• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

3 METODE PENELITIAN

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah kuesioner, meja, kursi dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah dua jenis produk fish nugget, yaitu produk fish nugget dalam kemasan dari Teknologi Hasil Perairan dengan produk fish nugget komersil yang sudah ada di pasaran.

3.4 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir di dalam suatu pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Setelah kuesioner akhir terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner. Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur (Umar 2003).

Adapun metode statistika yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment pearson dan analisa regresi. Hipotesis statistik ini adalah:

H0: Tidak ada hubungan (korelasi) antara x dan y H1: Terdapat hubungan (korelasi) antara x dan y

Uji Validitas akan sahih jika nilai r-hitung lebih besar daripadi nilai r- tabel. Nilai r-tabel yang digunakan adalah 0,3061 (Junaidi 2000), karena menggunakan alpha sebesar 0,1. (dapat dilihat pada Lampiran 4).

Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Teknik yang dipakai untuk menguji validitas kuesioner adalah teknik korelasi product moment pearson berikut:

 

   2 2 2 2 xy Y Y n X X n Y X XY n = r ...(1) Keterangan:

rxy = Korelasi antar X dan Y n = Jumlah responden

X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total

Uji validitas dilakukan pada 30 responden. Penilaian didasarkan pada nilai skor atau poin, dimana poin tertinggi adalah 5 untuk menjawab A, dan terkecil adalah 1 jika menjawab E. Pertanyaan untuk uji validitas hanya pertanyan dengan kode P10 hingga P19. Pertanyaan dibagi menjadi menjadi tiga kategori. Pertanyaan P10 dan P11 untuk mengetahui alasan mengapa konsumen membeli produk fish nugget komersil tersebut. Pertanyaan P12 hingga P15 untuk mengetahui pengetahuan konsumen terhadap produk. Dan kategori terakhir P16 hingga P19 untuk mengetahui kepuasaan konsumen terhadap produk. Kemudiaan semua skor ditotal dan dimasukkan ke dalam rumus di atas dengan menggunakan program SPSS 16 . Perhitungan skoring yang dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.5 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Jika alat ukur dinyatakan sahih, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar 2003). Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat dicari dengan menggunakan teknik alpha cronbach berikut:

               

2 1 2 11 σ σ 1 1 k k = r ...(2) Keterangan: r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan

σ2

= Jumlah ragam butir 2

1

σ = Jumlah ragam total

Mencari nilai ragam menggunakan rumus berikut:

n n X X = σ

 2 2 2 ...(3)

Keterangan:

n = Jumlah responden X = Nilai skor yang dipilih

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden. Sama seperti uji validitas, uji reliabilitas juga dilakukan hanya kepada pertanyaan dengan kode P10 hingga P19 dimana nilai korelasi yang dihitung dinyatakan sahih apabila nilai r lebih dari 0,3061 dan semakin sahih jika semakin mendekati 1,00. Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan software SPSS 15 (Umar 2003).

3.6 Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini, data karakteristik konsumen fish nugget komersil yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan terakhir dan pendapatan, serta proses keputusan pembelian yang mencakup pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan pasca pembelian yang dilakukan konsumen fish nugget komersil akan dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dipilih karena dinilai mampu untuk menggambarkan karakteristik konsumen suatu produk dan bagaimana proses keputusan pembelian yang dilakukan konsumen fish nugget komersil. Pengolahan analisis karakteristik konsumen dan keputusan pembelian fish nugget pada penelitian ini menggunakan alat perangkat lunak (software) Microsoft Excel 2007. Hasil analisis tersebut akan menampilkan mayoritas karakteristik konsumen fish nugget komersil dan hal-hal utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam proses pembelian fish nugget. Dalam analisis deskriptif yang diuji adalah pertanyaan dengan kode P3 hingga P9 yang mana itu adalah screening untuk para responden. Dan juga pertanyaan dengan kode P10 hingga P19.

