• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alexis de Tocqueville: Penemu Teori Demokrasi

aBaD KE­19 memiliki ciri khas yang unik dalam sejarah pe­ mikiran. Sejak dimulainya zaman baru eksplorasi ilmu pe­ ngetahuan dan zaman pencerahan di abad ke­16, pemikir­pemikir besar yang tampil dengan gagasan­gagasan baru tentang ma nu­ sia­dan­masyarakat­adalah­kaum­filsuf,­moralis,­dan­sas­trawan.­ Kecenderungan semacam ini berlangsung hingga akhir abad ke­18, yang melahirkan tokoh­tokoh seperti Voltaire, Rousseau, Adam­ Smith,­ Hume,­ Kant,­ Montesquieu,­ dan­ Locke.­ Secara­ politik, abad ini berakhir dengan dua revolusi besar, yaitu Re­ volusi amerika (1776) dan Revolusi Prancis (1789), dua peris­ tiwa sejarah yang mengubah dunia dan berhubungan erat de­ ngan arus pemikiran saat itu.

Pada umumnya, tokoh­tokoh dari zaman ini mendasarkan pemikiran­ mereka­ pada­ penelaahan­ filosofis­ yang­ mendalam­ tentang manusia dan masyarakat serta menjadikan telaah ini sebagai asumsi­asumsi dasar dalam menjelaskan realitas di sekeliling mereka. untuk itu, tidak jarang mereka harus ber kutat dalam dunia epistemologis yang rumit untuk mengerti lebih jauh tentang hakikat manusia, sebab pada umumnya me reka meng­ anggap bahwa manusia dan realitas hanya dapat di mengerti dari apa yang diketahuinya, dari kesadaran dan pengetahuan yang

155

ALExIS DE TOCqUEvILLE: PENEMU TEORI DEMOKRASI

diperolehnya. Kalau toh tokoh­tokoh ini ber bicara mengenai de­ mokrasi, seperti Locke, hume, dan Rousseau, biasanya mereka berbicara pada tingkat asumsi dan hak­hak dasar, seperti hak­hak alamiah (natural rights), manfaat dan hakikat ke be­ basan, kehendak umum, dan legiti masi serta moralitas hukum yang mengikat masyarakat. Jika me reka membahas sistem eko­ nomi dan kesejahteraan masya rakat, seperti adam Smith, pada umumnya mereka masuk ke wila yah hukum­hukum dasar, peran kebebasan, dan hakikat moralitas ekonomi.

Kaum pemikir di abad ke­19 memang tidak meninggalkan semua ciri khas pemikiran seperti itu. Seperti kata Isaac Newton, dalam dunia pemikiran, seorang tokoh berdiri di pun­ dak tokoh­tokoh pemikir sebelumnya. tokoh­tokoh pemikir abad ke­19 seperti hegel, Marx, Spencer, Nietzsche, dan Comte masih berkutat dengan pertanyaan­pertanyaan dari zaman selumnya. Dari sini, sebagian dari mereka, dengan caranya masing­masing, mengembangkan kerangka besar yang melihat manusia sebagai bagian sejarah yang bergerak menurut hukum­hukumnya sendiri. Bisa dikatakan bahwa tokoh­tokoh ini adalah system builders, kaum pemikir yang membangun sistem gagasan yang utuh dan menyeluruh yang dapat diguna­ kan untuk menjelaskan setiap segi dari manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan sejarah. hegel, Comte, dan Marx adalah contoh terbaik dari kecenderungan ini.

Alexis­ de­ Tocqueville­ adalah­ pemikir­ besar­ Prancis­ yang­ men jadi bagian dari tradisi abad ke­19. Namun uniknya, ia ti­ dak larut dalam semangat zaman itu untuk membuat sistem be sar. Dalam karya­karyanya, tidak kita temukan kutipan­kutipan dari hegel maupun Comte. Bahkan manakala ia berbicara ten­ tang kelas sosial­ekonomi dan menjelaskan revolusi Prancis, ti­ dak ada referensi satu pun tentang Marx, walaupun ia hidup se za man dengan pemikir Jerman ini. Dalam menolak arus kons­ truksi­ sistem­ besar­ seperti­ itu,­ Tocqueville­ tidak­ kembali­ ke­

