• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil estimasi dengan menggunakan metode regresi linier berganda pada nelayan perahu tanpa mesin

KUESIONER PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA

4.3. Karakteristik Nelayan pada Obyek Penelitian 1. Usia Nelayan

4.4.1 Hasil estimasi dengan menggunakan metode regresi linier berganda pada nelayan perahu tanpa mesin

Untuk melihat pengaruh bebas yaitu modal kerja, jumlah anak buah kapal, pengalaman melaut, dan jarak tempuh melaut terhadap variabel terikat yakni pendapatan per bulan pada nelayan jenis armada perahu tanpa mesin, maka digunakan metode analisis

regresi linier berganda dengan bantuan software IBM-SPSS 19.0. Hasilnya adalah

sebagaimana disajikan pada Tabel 28.

Persamaan regresi linier berganda yang terbentuk tersebut di atas dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = -856095,258 + 2,240 X1 + 228780,558 X2 + 83675,546 X3 + 395724,669 X4

Berdasarkan hasil uji t-statistik (parsial) pada variabel modal kerja (X1), diketahui nilai koefisien regresi linier pada variabel X1 menunjukkan angka yang positif sebesar 2,240, dimana variabel X1memiliki nilai t hitung sebesar 2,794 lebih besar dari nilai t-tabel

uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,007 lebih kecil dibandingkan nilai peluang yang

ditetapkan (p-value) yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menerima

hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yakni modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan per bulan. Penambahan modal kerja akan berbanding lurus terhadap peningkatan pendapatan per bulan nelayan. Setiap penambahan modal kerja sebesar Rp.1.000.000,- maka akan meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.2.240.000,-

Berdasarkan hasil uji t-statistik (parsial) pada variabel jumlah anak buah kapal (X2) diketahui nilai koefisien regresi linier pada variabel X2 menunjukkan angka yang positif sebesar 228780,558. Variabel X2 memiliki nilai t hitung sebesar 0,526 lebih kecil dari nilai t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,601 lebih besar dibandingkan nilai

peluang yang ditetapkan (p-value) yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya

adalah menolak hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yakni jumlah anak buah kapal tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per bulan nelayan, penambahan jumlah anak buah kapal ( X2) tidak memberikan peningkatkan pendapatan nelayan pada jenis armada perahu tanpa mesin.

Berdasarkan hasil uji t-statistik (parsial) pada variabel pengalaman melaut (X3), diketahui nilai koefisien regresi linier pada variabel X3 menunjukkan angka yang positif sebesar 83675,546. Variabel X3 memiliki nilai t hitung sebesar 1,355 lebih kecil dari nilai t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,181 lebih besar dibandingkan nilai peluang yang

ditetapkan (p-value) yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menolak

hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yakni pengalaman melaut nelayan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan, semakin bertambah pengalaman

melaut, ternyata tidak mampu meningkatkan pendapatan nelayan pada jenis armada perahu tanpa mesin. Pengalaman yang semakin bertambah akan menyebabkan nelayan menjadi semakin terampil dan mampu memahami kondisi laut, sehingga dengan pengalaman yang semakin baik akan memberikan kemampuan bagi nelayan dalam melaut juga semakin membaik.

Berdasarkan hasil uji t-statistik (parsial) pada variabel jarak tempuh melaut (X4) diketahui nilai koefisien regresi liniernya menunjukkan angka yang positif sebesar 395724,669, dimana variabel X4 memiliki nilai t hitung sebesar 3,803 lebih besar dari nilai

t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,000 lebih kecil dari nilai peluang yang

ditetapkan (p-value) yakni sebesar 0,05, dengan demikian keputusannya adalah menerima

hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yakni variabel X4 berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan, artinya semakin jauh tarak tempuh melaut (X4) pada jenis armada perahu tanpa mesin akan meningkatkan pendapatan nelayan, dikarenakan potensi peluang perolehan hasil tangkap ikan yang semakin besar. Setiap penambahan 1 kilo meter dari variabel X4 maka akan meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.395.724. Uji simultan atau bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap

variabel terikat, dilakukan dengan uji ANOVA atau analysis of variance (analisis ragam).