3.7 Analisis Spearman Rank Correlation

Uji korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diuji dengan pengaruh keputusan pembelian. Jawaban responden tentang variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian. Menurut Sugiyono (2005), korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk

menguji nyatanya asosiatif bila masing-masing peubah yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar peubah tidak harus sama.

Data masukan dalam analisis rank spearman diperoleh dengan menjumlahkan nilai yang diberikan oleh responden secara horizontal terhadap variabel yang terdapat dalam setiap kuadran Kartesius (Xi) dan total penilaian responden terhadap keputusan pembelian (Yi).

3.8 Analisis Mann-Whitney

Mann-Whitney merupakan analisis yang termasuk dalam uji non- parametrik. Analisis ini untuk membandingan pemusatan dua buah sampel yang diasumsikan mempunyai bentuk yang sama, maka digunakanlah uji dua sampel independen yaitu analisis Mann-Whitney. Dalam kelompok uji dua sampel independen, analisis Mann-Whitney adalah analisis terkuat yang digunakan sebagai alternatif uji parametrik T-test (Daniel 1990). Berikut ini adalah hipotesis dengan menggunakan analisis Mann-Whitney :

H0 : dua sampel independen berasal dari populasi yang sama (dengan nilai

rata-rata sama).

H1 : dua sampel independen berasal dari populasi yang berbeda (dengan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Instrumen Kuesioner

Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk menguji beberapa analisis yang diinginkan. Namun kuesioner sebelum digunakan harus melalui tahapan uji validitas dan reliabilitas agar data yang nanti dihasilkan tepat dan akurat. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas dan reliabilitas yang dilakukan.

4.1.1 Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk menentukan apakah kuesioner yang digunakan menghasilkan data yang valid atau tidak. Uji validitas akan sahih atau valid dengan menguji 30 sampel awal terlebih dahulu. Jika terdapat pertanyaan yang tidak valid, maka pertanyaan kuesioner harus diganti dan menggantinya dengan pertanyaan yang valid. Tujuannya adalah agar data yang digunakan dapat dipertanggung jawabkan.

Berikut ini adalah hasil dari uji validitas terhadap kuesioner penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Uji Validitas terhadap kuesioner Kode Pertanyaan Nilai r-hitung

P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P18 P19 0,91 0,87 0,67 0,75 0,37 0,33 0,78 0,88 0,80

Hasil dari nilai r-hitung kemudian dibandingkan dengan nilai r-tabel, yaitu 0,3061. Sebuah variabel dapat dikatakan valid apabilai nilai r-hitungnya lebih besar daripada nilai r-tabelnya (dapat dilihat pada lampiran 2).

4.1.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Sebuah alat ukur seperti kuesioner dapat dinyatakan sahih apabila hasil dari uji reliabilitas alat ukur tersebut dapat dipertanggung jawabkan dengan melihat nilai r-hitungnya. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r-tabelnya Berikut ini adalah hasil pengukuran uji reliabilitas terhadap kuesioner penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas terhadap kuesioner Kode Pertanyaan Nilai r-hitung

P10 0,448 P11 0,476 P12 0,615 P13 0,669 P14 0,476 P15 0,550 P16 0,540 P17 0,568 P18 0,468 P19 0,413

Setelah didapat nilai r-hitungnya, kemudian kita bandingkan dengan nilai r-tabelnya yaitu sebesar 0,3061. Sebuah variabel dapat dikatakan reliabel apabila nilai r-hitungnya lebih besar daripada nilai r-tabelnya (dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2 Karakteristik Konsumen

Penelitian ini menggunakan karakteristik konsumen yang dilihat dari jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pendapatan rata-rata perbulan dan pekerjaan.

4.2.1 Jenis kelamin

Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan jenis kelamin adalah mayoritas laki-laki sebanyak 61% dan sisanya berjenis kelamin perempuan adalah 39% . Hal ini menjelaskan bahwa laki-laki lebih banyak mengkonsumsi fish nugget komersil jika dibandingkan perempuan. Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada Gambar 1.

Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen laki-laki lebih banyak membeli produk fish nugget komersil tersebut dibandingkan yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini karena laki-laki kebanyakan lebih peduli akan kesehatan untuk menunjang pekerjaannya yang membutuhkan banyak energi. Tidak hanya para laki-laki, perempuan juga sebenarnya sadar akan pentingnya kesehatan (Irawan 2003). Namun, ketika melakukan penelitian ini, laki-laki yang menjawab kuesioner paling banyak dari 100 responden.

4.2.2 Status pernikahan

Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan status pernikahan, ternyata konsumen yang sudah menikah dengan konsumen yang belum menikah memiliki prosentase yang sama yaitu 50% . Karakteristik

konsumen fish nugget komersil berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Gambar 2.

Dari 100 responden yang menjawab kuesioner, terdapat perbandingan yang sama yaitu 50 responden menjawab sudah menikah dan 50 responden juga menjawab belum menikah. Hal ini tidak mempengaruhi terhadap keputusan pembelian, hanya untuk screening mengenai status pernikahan responden saja. Tujuannya hanya untuk mengumpulkan data dari semua responden apakah mereka sudah berkeluarga atau belum. Biasanya orang yang telah berkeluarga dan memiliki anak, maka mereka akan memberikan asupan makanan yang bergizi untuk anak mereka. Orang tua akan memberikan yang terbaik untuk anak mereka dalam perkembangannya, baik dalam pertumbahan badannya dan juga perkembangan kecerdasan otak (Simamora 2004).

4.2.3 Pendidikan terakhir

Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh dan yang paling banyak respondennya adalah konsumen yang berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi mulai dari Strata 1 hingga Strata 3 yaitu sebesar 47% . Kemudian disusul oleh konsumen dengan pendidikan terakhir diploma sebesar 26% . Setelah diploma kemudian konsumen dengan pendidikan terakhir SLTA dengan nilai 25% . Terakhir adalah konsumen dengan pendidikan SLTP sebesar 2% . Berikut ini adalah gambar karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Gambar 3.

Status pendidikan dari 100 orang responden sebagian besar menjawab bahwa mereka memiliki pendidikan terakhir yaitu perguruan tinggi, mulai dari Strata satu hingga Strata tiga. Screening ini dapat menentukan faktor keputusan pembelian, apabila hasil dari nilai p-value nya lebih kecil daripada nilai alpha. Pada umumnya, orang yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mempedulikan kesehatan diri mereka sendiri. Karena mereka paham akan pentingnya makanan yang sehat untuk kelangsungan hidup mereka. Selain itu, dengan mengkonsumsi makanan sehat dapat membantu memaksimalkan kerja otak, sehingga pekerjaan mereka dapat dikerjakan dengan baik. Sebagian besar masyarakat modern saat ini sudah menerapkan pola makan sehat, seperti gemar makan ikan. Tidak hanya dalam bentuk nugget, sudah banyak hasil diversifikasi dari olahan ikan (Nugroho 2003).

4.2.4 Pendapatan perbulan

Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendapatan rata- rata perbulan yang paling besar prosentasenya adalah responden dengan pendapatan rata-rata perbulan dengan range Rp. 2.000.000 hingga Rp. 5.000.000 yaitu sebesar 38% . Diurutan kedua adalah pendapatan rata-rata perbulan di atas Rp. 5.000.000 yaitu sebesar 29%. Kemudian disusul oleh pendapatan rata-rata perbulan dengan range Rp. 500.001 hingga Rp. 2.000.000 . Terakhir adalah pendapatan rata-rata perbulan kurang dari Rp. 500.000 yaitu sebesar 10 %. Karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan rata-rata perbulan yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Mayoritas responden, yaitu sebesar 38 orang mereka memiliki pendapatan perbulan rata-rata 2.000.000 hingga 5.000.000 rupiah. Dan sebanyak 29 orang menjawab mereka memiliki pendapatan perbulan yaitu di atas 5.000.000 rupiah. Hal ini akan sangat mempengaruhi faktor keputusan pembelian. Jika nilai p-value nya lebih kecil daripada nilai alpha. Hasilnya dapat dilihat pada pembahasan selanjutnya mengenai analisis korelasi variabel. Orang yang mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi, maka perilakunya cenderung akan memanjakan dirinya. Banyak dari mereka cenderung lebih memilih produk yang kaya nutrisi walaupun harganya lebih mahal. Perilaku konsumen seperti ini sudah banyak dilakukan dewasa ini, seperti mengkonsumsi nugget berbahan dasar ikan (Rangkuti 2008).