BAB I: INDIvIDUALISME DAN UTOPIA

156

zaman sebelumnya, tetapi membuat tradisi baru dalam studi sosial, yang kemudian akan diteruskan oleh tokoh seperti Weber dan Durkheim di akhir abad ke­19 dan awal abad ke­20. (Ke­ dua tokoh terakhir ini kemudian disebut sebagai peletak da sar sebuah displin baru dalam ilmu pengetahuan, yaitu so siologi.) Dengan­ tradisi­ baru­ ini,­ Tocqueville­ mulai­ menjelaskan­ realitas­ tidak­ dengan­ asumsi­asumsi­ filosofis,­ tetapi­ langsung­ meneliti aspek­aspek mikro kehidupan pada masyarakat yang diamatinya. Di amerika, penelitian awal yang dilakukannya justru mengenai sistem penjara di negara­negara bagian New England serta pola kehidupan dan pemerintahan lokal di beberapa counties (kabupaten) dan townships (kecamatan) yang terpencil. Dia tidak berangkat dari ide­ide besar, dengan metode berpikir deduktif, namun dengan tekun dan kreatif melihat dan mem pelajari pola pengelompokan sosial, kebuda­ yaan dan adat kebiasaan lokal serta interaksi ekonomi dari masyarakat yang diamatinya. Dalam mempelajari sebab­musabab revolusi Prancis ia menghabiskan waktunya di beberapa kantor peme rintahan tingkat lokal untuk mempelajari arsip­arsip dari masa lalu yang menyimpan bukti­bukti tertulis tentang perubah­ an pola kekuasaan, kecenderungan sentralisasi, dan bergesernya karakter kelas sosial dalam masyarakat.

Dari metode studi semacam itulah, selama sembilan bulan di amerika Serikat (1831­1832), lahir karya besarnya yang pertama De la démocratic en Amérique (Demokrasi di ame­ rika).­Setelah­itu­Tocqueville­masih­melahirkan­beberapa­karya­ lagi, namun yang paling berpengaruh adalah kajiannya ten tang Revolusi Prancis, L’Ancien régime et la révolution (Re zim Lama dan Revolusi Prancis). Pemikiran dalam karya­karya ini, terutama tentang demokrasi, memengaruhi berbagai aliran pe­ mikiran hingga saat ini. tema­tema kontem porer dalam studi politik dan sosiologi tentang masyarakat sipil, kelembagaan de­ mokrasi, persamaan, pengaruh agama dan kebudayaan da lam

157

ALExIS DE TOCqUEvILLE: PENEMU TEORI DEMOKRASI

perilaku politik dan sistem pemerintahan tidak mungkin di me­ ngerti akar­akarnya dengan baik tanpa mengkaji kembali pemi­ kiran aristokrat Prancis ini. Bahkan di amerika Serikat, kaum pemikir dan pembuat kebijakan yang sekarang dianggap paling berpengaruh di Washington DC, yaitu kaum neokon servatif, dalam­ banyak­ hal­ diinspirasikan­ oleh­ pemikiran­ Tocqueville­ ten tang hakikat demokrasi serta hubungan antara sistem komer­ sial dan peran agama.

***

Pemikiran­ Tocqueville­ tentang­ demokrasi­ bertumpu­ pada­ pertanyaan: mengapa demokrasi di amerika bersifat liberal? Mengapa amerika berhasil menghindari perangkap anarki di satu pihak, dan pelanggengan kekuasaan aristokrasi di pihak lain, sebagaimana yang terjadi di Prancis? Mengapa demo krasi amerika berbeda dengan Inggris? apa yang menjadi keunikan dan kekuatan demokrasi amerika?

Terhadap­ pertanyaan­ semacam­ itu,­ Tocqueville­ mengawali­ pen jelasannya dengan konsep persamaan, equality. Di amerika, dan juga di banyak negeri Eropa, proses industrialisasi dan ko mer­ siali sasi yang saat itu mulai berlangsung dengan pesat telah meng­ ubah struktur interaksi masyarakat. Feodalisme, sistem sentralisasi ke kuasaan, dan aristokrasi sebagai kelas sosial mu lai pudar. Se ba­ gai gantinya adalah proses urbanisasi, mo bilitas sosial yang tinggi, dan semakin tercerabutnya manusia modern dari kaitan dan akar­akar sosial lama. Dalam rezim lama, manusia di kungkung oleh posisi sosialnya yang tak mungkin berubah. anak seorang pe tani juga akan menjadi petani, berikut semua atri but sosialnya. Demikian pula, keturunan seorang aristokrat akan tetap menjadi aristokrat, dengan segala warisan tanah dan pe kerja yang menjadi miliknya. Dengan pudarnya sistem ini ma nusia menjadi individu merdeka, sama dengan individu­individu lain nya, dan terbuka untuk bersaing dalam kehidupan di kota un tuk mencari kehidupan

BAB I: INDIvIDUALISME DAN UTOPIA

158

yang lebih baik. Kalau dalam sistem feo dal sebelumnya semua anggota masya rakat diikat oleh je ja ring an yang sudah baku, dalam sistem baru ini mereka menjadi individu­individu yang bebas memilih: komunalisme berganti men jadi individualisme.

