• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUESIONER PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 1. Nelayan

2.1.2 Alat Penangkapan Ikan

Menurut Sastrawidjaya dkk (2002) komunitas nelayan ini terbagi menjadi 2 yakni nelayan tangkap dan nelayan budidaya. Nelayan tangkap adalah sekelompok orang melakukan operasi penangkapan di daerah fishing ground menggunakan armada penangkapan seperti perahu tanpa motor, kapal motor tempel, dan kapal motor, dan nelayan budidaya adalah orang yang melakukan usaha hasil perikanan di area laut yang ditentukan dan dengan batas waktu yang ditentukan, seperti budidaya rumput laut, kerang mutiara dan lain-lain.

Beragam alat penangkapan ikan yang digunakan oleh para nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara ini sangat berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan, selain itu penggunaan alat penangkapan tersebut senantiasa memperhatikan kondisi lingkungan laut saat menggunakan alat penangkapan ikan, seperti memperhatikan lingkungan dari pencemaran, rusaknya terumbu karang dan habitat ikan dan lain-lain (Sukirno, 2006). Dikabupaten Maluku Tenggara, juga terdapat beragam alat tangkap ikan yang digunakan oleh para nelayan dalam melakukan usaha penangkapan ikan, beragam alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan tersebut, berdasarkan data yang diperoleh bahwa jenis-jenis alat tangkap yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara cukup beragam, yang terdiri dari Sero, bagan/ Jaring Angkat, pancing/ handline, fish Net, Shrimp Net, alat pengumpul kerang, bubu, alat pengumpul rumput laut dan lain-lain. Berdasarkan data yang terlihat bahwa terjadi peningkatan berturut-turut dari sarana penangkapan ikan dari tahun ke tahun pada sarana alat penangkapan ikan yakni pada sero, fish net dan shrimp net. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah alat penangkapan ikan menurut jenisnya di Kabupaten Maluku Tenggara pada Tahun 2009-2011

Sumber: Laporan tahunan DKP Kabupaten Maluku Tenggara (2011).

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa pada tahun 2009-2011 terjadi peningkatan berturut-turut pada sarana alat penangkapan ikan yakni pada sero, fish net dan shrimp net, sedangkan pada alat penangkapan yang lainya mengalami naik turun secara stabil yakni pada bagan, pancing (handline), bubu, alat pengumpul kerang dan pada alat pengumpul rumput laut. Di area wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terdapat Jenis Ikan yang dominan tertangkap dengan Alat Tangkap Pukat Ikan (Fish Net) dan Pukat Udang (Shrimp Net) dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.1.3 Rumah Tangga Perikanan, Kelompok Nelayan dan Nelayan

Perkembangan sektor perikanan berdampak pada terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat, yang berimbas pada peningkatan jumlah tenaga kerja yang berkerja pada sektor tersebut. Derdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa jumlah Rumah Tangga Perikanan, Kelompok Nelayan dan Nelayan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terus mengalami perkembangan sampai tahun 2011. dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan rumah tangga perikanan, kelompok nelayan dan jumlah nelayan Tahun 2009-2011, Kabupaten Maluku Tenggara

Tahun Rumah Tangga Perikanan

(KK) Kelompok Nelayan (Kelompok) Nelayan (Orang) 2009 6.327 866 19.023 2010 6.310 870 19.234 2011 6.461 910 20.113

Sumber: Laporan tahunan DKP Kabupaten Maluku Tenggara (2011)

No Jenis Alat Tangkap Jumlah Alat Tangkap (Unit)

2009 2010 2011

1 Sero 60 62 72

2 Bagan/ Jaring Angkat 265 263 264

3 Pancing/ Handline 2.115 2.126 2.015

4 Fish Net (Pukat Ikan) 57 66 156

5 Shrimp Net (Pukat Udang) 305 316 326

6 Bubu 836 832 817

7 Alat Pengumpul Kerang 276 282 297

8 Alat Pengumpul Rumput

Laut 756 752 750

Perkembangan rumah tangga perikanan, kelompok nelayan dan nelayan, seperti pada Tabel 3 tersebut di atas mengalami peningkatan secara berturut-turut mulai dari tahun 2009-2011. Berdasarkan data diperoleh baik perkembangan rumah tangga, kelompok nelayan dan nelayan mengalami penurunan hanya terjadi di antara tahun 2008-2009 dimana pada tahun 2009 terjadi penurunan hal tersebut di sebabkan pada saat itu adanya kondisi alam yakni (ombak dan angin) cukup kencang sampai menelan korban. Peningkatan perkembangan rumah tangga tersebut menunjukkan bahwa sektor perikanan masih terus memberi peluang untuk menyerap tenaga kerja, dan berpeluang juga untuk masyarakat semakin tertarik pada sektor tersebut, dan terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

