• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Madrasah Dalam Pengembangan Pendidikan Islam

Keberadaan madrasah dengan berbagai macam tuntutan tidak serta merta berjalan mulus, namun banyak menghadapi kendala. Disatu sisi, madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai jumlah siswa yang signifikan dari total populasi siswa ditingkat dasar dan menengah. Dan disisi lain, jumlah yang besar tersebut, madrasah ternyata kurang mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah. Akibat dari perlakuan negatif inilah madrasah menghadapi kesulitan dan terisolasi dari arus modernisasi. Sikap diskriminatif ini mengakibatkan pendidikan madrasah terdorong menjadi milik masyarakat pinggiran (pedesaan). Pendidikan madrasah selama ini seakan-akan tersisih dari mainstream pendidikan nasional. Akibatnya, madrasah sebagai pendatang baru dalam sistem pendidikan nasional cenderung menghadapi berbagai kendala, baik dalam hal mutu pendidikan, manajemen, dan kurikulum.35 Namun demikian, madrasah masih banyak menyimpan potensi dan nilai positif yang dapat dikembangkan jika dilakukan pembaharuan dan modernisasi sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Keadaan ini bukan lantas sebagai penghambat untuk menata diri dengan mengkonstruksi operasional pendidikan secara progresif. Madrasah tidak punya pilihan lain kecuali meningkatkan kualitas pendidikannya.

35

Dilihat dari segi karateristiknya, pada dasarnya madrasah di Indonesia bersifat populis (merakyat). Misalnya, segi populis karakteristiknya adalah karena madrasah di Indonesia pada umumnya tumbuh dan berkembang atas inisiatif tokoh masyarakat yang peduli, terutama para ulama yang membawa gagasan pembaharuan pendidikan, setelah mereka kembali dari menuntut ilmu di Timur Tengah. Perubahan dan inovasi itu sendiri hanyalah sebagai alat bukan tujuan. Apa yang dituju oleh perubahan dan inovasi itu adalah peningkatan mutu pendidikan.36

Selain itu, secara teknis madrasah mempunyai kesamaan dengan sekolah, tetapi dilihat dari karakteristiknya sebenarnya ada perbedaan, madrasah sangat menonjolkan nilai religius masyarakatnya, sementara sekolah merupakan lembaga pendidikan umum dengan pelajaran universal dan terpengaruh iklim pencerahan Barat. Dalam pendidikan Islam di madrasah ada suatu misi rohani yang menekankan akan tugas pokok manusia yaitu menegakkan kebaikan dan mencegah maksiat.37

Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dilatar belakangi oleh empat hal. Pertama, realisasi dari pembaharuan pendidikan Islam. Kedua, penyempurnaan sistem pendidikan pesantren agar memperoleh kesempatan yang sama dengan pendidikan sekolah umum. Ketiga, keinginan sebagian kalangan

36 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen

Kelembagaan, Kurikulum Hingga Strategi Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009),

hlm. 25.

37

santri terhadap model pendidikan Barat. Keempat, upaya menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren dan sistem pendidikan Barat.38

Menurut Eneng K Rukiati kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai beberapa latar belakang, di antaranya:

1. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam 2. Usaha penyempurnaan terhadap sistem pendidikan yang lebih memungkinkan

lulusannya memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah secara umum 3. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya santri

yang terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan modern dari hasil akulturasi.39

Sedangkan menurut Muhaimin setidaknya ada dua faktor penting dalam melatarbelakangi kemunculan madrasah, yaitu: pertama, adanya pandangan yang mengatakan bahwa sistem pendidikan tradisional dirasakan kurang bisa memenuhi kebutuhan pragmatis masyarakat; kedua, adanya kekhawatiran atas cepatnya perkembangan persekolahan Belanda yang akan menimbulkan pemikiran sekular di masyarakat.40

Jadi kalau dilihat dari sejarahnya madrasah dalam tradisi pendidikan Islam di Indonesia tergolong fenomena modern yaitu dimulai sekitar abad 20. Madrasah di Indonesia dianggap sebagai perkembangan lanjut atau pembaharuan pendidikan pesantren dan surau. Latar belakang pertumbuhan madrasah di Indonesia dapat dikembalikan pada dua dimensi yaitu, gerakan pembaharuan

38 Maksum, Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 82.

39 Eneng K Rukiati dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 2006 ), hlm. 115.

40

Islam di Indonesia dan adanya respon pendidikan islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia Belanda.

Madrasah merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang di dalam kurikulumnya memuat materi pelajaran agama dan pelajaran umum, dimana mata pelajaran agama pada madrasah lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran agama pada sekolah umum.41 Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa madrasah merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang di dalam kurikulumnya memuat materi pelajaran agama dan pelajaran umum, dimana mata pelajaran agama pada madrasah lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran agama pada sekolah umum. Inilah yang menjadi ciri khas dari kurikulum madrasah yang diharapkan akan melahirkan anak didik yang mempunyai kekuatan iman dan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pentingnya madrasah sebagai lembaga pendidikan dasar dan menengah bagi masa depan umat Islam di Indonesia, kiranya tidak perlu diperdebatkan lagi. Madrasah, yang sampai saat ini jumlahnya ribuan di seluruh Indonesia, masih tetap menjadi tumpuan harapan sebagian besar umat Islam yang menginginkan anak-anak mereka „berbahagia di dunia dan berbahagia di akhirat‟. Artinya, menguasai ilmu dunia dan ilmu akhirat sekaligus, sesuatu yang menurut mereka, tidak atau belum dapat diberikan oleh sekolah.

41 Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga- Lembaga Pendidikan Islam di

Menurut Abd. Rachman Assegaf, realitas pendidikan di madrasah saat ini bisa dibilang telah mengalami masa intellectual deadlock. Diantara indikasinya adalah; pertama, minimnya upaya pembaharuan, kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan pada pendekatan intelektualisme-verbalistik dan menegaskan pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru-murid. Keempat, orientasi pendidikan Islam menitikberatkan pada pembentukan abd atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim sebagai khalifah Allah di bumi.42

Sejalan dengan perkembangan Indonesia, madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam juga terus berkembang namun perkembangan itu cukup eksklusif, di mana aksentuasi pada pengetahuan keagamaan (Islam) lebih diutamakan. Hal ini juga yang menyebabkan perkembangan madrasah hanya pada kantong-kantong masyarakat Islam.

Madrasah merupakan peta utama atau sebagai satu-satunya peta untuk pulau harta karun yang merasuk pada pikiran anak didik sendiri.43 Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam diharapkan mampu memperjuangkan dan

42 Abd. Rachman Assegaf, Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi, dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), hlm. 8-9.

43

mewujudkan pendidikan Islam. Di antara sekian banyak tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan para ahli, Moh Shofan menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam bukan saja diarahkan menjadi manusia dalam bentuk mengamalkan ajaran beragama dan berakhlak mulia, melainkan juga mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.44 Potensi yang harus dikembangkan terutama aspek fisik, psikis, intelektual, kepribadian, dan sosial sesuai dengan tuntutan kehidupan, kemajuan ilmu dan budaya, perkembangan masyarakat serta harapan ajaran Islam itu sendiri, terutama dalam menjadikannya mampu menunaikan tugas sebagai khalifah dan insan yang mengabdi kepada Allah SWT.

Dengan percepatan arus reformasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Demikian halnya dengan sistem pendidikan, sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional maupun global. Diantara komponen penting dalam sistem pendidikan itu adalah kurikulum,45 yang akan menjadi acuan bagi penyelenggara maupun pengelola pendidikan di Indonesia ini.

Pengembangan program pendidikan diorientasikan pada upaya penyiapan peserta didik yang siap pakai. Untuk siap pakai itu diperlukan special skill atau ketrampilan/keahlian khusus sesuai dengan konsentrasi studinya yang

44 Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik; Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi

Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ircisod , 2004), hlm. 63.

45

programnya dikembangkan dengan melibatkan para users, kelompok atau organisasi profesi atau stakeholders lainnya.46 Namun demikian, menurut Muhaimin tidak hanya special skill yang dibutuhkan tetapi juga life skill dan

leader life skill agar mereka mampu menghadapi problema hidup dan

kehidupannya secara wajar, mampu mengelola serta memimpin dirinya untuk melihat kebutuhan dan mencari peluang yang dapat mengarahkan dirinya untuk dapat menjalankan fungsinya dalam hidup di dunia ini.47

Melihat realitas di atas kiranya kita sepakat dengan pendapatnya Muhaimin yang memandang bahwa madrasah perlu dikembangkan untuk memenuhi tiga tuntutan minimal, yaitu (1) bagaimana menjadikan madrasah sebagai wahana untuk membina ruh atau praktik hidup keislaman; (2) bagaimana memperkokoh keberadaan madrasah sehingga sederajat dengan sistem sekolah; (3) bagaimana madrasah mampu merespons tuntutan masa depan guna mengantisipasi perkembangan ipteks dan era globalisasi.48

Dari uraian di atas dapat dipahami madrasah dituntut untuk melakukan upaya penyiapan peserta didik yang siap pakai. Untuk siap pakai itu diperlukan keterampilan/keahlian. Mereka juga harus mampu menghadapi problema hidup dan kehidupannya secara wajar, mampu mengelola serta memimpin dirinya untuk

46 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan (Bandung: Nuansa, 2003), hlm. 155.

47 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam... hlm. 155.

48

melihat kebutuhan dan mencari peluang yang dapat mengarahkan dirinya untuk dapat menjalankan fungsinya dalam hidup di dunia ini.

Hal tersebut seiring dengan persepsi masyarakat terhadap madrasah di era modern belakangan ini, semakin menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang unik. Disaat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, dan disaat perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu gerbangnya, keberadaan madrasah tampak makin dibutuhkan orang. Untuk mewujudkan harapan semua pihak, madrasah harus melakukan perubahan disemua lini, baik mengenai peningkatan mutu pendidikan yang mencakup kurikulum, materi, metode, sarana pendidikan, dan evaluasi.49 Oleh karena itu peningkatan kualitas SDM madrasah juga harus mencakup kepala, komite, guru, dan pihak-pihak yang terkait dengan madrasah. Dengan semakin meningkatnya kualitas SDM akan semakin meningkatkan minat masyarakat terhadap madrasah, ia dipandang bukan lagi hanya merupakan lembaga transmisi ilmu-ilmu keagamaan Islam, melainkan juga tempat untuk menanamkan apresiasi bahkan juga menaburkan bibit-bibit penguasaan, ketrampilan dan keahlian dalam bidang sains-teknologi.

Madrasah dituntut membenahi diri dengan memperbaharui programnya dengan program yang lebih cerdas berdasarkan kebutuhan kekinian, baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan iman dan taqwa. Madrasah harus mampu bersaing dengan lembaga lain, karena madrasah

49 Sutrisno, Pendidikan Islam Yang Menghidupkan, Studi Kritis Terhadap Pemikiran Fazlur Rahman (Yogyakarta: Kota Kembang, 2006), hlm. 31.

mempunyai banyak kelebihan. Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari, oleh dan untuk masyarakat. Pembaharuan ini harus dilakukan kalau tidak mau ditinggalkan oleh masyarakat, pihak yang merupakan penopang dan penjaga utama madrasah. Tuntutan tersebut merupakan reaktualisasi dari potensi yang dimiliki madrasah yang kaya akan pengalaman, khususnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.