Hasilnya adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Hasil Uji Anova pada Regresi Linier

Berdasarkan hasil uji Anova pada regresi linier tersebut diketahui nilai jumlah kuadrat regresi sebesar 1,628E14, derajat bebas 4, kuadrat rataan regresi 4,071E13, F hitung 17,059 memiliki nilai Sig 0,000 lebih kecil dari nilai peluang yang ditetapkan (

p-ANOVAb,c

Model Jumlah Kuadrat db Rataan Kuadrat F Sig.

1 Regresi 1.628E14 4 4.071E13 17.059 .000a

Residual 1.336E14 56 2.386E12

Total 2.965E14 60

a. Prediktor: (Konstan), Jarak Tempuh, Jumlah ABK dalam 1 Kapal, Modal Kerja, Pengalaman b. Variabel Terikat: Pendapatan per Bulan

value) yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menerima hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yakni nelayan dengan jenis armada perahu tanpa mesin, dimana modal kerja (X1), jumlah anak buah kapal (X2), pengalaman melaut (X3), dan jarak tempuh melaut (X4), secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan nelayan.

Untuk mengetahui seberapa besar variabel terikat, yakni pendapatan per bulan nelayan mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya yakni modal kerja (X1), anak buah kapal (X2), pengelaman melaut (X3) dan jarak tempuh melaut (X4), maka dilakukan analisis korelasi berganda untuk mengetahui nilai koefisien determinansi melalui uji Model Summary. Hasilnya adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30. Model Summary pada Regresi Linier

Berdasarkan hasil analisis koefisien determinansi melalui model summary dari IBM-SPSS 19.0, dapat diketahui bahwa nilai korelasi berganda 0,741 dan nilai koefisien determinansi sebesar 0,549 sehingga dapat diketahui bahwa sebesar 54,9% keragaman nilai dari pendapatan per bulan nelayan pada jenis armada perahu tanpa mesin mampu dijelaskan oleh variabel modal kerja (X1), anak buah kapal (X2), pengelaman melaut (X3), dan jarak tempuh melaut (X4), sehingga dapat diinterpretasikan bahwa model regresi linear berganda yang dibentuk, telah memiliki model yang baik dalam menjelaskan pendapatan nelayan pada jenis armada perahu tanpa mesin.

4.4.2 Hasil Estimasi dengan menggunakan Metode Regresi Linier Berganda pada Nelayan Kapal Motor Tempel

Untuk melihat pengaruh dari variabel bebas yakni modal kerja, jumlah anak buah kapal, pengalaman melaut, dan jarak tempuh melaut terhadap variabel terikat yakni

Ringkasan Modelb,c Model R R Kuadrat R Kuadrat yang Disesuaikan Galat Baku Estimasi Statistika Durbin-Watson Jenis Armada yang Digunakan = Perahu Tanpa Mesin (Selected)

Jenis Armada yang Digunakan ~= Perahu Tanpa Mesin (Unselected)

Jenis Armada yang Digunakan = Perahu Tanpa Mesin (Selected)

Jenis Armada yang Digunakan ~= Perahu Tanpa Mesin (Unselected)

1 .741a .647 .549 .517 1544755.372 1.177 1.587

a. Prediktor: (Konstan), Jarak Tempuh, Jumlah ABK dalam 1 Kapal, Modal Kerja, Pengalaman b. Kasus pada Jenis Armada yang Digunakan = Perahu Tanpa Mesin.

pendapatan per bulan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel, maka digunakan

metode analisis regresi linier berganda dengan bantuan software IBM-SPSS 19.0.