2.2 Pendapatan

2.2.1 Pengertian pendapatan

Rahardja dan Manurung (2004) mengemukakan, pendapatan merupakan total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran yang diterima dari suatu kegiatan usaha, sehingga formulasinya dapat di sebut

I =TR - TC, (selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran). Biaya nelayan diklasifikasi menjadi dua, yakni biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Sehingga diperoleh TC = FC + VC.

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerja selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:

1. Pendapatan pribadi, yakni jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.

2. Pendapatan disposable, yakni pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayar oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan. 3. Pendapatan nasional, yakni nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang

diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.

Menurut Sobri (1999) pendapatan disposible adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan diposible yakni pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung

(pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan. Menurut Soekartawi (2000) bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yakni pendapatan sementara

(transitory income) dan pendapatan permanen (permanent income). pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya berapa besar yang akan diterima sebulan, kemudiaan Pendapatan permanen dapat diartikan:

1. Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan dari upah gaji.

2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang.

2.2.2 Nelayan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Masyarakat nelayan sampai saat ini masih merupakan tema yang sangat menarik untuk didiskusikan. Membicarakan nelayan hampir pasti isu yang muncul adalah masyarakat nelayan identik dengan miskin, marjinal dan menjadi sasaran eksploitasi penguasa baik secara ekonomi maupun politik (Sukirno, 2006).

Menurut Tarigan (2000) bahwa nelayan adalah orang yang melakukan penangkapan yang masih dipengaruhi oleh pasang naik-surut. Jadi bila ada yang melakukan penangkapan ikan di tempat budidaya ikan seperti tambak, kolam ikan, danau, sungai dan lain-lain, itu tidak termasuk nelayan. Selanjutnya menurut Tarigan (2000), berdasarkan pendapatannya nelayan dapat dibagi menjadi empat kelompok: 1. Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya

berasal dari perikanan.

2. Nelayan sambil utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya berasal dari perikanan.

3. Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya berasal dari perikanan.

4. Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif sebagai nelayan.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan terefleksi dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang cepat, kurang berani mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lain yang kurang modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan merupakan faktor yang sangat dipengaruhi oleh

pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain pendapatan mereka didomonasi oleh pemilik perahu, pemilik modal dan sifat pemasaran hanya dikuasai oleh kelompok orang. Selain itu terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan (Kusnadi, 2003) antara lain:

1. Faktor Modal kerja.

Modal dapat dibagi menjadi dua bagian yakni modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah biaya melalui deprecition cost dan bunga modal. Modal bergerak langsung menjadi biaya dengan besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak. Setiap usaha penangkapan dipengaruhi modal kerja, makin tinggi modal kerja perunit usaha yang digunakan diharapkan makin baik perolehannya. Modal kerja terkadang nelayan peroleh dari (toke) pemilik modal sistem pengembalian melalui perolehan ikan hasil tangkapan nelayan sehingga tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal.

2. Faktor Tenaga Kerja.

Setiap usaha kegiatan penangkapan ikan pasti memerlukan tenaga kerja profesional yang diharapkan pendapatan lebih meningkat, banyaknya tenaga kerja disesuaikan dengan kapasitas kapal, selain menjaga kesetabilan kapal juga mengurangi biaya melaut (Masyhuri, 1999).

3. Faktor Pengalaman Melaut.

Faktor pengalaman melaut, secara teoritis tidak terbahas dalam buku, bahwa pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan namun dalam aktivitas nelayan sehari-hari dalam penangkapan ikan faktor pengelaman turut menentukan, sebab semakin berpengalaman perolehan hasil tangkapan ikan semakin banyak.

4. Fakor Jarak Tempuh Melaut

Fakor jarak tempu melaut terbagi dalam tiga pola penangkapan ikan. Pertama,

yakni pola penangkapan lebih dari satu hari, penangkapan seperti ini merupakan penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekatnya daerah penangkapan dan besar kecilnya kapal yang digunakan sangat menentukan lamanya melaut.

