• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Aliran Pendidikan Islam

3. Aliran Pragmatis

Ibnu Khaldun adalah tokoh satu-satunya dari aliran ini. Dilihat dari sudut pandang tujuan pendidikan, lebih banyak bersifat pragmatis dan lebih berorientasi pada aplikatif praktis. Dia mengklasifikasi ilmu pengetahuan berdasar tujuan fungsionalnya, bukan berdasar nilai subtansinya semata.

158

Dengan hal itu, ia membagi ragam ilmu yang perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan menjadi dua bagian:

a. Ilmu-ilmu yang bernilai instrinsik, semisal ilmu-ilmu syari‟at: tafsir, hadis, fikih, kalam, ontologi dan teologi dari cabang filsafat.

b. Ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik-instrumental bagi ilmu-ilmu jenis pertama, semisal kebahasa-Araban, ilmu hitung dan sejenisnya bagi ilmu syar‟i, logika, bagi filsafat dan bahkan menurut ulama‟ muta‟akhirin, dimasukkan pula ilmu kalam dan usul fikih.159

Hal ini senada dengan pendapat Maragustam Siregar dengan menyatakan bahwa sudut pandang Ibnu Khaldun di bidang pendidikan lebih banyak bersifat pragmatis dan lebih berorientasi pada aplikatif praktis.160

Berangkat dari orientasi kepraktisan, Ibnu Khaldun mengecam kalangan ahli nahwu, ahli logika dan ahli fikih masanya. Karena telah memperluas lingkup kajian dan memperbanyak topik bahasan dan argumentasi bagi disiplin ilmu mereka hingga keluar dari maksud semula sebagai ilmu bantu menjadi ilmu intrisik. Menurut Ibnu Khaldun hal ini telah berdampak negatif bagi para murid secara umum. Sebab para murid semestinya lebih banyak perhatian pada ilmu-ilmu instrisik dibandingkan ilmu instrumental. Dengan banyak disibukkan dalam memperoleh ilmu bantu kapan mereka

159 Muhamad Jawad Ridla, Tiga... hlm. 104-105.

160 Maragustam Siregar, Mencetak Pembelajar menjadi Insan Paripurna (Falsafah Pendidikan Islam) (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), hlm. 103.

berkesempatan memperoleh ilmu instrisik.161 Terdapat dua sumber utama ilmu yang diutarakan Ibnu Khaldun: Pertama, bersifat alamiah yaitu ilmu yang diperoleh manusia melalui olah pikir rasio. Kedua, bersifat sosiologis yaitu ilmu yang diperoleh manusia merupakan hasil transmisi dari satu generasi kegenerasi berikutnya melalui cara indoktrinasi dan pengajaran.162 Jenis pertama adalah ilmu-ilmu teosofis yaitu ilmu-ilmu yang bisa diperoleh manusia melalui olah pikirnya. Dan jenis kedua adalah ilmu-ilmu transmitif-tradisional yakni ilmu-ilmu yang berasal dari syar‟i (Al-Qur‟an dan As-Sunnah) dan ilmu-ilmu yang terkait dengannya. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu kebahasa-Araban, mengingat bahasa Arab merupakan bahasa agama dan Al-Qur‟an.163

Pola klasifikasi kedua yang diperkenalkan Ibnu Khaldun itu memiliki arti penting tersendiri. Sebab ia menjadikan kealamiahan/ kodrati sebagai salah satu sumber pengetahhuan rasional. Ia membebaskan rasio dari kungkungan naql (dogma dan tradisi) dan menjadikannya sebagai sumber otonom pengetahuan serta mendorong penggunaan daya pikir untuk mengkaji fenomena alam dan hukum-hukum yang mengaturnya.164 Ibnu Khaldun memperjelas pendapatnya tersebut dengan pernyataan bahwa daya pikir manusia merupakan karya cipta khusus yang telah didesain Tuhan,

161 Muhamad Jawad Ridla, Tiga... hlm. 106.

162 Muhamad Jawad Ridla, Tiga... hlm. 106.

163 Muhamad Jawad Ridla, Tiga... hlm. 106-107.

164

sebagaimana terhadap ciptaan-ciptaan yang lain.165 Aliran pragmatis yang digulirkan Ibnu Khaldun merupakan wacana baru dalam pemikiran pendidikan Islam. Bila kalangan konservatif mempersempit ruang lingkup sekuler dihadapan rasionalitas Islam dalam mengaitkannya secara kaku dengan pemikiran atau warisan salaf sedangkan kalangan rasionalis dalam sistem pendidikan berpikiran idealistik sehingga memasukan semua disiplin keilmuan yang dianggap subtantif bernilai, maka Ibnu Khaldun mengakomodir ragam keilmuan yang nyata terkait dengan kebutuhan langsung manusia, baik berupa kebutuhan spiritual-rohaniah maupun kebutuhan material.166

Ibnu Khaldun adalah juga seorang filosof sejarah yang berbakat dan cendekiawan terbesar pada zamannya, salah seorang pemikir terkemuka yang pernah dilahirkan. Beliau adalah seorang pendiri ilmu pengetahuan sosiologi yang secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata.167

Dari paparan di atas dapat kita pahami aliran ini memandang bahwa tujuan pendidikan, lebih banyak bersifat pragmatis dan lebih berorientasi pada aplikatif praktis. Ibnu Khaldun mengklasifikasi ilmu pengetahuan berdasar tujuan fungsionalnya, bukan berdasar nilai subtansinya semata. Menurut Ibnu

165 Muhamad Jawad Ridla, Tiga... hlm. 107.

166 Muhamad Jawad Ridla, Tiga... hlm. 109.

167

Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-semata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani yang akan terus berkembang.

Ketiga aliran pendidikan Islam diatas tidak lahir dengan sendirinya, akan tetapi lahir dari hasil pemikiran para filosof yang sekaligus ahli pendidikan. Mereka menawarkan konsep pendidikan sesuai pada konteks dan problematika yang terjadi pada zamannya. Dan dalam rentang waktu yang dilaluinya, sehingga kemudian melahirkan berbagai pandangan (aliran) dalam pendidikan Islam. Aliran-aliran tersebut, kemudian sedikit banyak memberikan pengaruh pada pengembangan pendidikan Islam di zaman selanjutnya hingga sekarang.

118 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sebagai suatu analisis filosofis terhadap pemikiran seorang tokoh dalam waktu tertentu dimasa lampau, maka secara metodologis penelitian ini adalah kualitatif diarahkan kepada eksplorasi kajian pustaka (library research), yakni bersifat statement atau pernyataan yang dikemukakan oleh para cendekiawan sebelumnya.1 Jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yang sebagian tugas penelitiannya berada di perpustakaan, mencari berbagai sumber literatur berkaitan dengan permasalahan yang hendak diteliti.2 Uraian yang digunakan bersifat deskriptif analisis yaitu berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.3 Objek yang dipilih adalah hasil kajian tertulis yang dilakukan oleh Imam Suprayogo dan Azyumardi Azra dalam bidang pemikiran pendidikan Islam. Kemudian menelaah buku-buku kepustakaan, artikel, internet dan lain sebagainya yang relevan dengan judul tesis ini.

1

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2009), hlm. 164.

2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 34.