Hasilnya adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 31. Tabel 31. Hasil Uji Koefisien Regresi Linier

Persamaan regresi linier berganda yang terbentuk dapat dituliskan sebagai berikut : Y = -3851384,695 + 0,140 X1 + 830624,673 X2 + 168155,034 X3 + 509516,857 X4

Berdasarkan hasil uji t-statistik (parsial) pada variabel modal kerja (X1), diketahui nilai koefisien regresi linier pada variabel X1 menunjukkan angka yang positif sebesar 0,140, dimana variabel X1 memiliki nilai t hitung sebesar 1,288 lebih kecil dari nilai t-tabel

uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,212 lebih besar dibandingkan nilai peluang yang

ditetapkan (p-value) yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menolak

hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yakni modal kerja (X1) tidak signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya penambahan modal kerja tidak mampu memberikan peningkatan pendapatan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel.

Berdasarkan hasil uji t-statistik (parsial) pada variabel anak buah kapal (X2), diketahui nilai koefisien regresi linier menunjukkan angka yang positif sebesar 830624,673, dimana variabel X2 memiliki nilai t hitung sebesar 2,364 lebih besar dari nilai t-tabel uji 2

arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,028 lebih kecil dibandingkan nilai peluang yang ditetapkan

(p-value) yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menerima hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yakni variabel X2 mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya ketika terjadi penambahan jumlah X2

Koefisiena,b

Model

Koefisien Tidak Dibakukan

Koefisien Dibakukan

t Sig.

Statistika Kolinieritas B Galat Baku Beta B Galat Baku 1 (Konstan) -3851384.695 2689425.267 -1.432 .167

Modal Kerja .140 .108 .143 1.288 .212 .631 1.586 Jumlah ABK dalam 1 Kapal 830624.673 351298.462 .271 2.364 .028 .589 1.698 Pengalaman 168155.034 120574.620 .152 1.395 .178 .649 1.541 Jarak Tempuh 509516.857 83611.707 .608 6.094 .000 .779 1.284 a. Variabel Terikat: Pendapatan per Bulan

maka akan meningkatkan pendapatan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel. Setiap penambahan anak buah kapal (X2) sebanyak satu orang maka akan meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.830.624.

Berdasarkan hasil uji t-statistik (parsial) pada variabel pengalaman melaut (X3), diketahui nilai koefisien regresi linier pada variabel X3 menunjukkan angka yang positif sebesar 168155,034. Variabel X3 memiliki nilai t hitung sebesar 1,395 lebih kecil dari nilai t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,178 lebih besar dibandingkan nilai peluang

yang ditetapkan (p-value) yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah

menolak hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yakni X3 tidak signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya semakin bertambah X3 tidak memberikan peningkatkan pendapatan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel akan tetapi dengan pengalaman melaut (X3) yang semakin bertambah akan menyebabkan nelayan menjadi semakin terampil dan mampu memahami kondisi laut, sehingga dengan pengalaman yang semakin baik akan menjadikan kemampuan nelayan dalam melaut juga akan semakin baik.

Berdasarkan hasil uji t-statistik (parsial) pada variabel jarak tempuh melaut (X4) diketahui nilai koefisien regresi liniernya menunjukkan angka yang positif sebesar 509516,857. Variabel X4 memiliki nilai t hitung sebesar 6,094 lebih besar dari nilai t-tabel

uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,000 lebih kecil dibandingkan nilai peluang yang

ditetapkan (p-value) yakni sebesar 0,05, dengan demikian keputusannya adalah menerima

hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yakni semakin jauh jarak tempuh melaut (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya ketika semakin jauh X4 digunakan pada jenis armada kapal motor tempel, maka akan meningkatan pendapatan nelayan, dikarenakan potensi peluang perolehan hasil tangkap ikan yang semakin besar. Setiap penambahan 1 kilo meter jarak tempuh melaut (X4), maka akan meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp. 509.516. Uji simultan atau bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dilakukan dengan uji ANOVA atau analysis of variance (analisis ragam). Hasil uji Anova berikut diketahui nilai jumlah kuadrat regresi sebesar 4,287E14, derajat bebas 4, kuadrat rataan regresi 1,072E14, F

ANOVAb,c

Model Jumlah Kuadrat db Rataan Kuadrat F Sig.

