METODELOGI PENELITIAN
3.5 Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur self-regulation pada mahasiswa
UNISBA masa dewasa awal yang telah melakukan seksual sebelum menikah adalah
kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sendiri dengan bentuk
pernyataan/pertanyaan (item) dan jawaban tertutup yang mengacu pada teori
mengenai self-regulation yang dikemukakan oleh Barry J. Zimmerman.
Pertanyaan/pernyataan dan jawaban tertutup ini disebut juga closed-ended question,
closed item atau fixed-alternative, yaitu meminta responden membuat pilihan di
antara satu set alternative tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sejumlah
Page 60
sehingga responden hanya memilih salah satu atau lebih dari antara kategori respon
tersebut.
Dalam mengukur variabel self-regulation, peneliti menggunakan pendekatan
skala Likert. Skala Likert ini digunakan untuk mengukur self regulation pada
fenomena sosial. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai alat ukur untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan (Moh.
Nazir, 2005).
Skala Likert tersebut memiliki dua bentuk item, yaitu favourable (item positif)
dan unfavourable (item negatif). Item positif adalah item yang menunjukkan adanya
self-regulation (pengendalian) terhadap kontrol tingkah laku yang diharapkan.
Sedangkan item negatif adalah item yang menunjukkan sebaliknya. Semakin tinggi
angka skor tersebut menunjukkan self-regulation yang semakin kuat dalam
kemampuan pengendalian terhadap kontrol perilaku yang semakin positif.
Sebaliknya, semakin rendah skor menunjukkan self-regulation yang lemah dalam
kemampuan pengendalian terhadap kontrol perilaku yang semakin negatif.
Setiap item pada pada kelompok pernyataan tersebut mempunyai empat pilihan
jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai, Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai
(STS). Penilaian jawaban untuk item favourable adalah 4 untuk sangat sesuai, 3
untuk sesuai, 2 untuk tidak sesuai, 1 untuk sangat tidak sesuai. Penilaian jawaban
untuk item unfavourable adalah 1 untuk sangat sesuai, 2 untuk sesuai, 3 untuk tidak
Page 61
Silang pendapat mengenai perlu-tidaknya menyediakan pilihan tengah dipicu
oleh kekhawatiran sementara orang yang berpendapat bahwa bila pilihan tengah atau
netral disediakan, maka kebanyakan subyek akan cenderung untuk menempatkan
pilihannya di kategori tengah tersebut sehingga data mengenai perbedaan di antara
responden menjadi kurang informatif. Dengan kata lain dikhawatirkan respon yang
diperoleh tidak cukup bervariasi (Nussbeck, 2009).
Cara Pengerjaan Skala Self Regulation
Di dalam alat ukur ini subyek diminta untuk memberikan jawaban, dengan
memilih salah satu dari lima pilihan jawaban yang tersedia, yaitu :
SS : Sangat Sesuai S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai STS : Tidak Sesuai
Skor setiap jawaban disesuaikan dengan alternative jawaban pilihan yang tergerak
antara 1 sampai dengan 4.
Penskoran Skala Self Regulation
Untuk memudahkan menghitung statistika, data yang diperoleh ditentukan
Page 62
Tabel Penskoran skala self regulation
Pernyataan Skor item positif Skor item negatif
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Tidak Sesuai 2 3
Sesuai 3 2
Sangat Sesuai 4 1
Kisi-kisi Alat Ukur
Tabel Kisi-Kisi Alat Ukur Self-regulation pada mahasiswa UNISBA masa dewasa awal yang melakukan seks pra-nikah
Dimensi Aspek Sub Aspek Indikator No. Item
Favorable Unfavorable Self Regulation Forethought Task Analysis 2. Strategi mahasiswa dewasa awal untuk menolak melakukan seks pra-nikah dengan pacar
3. Strategi mahasiswa dewasa awal untuk menjauhi hubungan seks pra-nikah dengan pacar 1, 21, 41 2, 22, 42 11, 31, 51 12, 32, 52 Self- 1. Kemampuan 3, 23, 43 13, 33, 53
Page 63
Motivation
Belief
memotivasi diri agar tidak melakukan hubungan seks pra-nikah dengan pacar 2. Kemampuan
memotivasi diri untuk mendapatkan hasil positif karena tidak melakukan seks pra-nikah dengan pacar 3. Kemampuan
memotivasi diri untuk tidak melakukan seks pra-nikah dengan pacar 4, 24, 44 5, 25, 45 14, 34, 54 15, 35, 55 Performance or Volitional Control
Self-Control Kemampuan mahasiswa
dewasa awal untuk fokus terhadap tujuan akhir pacaran, yaitu pernikahan
6, 26, 46 16, 36, 56
Self-Observation
Kemampuan mahasiswa dewasa awal untuk menjadikan feedback dari cara-cara yang telah
Page 64
dilakukan sebagai
insight dalam
menghindar melakukan hubungan seks pra-nikah dengan pacar
Self-Reflection Self-Judgement Kemampuan mahasiswa dewasa awal membandingkan perilakunya dengan norma atau standar yang berlaku dalam pergaulan di lingkungan sekitarnya untuk tidak melakukan hubungan seks pra-nikah bersama pacar
8, 28, 48 18, 38, 58