Kedua, pola penangkapan ikan satu hari, biasanya nelayan ini berangkatnya kurang lebih sekitar jam 14.00 dan kembali ke fishing base 09.00 hari berikutnya, penangkapan ikan seperti ini juga disebut penangkapan ikan lepas pantai. Ketiga, pola

penangkapan ikan tengah hari, penangkapan ikan seperti ini adalah penangkapan ikan dekat pantai, umumnya nelayan ini berangkat sekitar jam 03.00 sore hari dan kembali sekitar jam 09.00 pagi hari. Penangkapan ikan lepas pantai biasanya memperoleh hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan dekat pantai (Masyhuri, 1999).

Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan dapat digunakan rumus dalam fungsi;

INC = f (MODAL, LAB, EXPE, DST)

Dimana : INC = Pendapatan Nelayan

MODAL = Modal Kerja

LAB = Jumlah anak buah kapal (ABK)

EXPE = Pengalaman melaut

DST = Jarak tempuh melaut ke fishing ground. Selanjutnya fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + ε; atau bisa juga dituliskan

INC = α+ b1 MODAL + b2 LAB + b3EXPE + b4

Dimana : INC = Pendapatan nelayan perbulan

DST + ε

MODAL = Modal kerja perbulan

LAB = Jumlah anak buah kapal (ABK)

EXPE = Pengalaman melaut

DST = Jarak tempuh melaut ke fishing ground

α = Intercept

bi = Koefisien regresi I = 1,2,3 dan 4

ε = Error term (kesalahan pengganggu).

2.3 Pemasaran

2.3.1 Konsep Pemasaran

Kotler dan Amstrong (2007) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu rangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang menjadi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusaha-usahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan pesaing yang selalu berbeda. Pemasaran merupakan suatu proses sosial manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Konsep ini yang mendasari definisi pemasaran diantaranya: kebutuhan (needs), keinginan (want) dan permintaan (demands)

Pemasaran adalah proses sosial di mana individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menyalurkan dan dengan bebas mempertukarkan nilai produk dan jasa dengan pihak lain (Kotler, 2008). Tujuan pemasaran adalah bagaimana mengetahui dan memahami pengguna dengan sebaik-baiknya, agar produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhannya. Konsep pemasaran mempunyai perspektif dari luar ke dalam, yang artinya konsep ini dimulai dari pasar yang didefinisikan dengan baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, dan menghasilkan laba dengan memuaskan pelanggan (Kotler dan Amstrong, 2007). Konsep pemasaran dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut.

Sumber: Kotler (2008)

Gambar 1. Konsep pemasaran

Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup suatu produk baik jasa maupun barang (Swastha dkk, 1990). Dalam filsafah bisnis, konsep pemasaran disusun dengan memasukkan elemen-elemen sebagai berikut:

1. Orintasi konsumen / pasar / pembeli. 2. Volume penjualan yang menguntungkan

3. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.

2.3.2 Konsep Lembaga dan Saluran Pemasaran

Walters yang dikutip oleh Swastha dan Irawan (1990) mendefinisikan saluran pemasaran sebagai sekelompok perusahan dan agen produsen yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan dari pasar tertentu. Dari definisi tersebut di atas dapat diketahui unsur-unsur penting dalam saluran pemasaran sebagai berikut :

Pasar Kebutuhan Pemasaran Laba melalui

1. Saluran pemasaran merupakan sekelompok lembaga yang ada, mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan

2. Anggota kelompok terdiri dari beberapa pedagang dan agen, dimana tidak seluruhnya menggunakan nama dari suatu produsen tertentu. Dan pada dasarnya adalah untuk memindahkan atau distribusi secara fisik suatu barang.

3. Tujuan dari saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu

4. Saluran melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan yakni mengadakan penggolongan produk dan mendistribusikanya, sehingga dapat memberikan kepuasan pada pasar.

2.3.3 Konsep Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari peluang dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan (David, 2009). Tujuan Strategi adalah untuk terus-menerus mempertajam bisnis dan produk suatu organisasi sehingga mencapai laba dan pertumbuhan yang memuaskan. Pemasaran terdiri dari prinsip-prinsip dasar yang mendasari manajemen pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasarannya dalam sebuah pasar sasaran (Kotler dan Amstrong, 2007).