1 Regresi 4.287E14 4 1.072E14 26.997 .000a

Residual 8.336E13 21 3.970E12

Total 5.121E14 25

a. Prediktor: (Konstan), Jarak Tempuh, Modal Kerja, Pengalaman, Jumlah ABK dalam 1 Kapal b. Variabel Terikat: Pendapatan per Bulan

c. Kasus pada Jenis Armada yang Digunakan = Kapal Motor Tempel

ditetapkan (p-value) yakni sebesar 0,05. Untuk lebih jelas, hasilnya adalah sebagaimana

disajikan pada Tabel 32.

Tabel 32. Hasil Uji Anova pada Regresi Linier

Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yakni pada variabel modal kerja (X1), anak buah kapal (X2), pengelaman melaut (X3), dan jarak tempuh melaut (X4), secara bersama-sama atau simultan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan nelayan dari jenis armada kapal motor tempel. Untuk mengetahui seberapa besar variabel terikat, yakni pendapatan per bulan nelayan jenis armada kapal motor tempel mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya yakni pada modal kerja (X1), anak buah kapal (X2), pengelaman melaut (X3), dan jarak tempuh melaut (X4), maka dilakukan analisis korelasi berganda untuk mengetahui nilai koefisien determinansi melalui uji Model Summary. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Model Summary pada Regresi Linier

Ringkasan Modelb,c Model R R Kuadrat R Kuadrat yang Disesuaikan Galat Baku Estimasi Statistika Durbin-Watson Jenis Armada yang Digunakan = Kapal Motor Tempel (Selected) Jenis Armada yang Digunakan ~= Kapal Motor Tempel (Unselected) Jenis Armada yang Digunakan = Kapal Motor Tempel (Selected) Jenis Armada yang Digunakan ~= Kapal Motor Tempel (Unselected) 1 .915a .689 .837 .806 1992421.705 1.224 .670

a. Prediktor: (Konstan), Jarak Tempuh, Modal Kerja, Pengalaman, Jumlah ABK dalam 1 Kapal b. Kasus pada Jenis Armada yang Digunakan = Kapal Motor Tempel.

Berdasarkan hasil analisis koefisien determinansi melalui model summary dari IBM-SPSS 19.0, dapat diketahui nilai korelasi berganda 0,915 dan nilai koefisien determinansi sebesar 0,837. Keragaman nilai pendapatan perbulan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel sebesar 83, 7% tersebut mampu dijelaskan oleh variabel modal kerja (X1), anak buah kapal (X2), pengalaman melaut (X3), dan jarak tempuh melaut (X4). Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa model regresi linear berganda yang dibentuk, memiliki model yang baik dalam menjelaskan pendapatan per bulan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel.

4.5. Interpretasi pengaruh modal, jumlah anak buah kapal, pengalaman dan jarak tempuh melaut terhadap pendapatan nelayan jenis armada perahu tanpa mesin dan kapal motor tempel

Hasil uji regresi berganda dengan menggunakan IBM-SPSS memberikan informasi perbandingan koefisien determinasi terkait pengaruh modal kerja (X1), jumlah anak buah kapal (X2), pengalaman melaut (X3), dan jarak tempuh melaut (X4), terhadap pendapatan nelayan dengan jenis armada perahu tanpa mesin dan nelayan jenis armada kapal motor tempel. Perbandingan nilai koefisien determinasi tersebut dapat disajikan pada Tabel 34.

Tabel 34. Perbandingan nilai koefisien determinasi antara nelayan armada perahu tanpa mesin dengan nelayan armada kapal motor tempel

Jenis Armada Nelayan Nilai Koefisien Determinasi

Perahu tanpa mesin 0,549

Kapal motor tempel 0,837

Berdasarkan Tabel 34 tersebut dapat dijelaskan bahwa pada variabel modal kerja (X1), anak buah kapal (X2), pengelaman melaut (X3), dan jarak tempuh melaut (X4) lebih mampu menjelaskan pendapatan per bulan nelayan dengan jenis armada kapal motor tempel, dibandingkan nelayan dengan jenis armada perahu tanpa mesin. Jumlah variabel X2 dan variabel X3 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan nelayan pada jenis armada perahu tanpa mesin. Sedangkan pada nelayan dengan jenis armada kapal motor tempel, dimana variabel X1 dan variabel X3 ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan jenis armada kapal motor tempel.