Persamaan inilah yang menjadi dasarnya demokrasi. Bah­ kan­ Tocqueville­ kadang­ menggunakan­ kata­ “persamaan”­ dan­ “demokrasi” secara bergantian. Keduanya adalah dua sisi mata­ uang yang sama.

Sebagai­ bagian­ dari­ kaum­ aristokrat­ Prancis,­ Tocqueville­ melihat proses menguatnya demokrasi tidak dengan hitam putih. Dalam uraiannya, kita bisa melihat harapan dan antusias­ me, tetapi juga pesimisme, kecemasan, dan ironi terhadap merebaknya demokrasi, persamaan, dan individualisme. Justru di sinilah terletak salah satu daya tarik pemikirannya.

Dalam­satu­hal,­menurut­Tocqueville,­karena­posisi­in­di­vi­du­ sama dengan yang lainnya, dan karena tidak ada lagi yang mam­ pu berkuasa sebagaimana kekuasaan kaum aristokrat se be lum­ nya, kebutuhan akan kekuasaan negara akan meningkat. Ne gara, atau pemerintah, akan menjadi sangat dominan, dan cen derung menumbuhkan bentuk tirani baru, yaitu tirani mayo ritas.

Dalam hal lain lagi, sistem persamaan dalam konteks ma­ syarakat komersial cenderung membuat individu hanya mencari kebahagiaan sesaat, dan bersaing mencari keuntungan bagi di­ rinya sendiri. Masyarakat akan berisi manusia­manusia me­ dioker, tanpa keagungan, keberanian dan heroisme, serta tanpa hasrat mencari kejayaan bagi negerinya. yang penting ada lah perdamaian dan kesejahteraan dan sebuah situasi di mana anggota­anggota masyarakat dapat bekerja dengan te nang men­ cari hidup dan kebahagiaan.

Jadi, walaupun demokrasi dan persamaan adalah gejala uni versal dan pasti akan menjadi bagian dari masa depan umat manusia,­Tocqueville­menganggapnya­sebagai­pedang­bermata­ dua. Dan baginya, keunikan dan kekuatan demokrasi di ame­

159

ALExIS DE TOCqUEvILLE: PENEMU TEORI DEMOKRASI

rika adalah karena di negeri baru ini sisi negatif dari proses persarnaan seperti itu dapat dilembutkan oleh tiga faktor, yaitu geografi,­lembaga­politik­dan­pemerintahan,­serta­kebudayaan­ dan adat­istiadat lokal. Kombinasi ketiga faktor inilah yang tidak ada di Eropa yang juga mengalami proses industrialisasi dan komersialisasi.

Dalam­ soal­ geografi,­ Amerika­ adalah­ benua­ baru­ yang­ menjanjikan kecukupan bagi penduduknya. Dari Pantai timur ke Pantai Barat, penduduk amerika tidak perlu khawatir akan tekanan lahan yang sempit, mereka bisa berekspansi ke Barat tanpa henti untuk mencari lahan dan penghidupan baru. Selain itu, wilayah ini dipersatukan oleh negara yang sama, tanpa po­ tensi pesaing dari negara­negara tetangganya. Di Eropa, Inggris harus mewaspadai Prancis, yang harus pula memantau Prusia dan austria. Italia, Polandia, Spanyol, dan lainnya, harus terus merasa terancam oleh pergerakan politik di tiga negara terbesar dan terkuat ini. Proses sejarah politik di Eropa hanya berputar di persoalan semacam itu: perang dan damai oleh negara­negara he gemon. Di amerika, persoalan semacam ini bisa dikatakan ti dak pernah menjadi bagian dari sejarah mereka, dan karena itu kekhawatiran terhadap perang besar juga bersifat mi nimal. Perang adalah sebab utama sentralisasi politik dan ekspansi birokrasi. Karena ancaman perang, masyarakat bergantung pada negara sebagai instrumen utama. Dan untuk itu, negara harus memungut pajak. untuk memungut pajak, negara harus mengembangkan aparat pemungut pajak dan birokrasi. De­ mikian seterusnya. hal inilah yang menjelaskan mengapa sen­ tralisasi pemerintahan di Prancis berlangsung dengan eks pan­ sif. Di amerika, karena ketiadaan hal tersebut, sentrali sasi ber lang sung minimal dan sistem pemerintahan tumbuh de ngan mengadaptasi kebutuhan lokal.