4.2.5 Pekerjaan

Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pekerjaan responden yang paling besar adalah responden dengan pekerjaan pegawai swasta yaitu sebesar 31% . Yang kedua adalah responden dengan pekerjaan lainnya saitu sebesar 24% . Lainnya di sini adalah pekerjaan yang berupa dokter, psikiater, ibu rumah tangga, pensiunan dan sebagainya. Kemudian disusul oleh responden dengan pekerjaan wiraswasta yaitu sebesar 17%. Responden dengan pekerjaan mahasiswa dan pelajar serta responden dengan pekerjaan pegawai negeri memiliki prosentase yang sama yakni 14%. Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 5.

Untuk pekerjaan, screening ini tidak langsung mempengaruhi terhadap faktor keputusan pembelian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana responden memiliki pekerjaan yang dapat menentukan pendapatan perbulannya. Cara pandang seseorang terhadap mengkonsumsi barang dan jasa dapat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dimiliki orang tersebut (Irawan 2003).

4.3 Proses Pengambilan Keputusan

Pembelian terjadi apabila seseorang merasakan membutuhkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam proses tersebut terdapat langkah-langkah yang umumnya dilakukan seseorang jika ingin memutuskan membeli yang diinginkannya. Proses keputusan pembelian ini meliputi lima tahap, antara lain : (a) pengenalan kebutuhan, (b) pencarian informasi, (c) evaluasi alternatif, (d) keputusan pembelian dan terakhir (e) pasca pembelian. Data mengenai proses pengambilan keputusan diperoleh dari konsumen yang melakukan pembelian fish nugget komersil.

4.3.1 Pengenalan kebutuhan

Kebutuhan terhadap sesuatu muncul ketika terjadinya gap antara keadaan yang diinginkan dan keadaan sekarang. Gap inilah yang menyebabkan ketegangan dan mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk menguranginya. Kebutuhan yang ada tidak secara otomatis menimbulkan tindakan. Faktor-faktor tingkat kepentingan, motivasi, manfaat dan tujuan seseorang akan mempengaruhi

tindakan tersebut. Tahap pertama dalam proses pengambilan keputusan produk fish nugget komersil dapat diidentifikasi dengan melihat motivasi utama pembelian dan manfaat yang ingin didapat. Motivasi utama konsumen terhadap pembelian dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi utama konsumen dalam membeli fish nugget komersil adalah kesehatan karena gizinya yang baik, yaitu sebesar 39% . Untuk motivasi kedua yang banyak dimiliki konsumen adalah lauk pauk sebagai alternatif pengganti lauk yaitu sebesar 27% . Motivasi ketiga dari responden yang menjawab karena sekedar ingin mencoba yaitu sebesar 21%. Dan alasan terakhir adalah karena pengaruh dari teman yaitu sebesar 12% . Sehingga dapat dilihat bahwa produk fish nugget komersil banyak dikonsumsi karena gizinya yang baik.

Dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab kuesioner telah sadar dan peduli akan kesehatan mereka. Selain itu, yang menjawab lauk pauk juga merupakan responden yang peduli akan kesehatan. Mereka terbukti menjadikan fish nugget sebagai pangan alternatif yang bergizi, menggantikan nugget yang berbahan dasar ayam atau sosis berbahan dasar daging sapi yang memiliki kandungan gizi lebih sedikit. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, maka perilakunya akan memilih barang atau jasa yang mengutamakan kesehatan bagi dirinya. Kesadaran akan pentingnya makanan yang sehat telah menjadi gaya hidup yang berkembang dengan pesat hingga saat ini. (Santoso dan Fandy 2006).

Hasil penelitian mengenai manfaat yang dicari oleh konsumen dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil ditunjukkan pada Gambar 7. Sebanyak 46% konsumen mengkonsumsi fish nugget komersil berpendapat bahwa produk fish nugget komersil ini memiliki gizi yang lebih baik daripada nugget ayam. Manfaat lain yang diinginkan oleh konsumen adalah sebagai lauk pauk atau makanan alternatif pengganti lauk yang biasanya dikonsumsi secara luas yaitu sebesar 33% . Manfaat ketiga yakni sebesar 13% yang diinginkan konsumen adalah sebagai camilan atau kudapan. Manfaat terakhir yang diharapkan dari para konsumen adalah sekedar ingin mencoba produk fish nugget komersil tersebut yaitu sebesar 8% , sehingga dapat disimpulkan konsumen mencari produk fish nugget komersil tersebut dengan tujuan mencari gizinya yang baik, karena menurut mereka produk fish nugget komersil memiliki gizi yang lebih baik daripada nugget ayam. Konsumen yang mempu secara finansial akan lebih memilih produk yang menyehatkan, walaupun harganya cenderung lebih mahal (Rangkuti 2008).

4.3.2 Pencarian informasi

Tahap selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah pencarian informasi terhadap produk tersebut. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika seseorang merasa bahwa kebutuhannya dapat dipenuhi dengan cara membeli atau

mengkonsumsi produk tertentu. Proses pencarian informasi dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Pada tahap ini, konsumen mengharapkan akan mendapatkan pengetahuan tentang produk secara lengkap sehingga dapat menghasilkan keputusan yang tepat pula. Tahap pencarian informasi produk fish nugget komersil dapat diidentifikasi dengan melihat sumber informasi produk, media yang mempengaruhi dan pengaruh iklan terhadap tindakan pembelian. Berikut adalah gambar yang menunjukkan hasil penelitian sumber informasi dapat dilihat pada Gambar 8.

Mayoritas konsumen memperoleh informasi tentang produk fish nugget komersil melalui teman atau sahabat mereka, yaitu sebesar 40% . Konsumen dengan sumber informasi dari keluarga dan media massa (TV, radio, koran) memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 28% . Sumber informasi dari internet dari seluruh konsumen adalah sebesar 4% . Ini menunjukkan bahwa teman atau sahabat merupakan sumber informasi terbesar konsumen dalam mencari informasi produk fish nugget komersil. Konsumen biasanya akan lebih mempercayai orang- orang terdekatnya dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Daripada iklan-iklan yang terdapat di media massa. Orang-orang terdekat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mencari dan mengkonsumsi sebuah produk. Salah satu komunikasi yang sangat ampuh dalam memasarkan produk adalah dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Produsen yang sadar akan pentingnya komunikasi dari mulut ke mulut dapat menciptakan peluang yaitu konsumen tetap yang selalu membeli produk mereka (Santoso dan Fandy 2006).