Self-Reaction 1. Kemampuan
mahasiswa
merasakan suka atau tidak suka melakukan seks pra-nikah dengan pacar 2. Kemampuan mahasiswa dewasa awal untuk 9, 29, 49 10, 30, 50 19, 39, 59 20, 40, 60
Page 65
mengubah strategi yang lebih efektif ketika gagal menahan melakukan hubungan seks pra-nikah dengan pacar
3.5.1 Uji Alat Ukur
Hasil pengukuran dan data yang diperoleh dengan menggunakan
instrument tersebut dapat digunakan dalam penelitian jika memiliki kesahihan
ukuran (validity of a measure) dan keandalan ukuran (reliability of a
measure). Ini berarti bahwa jika data diperoleh dari satu instrument atau
teknik pengumpulan data perlu mengetahui apakah data mengindikasikan
perilaku yang diukur (bukan mengukur perilaku yang lain) dan digunakan
berulan-ulang untuk mengukur gejala (perilaku) yang sama pada responden
yang sama memberikan hasil yang sama. Maka dari itu, sebelum alat ukur
yang telah disusun dalam pengambilan data yang sebenarnya, dilakukan uji
coba coba terlebih dahulu. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
Page 66
3.5.1.a Uji Validitas
Konsep validitas merujuk pada kualitas instrumen. Instrumen yang
valid adalah instrument yang benar-benar dapat mengukur atribut psikologis
yang akan diukur. Artinya validitas memiliki pengertian derajat ketepatan
instrumen dalam mengukur atribut psikologis yang diukur. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa suatu alat ukur valid jika memiliki keterkaitan/relasi
dengan atribut yang diukur (Hasanuddin Noor, 2009 : 137).
Dalam penelitian ini, atribut psikologis yang diukur adalah
self-regulasi yang instrumennya non-test, yaitu jawabannya tidak ada yang “salah
atau benar” sehingga peneliti menggunakan uji validitas konstruk. Sutrisno
Hadi (1986) menyamakan construct validity sama dengan logical validity atau
validity by definition. Instrumen yang mempunyai validitas konstruksi, jika
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala (perilaku) sesuai
dengan yang didefinisikan. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari
mana populasi diambil. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas
konstruksi dilakukan dengan analisis faktor (indikator), yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor item instrument dalam suatu faktor dan
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Apabila korelasi tiap faktor
tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas, maka faktor tersebut merupakan
konstruk yang kuat. Jadi, berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan
bahwa instrument tersebut memiliki validitas konstruksi yang kuat. Bila
Page 67
tersebut tidak valid shingga harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2012
:172-174).
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
konstruk (Construct Validity). Menurut Jack R. Fraenkel (dalam Siregar
2010:163) validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding
dengan validitas lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk
validitas isi dan validitas kriteria. Uji Validitas digunakan rumus korelasi
Product Moment sebagai berikut.
[ ∑ ∑ ∑ ∑ ]
∑ ∑ ∑
− − − = 2 2 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( ) ( Y Y n X X n Y X XY n rxyDimana: rxy = koefisien korelasi suatu butir/item
N = jumlah subyek
X = skor suatu butir/item
Y = skor total (Arikunto, 2005: 72)
Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari
rumus di atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya.
8.5.1.b Uji Reliabilitas
Konsep reliabilitas berlandaskan pada konsistensi skor yang dicapai
individu yang sama dalam atribut psikologis yang sama,walaupun diukur
dalam waktu yang berbeda ataukah menggunakan instrumen yang berbeda
Page 68
Dalam pengujian reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan teknik
belah dua dari Spearman Brown (Split Half). Suatu instrumen dinyatakan
reliable bila koefisien reliabilitasnya minimal 0,6 (Sugiono, 2012 : 184).
Rumus Spearman Brown :
Keterangan :
ri = realibilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Dalam menguji reliabilitas digunakan uji konsistensi internal dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.
− − =
∑
2 2 11 1 1 t b V k k r σ , (Arikunto, 1999: 193)Dimana: r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
2b
σ = jumlah varian butir/item
2
t
V = varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan
menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.
r1 = 2rb__ 1 + rb
Page 69
Tabel 3.5.1
Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Cronbach
Alpha Tingkat Reliabilitas 0,00 – 0,20 Kurang Reliabel
0,21 – 0,40 Agak Reliabel
0,41 – 0,60 Cukup Reliabel
0,61 – 0,80 Reliabel
0,81 – 1,00 Sangat Reliabel