Variabel modal kerja (X1), anak buah kapal (X2), pengalaman melaut (X3), dan Jarak tempu melaut (X4) secara simultan lebih mampu memberikan dampak bagi pendapatan nelayan dengan jenis armada kapal motor tempel. Pada nelayan dengan jenis armada kapal motor tempel, memungkinkan untuk memiliki jumlah anak buah kapal (X2) yang lebih banyak dibandingkan perahu tanpa mesin. Selain itu, pada jenis armada kapal motor tempel juga memiliki kemampuan untuk memiliki jarak tempuh melaut (X4) yang lebih luas dibandingkan pada jenis armada perahu tanpa mesin. Dengan demikian secara keseluruhan mampu secara signifikan meningkatkan pendapatan nelayan.

4.6. Strategi Pengembangan Pemasaran

Untuk memperoleh strategi pengembangan pemasaran yang baik, maka perlu dilakukan analisis SWOT dan penentukan bobot, untuk jelasnya dapat disajikan pada Lampiran 7. Analisis SWOT merupakan suatu alternatif dari pendekatan faktor internal

meliputi kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) serta faktor eksternal yang

meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats). 4.6.1. Internal

A. Kekuatan

1. Peran SDM Pemasaran yang Baik

Kopdit Angkara memiliki SDM yang mampu melakukan proses pemasaran. Mereka merupakan SDM yang memiliki pengetahuan tentang produk, harga sistem pengemasan dan hal-hal lainnya terkait program pemasaran produk.

2. Sistem pemasaran yang baik

SDM yang berkemampuan untuk memasarkan produk serta melakukan operasional pengelolaan bisnis membuat Kopdit Angkara mampu mewujudkan system pemasaran yang baik dan memuaskan konsumen dalam meningkatkan penghasilan Kopdit Angkara.

3. Image Masyarakat Tidak Jelek

Dengan kualitas produk dan manajemen pemasaran produk yang baik, memunculkan image masyarakat yang baik terhadap Kopdit Angkara dan

produk yang dipasarkannya. Sehingga masyarakat tetap berminat mengkonsmsi produk yang dipasarkan oleh Kopdit Angkara.

4. Kualitas Produk

Kopdit Angkara melakukan pengawasan secara ketat agar produk ikan yang dipasarkan terjaga dengan baik sampai diterima di tangan konsumen. Kopdit Angkara berkeyakinan bahwa dengan menghadirkan produk yang berkualitas akan membuat konsumen tertarik untuk terus mengkonsumsi produknya

5. Sistem Manajemen Koperasi

Kopdit Angkara telah mampu dinobatkan sebagai koperasi terbaik di asia. Hal ini dicapai tentunya karena Kopdit Angkara telah memiliki sistem manajemen koperasi yang baik dan tertata rapi. Di saat koperasi sejenis belum memiliki kantor permanen dan mayoritas berkantor di rumah pengurusnya, Kopdit Angkara telah mampu memiliki kantor sendiri dengan cukup mewah. Saat itu para pengurus berkeyakinan bahwa dengan 200 orang anggota yang bergotong royong bersama membangun kantor dapat mewujudkan keinginan untuk memiliki kantor secara permanen melalui mekanisme pinjaman sebesar Rp 7.500.000,- yang sebelumnya disetujui oleh seluruh anggota dan pengurus. Tata kelola yang baik ini pun nampak pada proses operasionalisasi produksi dan pemasaran produknya. Majalah peluang pun telah menobatkan Kopdit Angkara sebagai salah satu dari 100 koperasi besar di Indonesia.