hal itulah yang menjelaskan mengapa kelembagaan politik amerika bertumpu pada sistem desentralisasi (federalisme), di

BAB I: INDIvIDUALISME DAN UTOPIA

160

mana keputusan­keputusan penting dalam pemerintahan lebih banyak dilakukan di tingkat lokal. Sistem inilah yang mendorong merebaknya semangat partisipatoris dalam masyarakat. Tocqueville­mengamati­betapa­di­kota­kota­kecil­Amerika­sema­ ngat partisipasi publik begitu tinggi. Mereka terlibat dalam begitu banyak kegiatan sosial dan politik lokal, sebagaimana

mereka juga terlibat dalam acara­acara keagamaan. Semangat

dan keterlibatan semacam ini menjadi counter-balance yang po sitif terhadap kecenderungan negatif yang melekat pada de­ mokrasi dan sistem persamaan.

Dalam­soal­kebudayaan­dan­adat­istiadat­lokal,­Tocqueville­ melihat sebuah kebetulan sejarah yang menguntungkan ame­ rika: penduduknya berbicara dalam bahasa yang sama, berimi­ grasi dari negeri yang relatif sama, dan dengan agama yang sama. Dalam soal agama, imigran­imigran awal amerika umum­ nya adalah kaum puritan, dengan kode moral yang mendorong individu untuk bekerja keras, membangun solidaritas, disiplin, dan kemandirian. Nilai­nilai semacarn inilah yang hidup dan men jadi sumber motivasi dalam aktivitas lokal, bahkan di daerah­daerah terpencil sekalipun. (Setengah abad setelah Tocqueville,­Max­Weber­mengembangkan­analisis­semacam­ini­ untuk membahas sistem kapitalisme dan hubungannya dengan nilai­nilai keagamaan.)

Jadi, singkatnya, demokrasi amerika adalah contoh dari sebuah sistem politik baru yang dihasilkan oleh proses per­ ubahan masyarakat modern, namun yang di dalam dirinya me­ ngan dung unsur­unsur yang memperkuat bangunan demokrasi itu sendiri. Dengan studinya yang pada zaman itu adalah se­ buah­ terobosan­ baru,­ Tocqueville­ memperlihatkan­ bagaimana­ sistem demokrasi harus dimengerti, dievaluasi, dan dijadikan model pemerintahan bagi negeri­negeri lainnya.

161

ALExIS DE TOCqUEvILLE: PENEMU TEORI DEMOKRASI

Penerbitan buku yang memuat bunga rampai pemikiran Tocqueville­ ini­ patut­ disambut­ baik.­ Setelah­ jatuhnya­ peme­ rintahan Orde Baru, Indonesia memasuki masa transisi dan berada dalam sebuah proses panjang yang sering disebut sebagai masa konsolidasi demokrasi. Kita sudah melangkah cu­ kup jauh, namun satu hal yang masih terasa amat kurang ada­ lah studi dan pemikiran tentang demokrasi itu sendiri sebagai sebuah sistem pemerintahan.

Dalam berbagai diskusi publik, masih terjadi kebingungan dan convoluted thinking mengenai esensi dan faktor­faktor yang menentukan kuat­tidaknya sebuah sistem demokrasi. hal ini terjadi mungkin karena bacaan­bacaan yang menarik dan bermanfaat dalam tema demokrasi dan proses politik memang masih sangat sedikit di negeri kita.

Karena itulah, saya berharap agar buku ini dapat mem per­ kaya khazanah intelektual kita dan mendorong kejelasan ber­ pikir mengenai seluk­beluk sistem demokrasi. Walaupun di la­ hirkan­hampir­dua­abad­lalu,­pemikiran­Alexis­de­Tocqueville­ saat ini masih menarik dan relevan untuk dibaca oleh semua kalangan.

163

ALExIS DE TOCqUEvILLE: PENEMU TEORI DEMOKRASI

B A B I I

Pertimbangkan