Menurut Kotler (2008) strategi pemasaran adalah suatu formula untuk melakukan terobosan pada pasar, baik pasar yang telah ada maupun pasar baru yang akan dituju. Cara untuk meningkatkan strategi pemasaran secara optimal adalah dengan analisis situasi pemasaran yang terdiri dari 3 (tiga) hal pokok yakni:

1. Analisis Lingkungan

Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Faktor internal perusahaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi arah dan kinerja perusahaan dalam pencapaian tujuan yang berasal dari pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri. Analisis lingkungan internal dimaksudkan untuk mengembangkan daftar kekuatan yang dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan perusahaan (Kotler, 2008).

Lingkungan eksternal merupakan kondisi di luar perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak dapat dikendalikan. Suatu perusahaan harus memiliki sistem intelijen pemasaran untuk mengikuti kecenderungan dan perkembangan penting yang terjadi

dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terkait. Lingkungan eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga perusahaan dapat memformulasi strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman. Tujuan utama pengamatan lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari (Kotler, 2008).

Suatu perusahan disebut berhasil bila perusahan tersebut menyadari bahwa lingkungan pemasaran selalu menimbulkan peluang baru, ancaman baru, dan pemahaman baru tentang pentingnya memantau dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah. Hal ini untuk menjaga agar produk dan praktek pemasaran tetap sesuai dengan situasi terakhir dan tanggung jawab utama untuk mengidentifikasi perubahan yang signifikan yang terletak pada pemasaran perusahan.

Dalam menganalisis lingkungan pemasaran ini ada dua hal penting yang perlu dilakukan, yakni :

1) Menganalisis kebutuhan dan trend dalam lingkungan baik mikro maupun makro. Keberhasilan yang dialami cenderung disebabkan adanya kesadaran dan kecepatan tanggapan terhadap kebutuhan dan trend yang tidak terpenuhi dalam lingkup baik mikro maupun makro.

2) Mengidentifikasi dan menanggapi kekuatan lingkungan baik mikro maupun makro dengan cepat. Dalam situasi yang berubah dengan cepat setiap perusahan harus memantau enam kekuatan utama, yakni lingkungan demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi, lingkungan politik atau hukum dan lingkungan sosial budaya.

2. Analisis Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Simamora, 2003). Lebih lanjut dikatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan mengajak aktivitas individu dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa. Kotler dan Amstrong (2007) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah

perilaku pembelian akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal.

Menurut Warren (2000) dalam menganalisis perilaku konsumen perlu diperhatikan determinasi yang menjadi perilaku konsumen itu sendiri.

Determinasi ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1. Pengaruh lingkungan

2. Perbedaan dan pengaruh individu 3. Proses psikologi

Menurut Simamora (2003) faktor-faktor yang turut mempengaruhi analisa perilaku konsumen sebagai berikut:

1. Psikologi (motivasi, persepsi, learning, kepercayaan, sikap)

2. Personal (usia, tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, konsep diri).

3. Sosial (kelompok rujukan seperti teman kampus, pengajian, perkumpulan olah raga, dan lain-lain).

4. Kebudayaan (kultur, sub kultur, kelas sosial).

3. Analisis Perilaku Pesaing

Suatu perusahaan disebut berhasil bila perusahaan tersebut mampu menganalisis pesaingnya sebaik mungkin seperti yang dilakukan terhadap para konsumen. Analisis dan evaluasi terhadap pesaing akan membantu dalam memutuskan di mana akan bersaing dan bagaimana menentukan posisi menghadapi persaingan pada setiap pasar sasaran. Kotler (2008) mengungkapkan, dalam menganalisa pesaing diperlukan langka-langka sebagai berikut :

1) Melihat struktur industri di mana organisasi akan bersaing dan menguraikan karakteristik industri

2) Melakukan identifikasi dan analisis terhadap kelompok suatu perusahaan terkait strategis yang bersaing dalam industri

3) Mengidentifikasi, menguraikan dan mengevaluasi pesaing-pesaing utama suatu organisasi

4) Melakukan antisipasi terhadap pesaing

2.4 Analisa Mengembangkan Strategi Pemasaran

Menurut Kotler (2008) pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana seseorang atau kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran dari produk yang bernilai terhadap pihak lain. Proses pengembangan strategi pemasaran dapat juga digunakan analisis SWOT pada suatu organisasi atau perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis harus dapat menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang kemudiaan dihadapi pada suatu organisasi atau perusahaan, hal ini kemudiaan yang disebut analisis sebagai (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) (Rangkuti, 2007).