6. Sistem Manajemen Keuangan yang baik

Pencatatan dan pengelolaan keuangan yang baik telah diterapkan oleh Kopdit Angkara dengan pengawasan yang cukup ketat. Dengan tata kelola yang baik itu memunculkan sistem manajemen keuangan yang baik, dan mampu menjaga posisi keuangan dalam kondisi yang baik tanpa terjadi alokasi pendanaan yang tidak bermanfaat atau tidak pada peruntukkannya. Sebagai contoh, dalam tempo empat bulan di tahun 2009, manajemen menaikkan aset koperasi ini senilai Rp 10 miliar dari total aset pada akhir tahun buku 2008 sebesar Rp 29 miliar. Kesehatan manejemen Kopdit Angkara juga telah diaudit akuntan independen Budiman, dan rekan Jakarta dan Induk Koperasi Kredit (Inkopdit). Hasilnya

menyimpulkan laporan keuangan Kopdit Angkara tahun 2008 disajikan secara wajar dalam semua hal material.

7. Kesediaan Tenaga Kerja

Banyaknya anggota, membuat Kopdit Angkara memiliki kesediaan tenaga kerja yang mencukupi dan siap bekerja untuk mengembangkan usaha.

8. Kecanggihan Sarana Teknologi

Beberapa perlengkapan yang digunakan para nelayan anggota Kopdit Angkara merupakan perlengkapan yang cukup memadai dan berteknologi cukup canggih, terutama pada kapal-kapal yang besar, kapal telah dilengkapi dengan ruang pembeku, ruang pendingin dan sistem navigasi serta komunikasi yang memadai.

9. Peran Kantor sebagai tempat pemasaran dan tujuan pasar

Kopdit Angkara memiliki kantor yang dapat berfungsi sebagai tempat pemasaran sehingga mampu menjangkau pasar tujuan dengan baik, dan yang terpenting adalah kantor tersebut mampu berfungsi sebagai sarana untuk menampung data dan informasi terkait dengan keinginan, selera dan kecenderungan konsumen akan produk. Sehingga Kopdit Angkara dapat menyesuaikan produknya dengan keinginan konsumen dimaksud.

10.Keahlian pegawai menghadapi persaingan

Pegawai atau SDM yang terlibat dalam operasional Kopdit Angkara merupakan SDM yang ahli dalam proses produksi dan proses pemasaran produk yang sesuai dengan keinginan dan selera konsumen. Keahlian ini tentu menjadi keunggulan bersaing yang dapat dipergunakan oleh Kopdit Angkara dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan sejenis yang selevel maupun yang lebih besar.

11.Sumber Keuangan Kuat

Kopdit Angkara dengan jumlah anggota saat ini mampu menjadi Koperasi yang memiliki keuangan yang relatif cukup kuat. Kopdit Angkara menerapkan sistem pengendalian keuangan yang ketat guna menjaga keseimbangan keuangan perusahaan dengan biaya operasional yang dibutuhkan. Kecenderungan yang harus diperhatikan Kopdit Angkara adalah senantiasa terjadinya kenaikan biaya

operasional di tahun tahun mendatang. Kuatnya keuangan kopdit Angkara disupport pula dengan adanya bantuan dari pemerintah pada tahun 2010 sebesar Rp 2 miliar.

12.Kemampuan pegawai menghadapi persaingan

Kenaikkan aset Rp 10 miliar selama empat bulan itu menciptakan optimisme manajemen meraih target omset Rp 54 miliar di akhir 2009. Sampai awal Mei 2009 ini, total aset Kopdit Angkara telah mencapai Rp 40 miliar. Perhitungan aset meliputi aktiva lancar, pinjaman yang diberikan, harta tetap dan harta bergerak.

