan kelas bawah.
d) Janji dan Larangan anggota Front Pembela Islam (FPI) Janji dan larangan pada anggota FPI (Rizieq, 2008), yaitu:
(1) Janji Anggota FPI
(a) Siap menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa serta berakhlaqul karimah.
(b) Siap melaksanakan Da’wah, menegakkan Hisbah dan menunaikan Jihad.
(c) Siap membela kaum mustadh’afin (lemah) dan mazhlumin (teraniaya).
(d) Siap meninggikan harkat dan martabat Islam serta umatnya.
(e) Siap mati syahid di jalan Allah.
(2) Larangan anggota FPI
(a) Dilarang melanggar hukum negara.
(b) Dilarang melakukan pelecehan, penganiayaan, penjarahan dan pembunuhan.
(c) Dilarang membawa/ menggunakan senjata tajam/ senjata api dan bahan bakar/ peledak.
(d) Dilarang melindungi, meminta/ menerima bantuan apapun dari perusahaan maksiat.
(e) Dilarang melakukan aksi apapun tanpa mengikuti prosedur standar.
E. DINAMIKA PENELITIAN
Front Pembela Islam (FPI) adalah salah satu organisasi masyarakat Islam yang resmi di Indonesia (Daftar organisasi massa Islam di Indonesia, 2015). Berdiri pada tanggal 17 Agustus 1998 oleh Habib Muhammad Rizieq Shihab (Organisasi FPI untuk Pertama Kalinya, 2012). Tujuan atau visi misi dari FPI dideklarasikan sebagai wadah kerjasama Ulama dan Umat dalam menjalankan Da’wah, Hisbah,
dan Jihad dengan tujuan agar tegaknya Syari’at Islam secara kaffah dibawah naungan Khilafah Islamiyyah menurut manhaj nubuwah (Rizieq, 2008). Salah satu kerja yang dilakukan oleh FPI adalah amar ma’ruf nahi munkar. (Visi-misi, 2012; Wawacara pada mantan Ketua FPI Sumatera Utara, 2016).
Banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh FPI menuai penilaian pro dan kontra di mata masyarakat, aparat penegak hukum, dan mahasiswa (Darmayanti dkk, 2003). Pro dan kontra ini ada kaitannya dengan penegakkan amar ma’ruf nahi mungkar yang dilaksanakan oleh FPI, sejalan dengan hasil penelitian Arianti (2014) mengatakan bahwa FPI sering kali melakukan tindakan anarkisme dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dengan alasan penegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Kemudian, Suliyanto (2011) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa lebih dari 80% mahasiswa FISIP Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY) bersikap kontra atau menolak organisasi FPI. Damayanti (2015), prasangka mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara cenderung tinggi pada FPI. Khotimah (2015) mendapatkan hasil penelitian bahwa warga kota Banjarmasin banyak yang kurang setuju bahkan menolak karena FPI dianggap kurang baik dengan lebih menekankan amar ma’ruf nahi mungkar.
Selama ini, FPI selalu diidentikkan dengan organisasi yang tingkat agresivitasnya tinggi, sesuai dengan hasil penelitian dan wawancara. Sederhananya disebabkan oleh tindakan nahi munkar yang dilakukan secara tegas, misalnya menutup tempat maksiat, menggerebek gedung minuman keras, sweeping tempat-tempat prostitusi serta orang-orang yang melakukan maksiat tersebut. Agresi menurut Bandura
(dalam Kenrick, 2010) adalah perilaku yang menyebabkan cedera atau kerusakan suatu benda.
Sementara, menurut para aktivis FPI, amar ma’ruf nahi munkar adalah hal yang baik, yakni menyerukan kebajikan dan mencegah kemunkaran (Rizieq, 2008). Di dalam konsep psikologi, tentang amar ma’ruf nahi munkar termasuk sebuah belief. Belief bagi organisasi FPI.
Belief (Fishben & Ajzen, dalam Hogg) mengacu pada kemungkinan subjektif yang dimiliki seseorang tentang hubungan antara objek belief dengan obyek nilai, konsep, dan atribut lain. Salah satu jenis dari belief adalah religious belief. Agama merupakan sebuah kategori yang sangat penting dari keyakinan. Penegakan amar ma’ruf nahi munkar di suatu masyarakat akan menghantarkan kepada penciptaan kondisi yang mendorong manusia untuk berlomba dalam berbuat baik, dan saling menjaga serta melindungi dari segala bentuk maksiat.