Gambar 9 di atas menunjukkan hasil penelitian mengenai media yang paling mempengaruhi dalam pembelian produk fish nugget komersil. Dapat dilihat bahwa media yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian konsumsi fish nugget komersil adalah teman atau sahabat yaitu sebesar 35% . Media selanjutnya yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian fish nugget komersil adalah keluarga yaitu 34%. Media ketiga yang mempengaruhi pembelian fish nugget komersil konsumen adalah media massa (TV, radio, koran) yaitu sebesar 28% . Media yang paling sedikit mempengaruhi konsumen dalam pembelian fish nugget komersil adalah internet yaitu sebesar 3% . Hal ini menunjukkan teman dan sahabat merupakan media yang paling mempengaruhi dalam pembelian fish nugget komersil. Teman dan sahabat menjadi sumber informasi utama dan juga media yang paling mempengaruhi dalam pembelian fish nugget komersil. Kedua variabel ini mempunyai hasil yang sama dimana orang- orang terdekat akan mempengaruhi satu dengan yang lainnya dengan cara memberikan informasi sebuah produk yang disukainya. Komunikasi dari mulut ke mulut adalah salah satu langkah jitu dalam memasarkan sebuah produk, karena mempunyai sifat kepercayaan yang tinggi. Komunikasi dari mulut ke mulut juga memiliki kelebihan lain, yaitu akan mempengaruhi konsumen lain dari yang belum mengetahui tentang produk tersebut menjadi tahu karena pengaruh yang diberikan. Konsumen setia biasanya akan mempengaruhi konsumen lain untuk membeli produk yang menjadi kesukaannya. Pendekatan seperti ini harus disadari betul oleh para produsen untuk menjadi produsen dengan nama besar dan konsumen yang banyak (Simamora 2004).

Gambar 10 di atas menunjukkan pengaruh iklan yang ada di media massa terhadap pembelin fish nugget komersil. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 73% konsumen fish nugget komersil terpengaruh oleh iklan terhadap pembelian, sisanya sebesar 23% konsumen fish nugget komersil merasa tidak terpengaruh terhadap iklan fish nugget komersil yang ada. Ini menunjukkan bahwa iklan pada sebuah produk sangat berpengaruh terhadap pembelian suatu produk tersebut. Demikian pula dengan produk fish nugget komersil yang sebagian besar konsumen menyatakan iklan sangat berpengaruh terhadap pembelian. Iklan yang menarik akan mempengaruhi konsumen dalam pembelian, terutama pembelian untuk pertama kalinya. Iklan yang menarik akan membuat rasa ingin tahu konsumen menjadi sangat tinggi, dan itu dapat menyebabkan terjadinya pembelian. Iklan yang menarik merupakan media yang paling ampuh untuk mendapatkan banyak konsumen, baik iklan media cetak ataupun media massa seperti radio dan televisi (Nugroho 2003)

4.3.3 Evaluasi alternatif

Proses evaluasi alternatif terjadi ketika konsumen sudah memiliki cukup banyak informasi mengenai suatu produk. Evaluasi alternatif dimulai dengan pembentukan dan perubahan dalam kepercayaan mengenai produk dan atributnya yang kemudian diikuti dengan peralihan dalam sikap terhadap tindakan pembelian. Konsumen akan menetapkan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk membandingkan produk yang ada. Gambar 11 menunjukkan kriteria yang pertama kali konsumen pertimbangkan dalam pembelian produk fish nugget komersil.

Pada gambar di atas terlihat sebanyak 45% konsumen menyatakan bahwa gizi dari produk fish nugget komersil menjadi pertimbangan awal dalam membeli produk ini. Kemudian sebanyak 40% konsumen menyatakan bahwa rasa dari produk fish nugget komersil menjadi pertimbangan kedua tertinggi setelah gizinya. Lalu pertimbangan yang selanjutnya adalah dari segi harganya yaitu sebanyak 13% dari total keseluruhan konsumen. Hanya 2% saja yang menjawab kemasan menarik adalah pertimbangan awal konsumen dalam membeli produk fish nugget komersil tersebut. Konsumen terkadang mempertimbangkan berbagai aspek sebelum melakukan pembelian agar tidak merasa dirugikan, contohnya seperti aspek mutu atau kualitas. Perlu bagi mereka untuk mengetahui hal-hal yang mereka anggap penting. Sebagian besar konsumen akan mempertimbangkan aspek harga sebelum membeli barang atau jasa. Aspek kesehatan juga sangat penting bagi konsumen-konsumen yang tidak mempertimbangkan aspek harga

Dokumen terkait