Dengan keahlian yang dimiliki SDM Kopdit Angkara dalam operasional produksi dan pemasaran produknya semakin membuat Kopdit Angkara berkemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain. Kemampuan tersebut meliputi tersedianya keuangan yang dapat dipergunakan untuk operasional usaha, termasuk kemampuan menghadirkan produk yang unggul untuk konsumen. Kemampuan ini didukung pula oleh proses seleksi penerimaan anggota baru yang menekankan pendidikan sebagai salah satu persyaratan dan pertimbangan diterima atau tidaknya calon anggota. Setelah menjadi anggota pun, mereka akan diberikan pendidikan lanjutan sehingga memiliki kemampuan standar yang dapat dipergunakan dalam operasional usaha Kopdit Angkara.

13.Produk diminati konsumen

Produk alami yang dipasarkan Kopdit Angkara sangat diminati konsumen. Kualitas produk senantiasa dijaga sebaik mungkin sampai ke tangan konsumen. Di samping itu, harga produk yang ditawarkan pun relatif bersaing. Jenis

produk yang banyak diminati antara lain jenis Ikan Kerapu (Epinephelus merra)

dan Ikan Bawal Hitam (Formio niger) maupun Ikan Bawal Putih (Pamphus

argenlus), serta Ikan Tongkol (Euthynnus spp) ketiga jenis ikan inilah yang memberikan peningkatan pendapatan yang signifikan.

B. Kelemahan

Adanya perubahan iklim yang tidak menentu, aturan pemerintah yang tidak berpihak serta keterbatasan SDM sering memunculkan ketidakstabilan dalam volume produksi.

2. Biaya Operasi yang Besar

Keterbatasan aset menyebabkan usaha dijalankan dengan memunculkan biaya operasi yang besar. Tentu hal ini tidak akan terjadi, jika usaha dapat dijalankan dengan menggunakan aset milik sendiri.

3. Posisi Persaingan Tidak Sehat

Posisi bisnis yang tidak menjadi pemimpin pasar sering memaksa usaha berada pada posisi yang dirugikan akibat adanya persaingan yang tidak sehat. Hal ini jika dibiarkan akan memperlemah usaha dan bahkan dalam jangka panjang akan menghancurkannya.

4. Sistem promosi belum berkelanjutan

Promosi merupakan strategi yang sangat penting untuk membuat produk dapat dipasarkan dengan baik dan optimal. Promosi yang telah dilakukan koperasi dirasa belum optimal, mengingat promosi tersebut sifatnya tidak berkelanjutan. Tentu, jika menginginkan bisnis dapat berjalan dalam jangka waktu yang lama dan berkelanjutan dibutuhkan program dan strategi promosi yang berkelanjutan.

5. Sistem pengemasan belum baik

Sistem pengemasan sangat menentukan terjaganya kualitas produk. Pengemasan akan sangat disesuaikan dengan permintaan dan keinginan pemesan produk. Beberapa konsumen baik individu, perusahaan maupun negara sering menetapkan standar pengemasan tertentu. Hal ini bukan perkara mudah bagi perusahan untuk mengimplementasikannya.

6. Struktur organisasi belum sesuai dengan kebutuhan koperasi.

Banyak dan ragamnya tugas koperasi membuat koperasi membutuhkan banyak SDM dan bagian yang dapat menangani tugas dan fungsi tersebut. Saat ini koperasi belum mampu mengcover tugas dan fungsi tersebut secara optimal,

7. Bentuk insentif yang diberikan kepada karyawan

Bentuk insentif bagi para karyawan masih relatif terbatas. Tentu jika ingin usaha dapat dilakukan dengan optimal, dimana semua karyawan berkontribusi dengan baik dan memiliki kinerja yang tinggi, maka insentif bagi para karyawan harus mendapat porsi perhatian yang maksimal.

4.6.2. Eksternal

A. Peluang

1. Peran Pemerintah dalam pengamanan lsset di laut.

Sebagai negara perairan dimana lautnya begitu luas, Indonesia telah memiliki seperangkat aturan terkait dengan pengamanan aset di laut.

2. Tanggungjawab sosial koperasi terhadap karyawan dan masyarakat.

Program tanggungjawab sosial koperasi terhadap masyarakat yang selama ini dilakukan telah membuat koperasi semakin dekat dan menjadi bagian tidak