Masyarakat berasumsi bahwa penegakkan amar ma’ruf nahi munkar itu termasuk gerakan radikal-fundamentalis, artinya sesuatu yang ditakuti dan diwaspadai sesuai dengan penelitian Badriyah (2013) menyatakan bahwa FPI gerakan islam radikal fundamentalis seperti yang diasumsikan oleh kebanyakan masyarakat, tetapi lebih kepada gerakan yang mencoba mencari legitimasi agama demi mewujudkan kepentingannya. Namun, ada masyarakat lain yang belum terlalu paham akan apa yang digalakkan FPI, masyarakat lain hanya sering melihat berita yang dimuat di dalam media, dengan kata lain kebenaran yang sesungguhnya masih harus dipertanyakan, sejalan dengan hasil penelitian Artha (2012), mengatakan bahwa adannya komodifikasi dalam pemberitaan mengenai
FPI di media online. Komodifikasi adalah upaya mengubah apapun menjadi komoditas atau barang dagangan sebagai alat untuk mendapat keuntungan. Hal ini jika dikaitkan dengan fakta yang ada bahwa perlu mengetahui representasi sosial (pemaknaan) amar ma’ruf nahi munkar pada pengurus FPI, khususnya di Medan.
F. PARADIGMA PENELITIAN
Penilaian Pro Penilaian Kontra
Masyarakat, Mahasiswa, Pemerintah -Masyarakat
dan mahasiswa serta aparat pemerintah
belum mengetahui konsep amar
ma’ruf nahi munkar versi
FPI -Pemaknaan konsep amar ma’ruf nahi munkar yang
sebenarnya menurut FPI
REPRESENTASI SOSIAL AMAR MA’RUF
NAHI MUNKAR
AGRESIVITAS Front Pembela Islam (FPI)
KONSEP AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam suatu penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2003). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan Representasi Sosial Amar Ma’ruf Nahi Munkar pada Front Pembela Islam (FPI). Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini diperlukan adanya prosedur yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut maka metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan representasi sosial. Paradigma representasi sosial adalah kerangka berpikir, konsep-konsep, dan ide-ide psikologis dalam dunia sosial, dalam rangka mempelajari fenomena psikososial dalam masyarakat modern (Wagner, dkk, 1999). Penelitian ini mencoba menggali data dan menganalisis data secara kualitatif namun untuk mempermudah membaca data dan menemukan representasi sosial yang muncul maka data kualitatif tersebut kemudian dipaparkan secara kuantitatif.
B. RESPONDEN PENELITIAN
Responden penelitian atau subjek penelitian yang ingin diteliti terutama harus
memungkinkan untuk diakses, menarik bagi si peneliti dan tentu saja dapat digeneralisasikan. Selain itu, subjek penelitian yang baik adalah orang-orang dengan peran tertentu dan memiliki pengalaman. Subjek penelitian haruslah memiliki kaitan erat dengan kasus yang ingin diteliti (Bungin, 2007).
1. Karakteristik Responden Penelitian
Pemilihan responden penelitian didasarkan pada karakteristik tertentu. Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini adalah :
a. Pengurus FPI Medan
b. Minimal sudah bergabung selama dua tahun
2. Jumlah Responden Penelitian
Penelitian ini mengambil sebanyak 42 orang pengurus. Berdasarkan data yang ada, pengurus FPI yang ada di Medan berada di enam kecamatan, yaitu kecamatan Medan Belawan, Medan Deli, Medan Marelan, Medan Petisah, Medan Percut, dan Medan Tembung. Masing-masing Dewan Pimpinan Cabangnya berjumlah 7 orang pengurus.
C. LOKASI PENGAMBILAN DATA
Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah di Jalan Marelan Raya Gang Intan No. 94 Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecematan Medan Marelan Kota Medan sebagai sekretariat DPD FPI SUMUT, Jalan T. M. Pahlawan No. 56 Gudang Arang Kel. Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan sebagai sekretariat DPC FPI Belawan, Jalan Titipapan Gang Pemuda Kelurahan Sei
Sikambing D Kecamatan Medan Petisah Kota Medan sebagai sekretariat DPC FPI Petisah, dan Jalan Pasar 7 Medan Tembung sebagai sekretariat DPC FPI Medan Tembung, serta Jalan Rantang Medan Petisah sebagai tempat tinggal Ketua DPD FPI Medan, Sumatera Utara.
D. METODE PENGAMBILAN DATA
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner terbuka.
1. Kuesioner Terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuisoner yang disusun sedemikian rupa sehingga subjek bebas mengemukakan pendapatnya (Arikunto, 2002). Pertama-tama responden diminta untuk memberikan lima buah kata yang ada dipikiran mereka ketika mendengar kata amar ma’ruf nahi munkar. Selanjutnya dari lima buah kata tersebut subjek diminta untuk memilih tiga kata yang paling mewakili amar ma’ruf nahi munkar sekaligus memberikan makna dari tiap-tiap kata yang dipilih.
Kemudian ada pertanyaan-pertanyaan mengenai langkah-langkah dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, situasi seperti apa yang membuat seseorang melakukan amar ma’ruf nahi munkar, dan apa yang mendasari untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
2. Alat Bantu Pengumpulan Data
Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah format kuesioner.
Format Kuesioner bertujuan mencari data yang dilakukan dari tujuan penelitian
dan juga sebagai alat bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisa data nantinya (Poerwandari, 2009).
E. KREDIBILITAS PENELITIAN
Kredibilitas adalah istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep validitas (Poerwandari, 2009). Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait (dalam bahasa kuantitatif: variabel) dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif. Menurut Poerwandari (2009), kredibilitas penelitian kualitatif juga terletak pada keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah dan mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.
Penelitian ini memiliki langkah-langkah untuk menjaga kredibilitas dan objektivitas antara lain dengan:
1. Memilih subjek penelitian yang sesuai dengan karakteristik penelitian dalam hal ini adalah pengurus FPI Medan.
2. Membuat angket terbuka (kuesioner), yaitu asosiasi kata yang dapat menggali representasi sosial Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
3. Membuat pertanyaan terbuka berdasarkan elemen-elemen representasi sosial, yaitu: informasi, keyakinan, pendapat, dan sikap.
4. Memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam pengumpulan data di lapangan, hal ini dapat memungkinkan peneliti mendapat informasi lebih banyak tentang subjek penelitian.
5. Melibatkan tema sejawat, dosen pembimbing, dan dosen yang memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek dalam penelitian ini untuk berdiskusi dan memberikan masukan juga kritik mulai dari awal penelitian sampai dengan didapatkannya hasil dan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan karena mengingat keterbatasan kapabilitas peneliti dalam mengkaji kompleksitas fenomena yang diteliti.
F. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melakukan penelitian, yaitu:
a. Mengumpulkan data
Peneliti mengumpulkan berbagai informasi FPI Medan, Sumatera Utara, teori- teori yang berhubungan dengan Representasi Sosial Amar Ma’ruf Nahi Munkar pada FPI.
b. Menyusun format kuesioner
Pembuatan format kuesioner dimulai terlebih dahulu dengan menyusun tinjauan pustaka yang digunakan dan tujuan penelitian. Setelah format kuesioner rampung, peneliti melakukan professional judgement dengan dosen pembimbing serta mencoba pertanyaan ke beberapa orang mahasiswa psikologi untuk menilai efektifitas format kuesioner sekaligus mengecek kembali apakah tujuan yang ingin dicapai telah terpenuhi.
c. Membuat informed consent
Pernyataan ini akan dijadikan sebagai bukti bahwa responden telah menyepakati bahwa dirinya akan berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa adanya paksaan dari siapapun. Peneliti menjelaskan tentang penelitian ini beserta dengan tujuan dan manfaat penelitiannya.
d. Mempersiapkan alat-alat penelitian
Alat-alat yang dipersiapkan agar mendukung proses pengumpulan data seperti alat pencatat (kertas dan alat tulis) serta format kuesioner yang telah tersusun.
e. Persiapan untuk mengumpulkan data
Peneliti mengumpulkan informasi tentang calon responden penelitian dari pengurus FPI Medan, Sumatera Utara dan memastikan bahwa calon responden tersebut telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Setelah mendapatkannya, lalu peneliti menghubungi calon responden untuk menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan menanyakan kesediannya untuk berpartisipasi dalam penelitian.
f. Membangun rapport dan menentukan jadwal pengambilan data
Peneliti membuat janji bertemu dengan responden dan berusaha membangun rapport yang baik dengan responden. Setelah itu, peneliti dan responden menentukan dan menyepakati waktu untuk pengambilan data. Setelah bertemu dengan responden, peneliti memberikan informed consent yang akan ditandatangani untuk kesediaan responden dalam penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, peneliti memasuki beberapa tahap pelaksanaan penelitian, antara lain:
a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat pengambilan data.
b. Pemberian kuisioner.
3. Tahap Setelah Penelitian
Hal-hal yang dilakukan setelah penelitian berlangsung adalah : a. Melakukan analisa data
Proses yang ada dalam tahap ini adalah mengasosiasikan kata-kata yang ada.
b. Menarik kesimpulan
Pada tahap ini peneliti akan membuat kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini.
c. Membuat diskusi dan saran
Setelah membuat kesimpulan peneliti akan membaut diskusi berdasarkan kesimpulan tersebut. Kemudian membuat saran-saran sesuai dengan kesimpulan yang didapat serta saran untuk peneliti selanjutnya.