Menurut Kotler dan Amstrong (2007) salah satu konsep utama dalam pemasaran modern adalah bauran pemasaran. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran. Strategi pemasaran merupakan dua keputusan manajemen dalam dunia bisnis yang dikoordinasikan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pemasaran sebagai prinsip-prinsip dasar yang mendasari manajemen pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasarannya yang disebut dengan bauran pemasaran. Adapun terkait strategi pemasaran sebagai salah satunya adalah strategi bauran pemasaran yang dapat disebut sebagai berikut:

Bauran Pemasaran

1. Strategi Produk (product)

Produk merupakan himpunan kepuasan yang ditawarkan kepada konsumen melalui suatu transaksi. Produk selain bentuk fisik, juga termasuk pelayanan, dan atribut lainnya.

2. Strategi Harga (price)

Merupakan strategi penetapan harga untuk meningkatkan volume penjualan menghadapi competitor atau pengacaukan pasar. Oleh sebab itu penetapan harga merupakan proses paling penting dalam kaitannya dengan penerimaan perusahaan.

Promosi merupakan suatu sarana yang dirancang sedemikian rupa dengan tujuan menyampaikan informasi kepada konsumen tentang produk baik dari segi, kegunaan, cara perolehan dan tingkat harga.

4. Strategi saluran pemasaran (Distribution)

Penyaluran produk merupakan kegiatan pemasaran agar produk sampai ke konsumen dengan cepat terutama pada saat dibutuhkan konsumen. Saluran pemasaran ini dapat dilakukan mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks dan tergantung dari karakteristik produk, kemampuan penjualan serta perilaku konsumen.

2.5 Daya Saing Strategis

Dalam melakukan kegiatan pemasaran yang bersifat strategis, maka setiap organisasi harus mempunyai suatu daya saing yang berbeda dengan para pesaingnya. Daya saing yang dimaksud adalah yakni melaksanakan langka-langka dengan pengembangan kompetensi inti. Kompetensi inti (core Competence) dari suatu produk dapat berupa kegiatan diversifikasi produk dan diferensiasi produk. Dari pengembangan itu maka perusahan dapat melakukan, memperbesar target pasar-pasar lama (pasar yang telah ada) dan memasuki pasar baru. Pengembangan kompetensi tersebut sangat berhubungan terhadap faktor lingkungan bisnis, yaitu kekuatan pembeli, kekuatan pemasok, ancaman produk substitusi, tingkat persaingan dan hambatan masuk (Porter, 2000) dapat di lihat pada Gambar 2.

Sumber : Porter (2000)

Gambar 2. Pengembangan kompetensi inti

2.6 Konsep Manajemen

Konsep manajemen merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam

Pengembangan Kompetensi Inti

Diversifikasi Produk Diferensiasi Produk

Pasar Lama Produk Baru Pasar Lama Produk Lama Pasar Baru Produk Baru Pasar Baru Produk Lama

manajemen terjadi proses kegiatan seperti proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Silk H.L dalam Ardiansyah (2010) konsep manajemen diartikan sebagai berikut:

pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan, pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat diperoleh kesimpulan dari para ahli/ pakar tersebut bahwa konsep manajemen adalah suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut dapat dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pemberian bimbingan.

2.7 Perkoperasian

Menurut UU Perkoperasian No. 17/2012, Pasal 1 bahwa koperasi didefinisikan sebagai badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Selanjutnya dalam Pasal 3 berbunyi bahwa

Menurut Bung Hatta, koperasi yang berazaskan pasal 33 UUD 1945 adalah merupakan satu-satunya jalan yang memberikan gambaran untuk mendekatkan jurang perbedaan antara golongan yang kaya dengan golongan yang miskin (Sukamdiyo, 2008). Lebih lanjut peranan koperasi Secara makro semakin melembaga dalam perekonomian, antara lain meningkatkan manfaat koperasi bagi masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang lebih mendalam terhadap azas sendi serta tata kerja koperasi, meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan