• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Sistematika Pembahasan

3. Tujuan Pendidikan Islam

Abdul Maujib dan Jusuf Mudzakir menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi, yaitu :19

a. Tujuan Jasmaniah

Tujuan pendidikan perlu dikaitkan dengan tugas manusia selaku khalifah di muka bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani yang bagus di samping rohani yang teguh. Nabi Muhammad saw bersabda artinya “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disayangi oleh

19

Allah SWT dari pada mukmin yang lemah”. Kata “ kuat “ dalam hadith di atas dapat diartikan dengan kuat secara jasmani. Jadi tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia Muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki keterampilan yang tinggi.

b. Tujuan Rohaniah

Kalau kita perhatikan, tujuan ini dikaitkan dengan kemampuan manusia menerima agama Islam yang inti ajarannya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan tunduk dan patuh kepada nilai-nilai moralitas yang diajarkan-Nya dengan mengikuti keteladanan Rasulullah saw inilah tujuan rahaniah pendidikan Islam. Tujuan pendidikan rohaniah, diarahkan kepada pembentukkan akhlak mulia, yang ini oleh para pendidik modern barat dikategorikan sebagai tujuan pendidikan religius, yang oleh kebanyakan pemikir pendidikan Islam tidak disetujui istilah itu, karena akan memberikan kesan akan adanya tujuan pendidikan yang non religius dalam Islam. Muhamad Qutb mengatakan bahwa tujuan pendidikan ruhiyyah mengandung pengertian ruh yang merupakan mata rantai pokok yang menghubungkan antara manusia dengan Allah SWT, dan pendidikan Islam harus bertujuan untuk membimbing manusia sedemikian rupa sehingga ia selalu tetap berada dalam hubungan dengan Allah SWT.

c. Tujuan Akal

Selain tujuan jasmaniah dan tujuan rohaniah, pendidikan Islam juga memperhatikan tujuan akal. Aspek tujuan ini bertumpu pada pengembangan intelegensia yang berada dalam otak. Sehingga mampu memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah di jagad raya ini. Seluruh alam ini bagaikan sebuah bola besar yang harus dijadikan obyek pengamatan dan renungan pikiran manusia sehingga dari padanya ia mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang dan makin mendalam. Kemudian melalui proses observasi dengan panca indra manusia dapat dididik untuk menggunakan akal kecerdasannya untuk meneliti, menganalisis keajaiban ciptaan Allah SWT di alam semesta yang berisi khazanah ilmu pengetahuan yang menjadi bahan pokok pemikiran yang analitis untuk dikembangkan menjadi ilmu ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam bentuk-bentuk teknologi yang semakin canggih. Proses intelektualisasi pendidikan Islam terhadap sasaran pendidikannya berbeda dengan proses yang sama yang dilakukan oleh pendidikan non Islami, misalnya pendidikan sekuler di Barat. Ciri khas pendidikan yang dilaksanakan oleh pendidikan Islam adalah tetap menanamkan dan mentransformasikan nilai-nilai Islam seperti keimanan, akhlak, dan ubudiyah serta mu‟amalah ke dalam pribadi manusia didik.

d. Tujuan Sosial

Tujuan sosial ini merupakan pembentukkan kepribadian yang utuh. Di mana identitas individu, di sini tercermin sebagai manusia yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk). Tujuan pendidikan sosial ini penting artinya karena manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi seyogyanya mempunyai kepribadian yang utama dan seimbang. Yang karenanya tidak mungkin manusia menjauhkan diri dari kehidupan bermasyarakat. Individu merupakan bagian integral dari anggota kelompok di dalam masyarakat atau keluarga, Atau sebagai anggota keluarga dan pada waktu yang sama sebagai anggota masyarakat kesesuaiannya dengan cita-cita sosial diperoleh dari individu-individu. Maka persaudaraan dianggap sebagai salah satu kunci konsep sosial dalam Islam yang menghendaki setiap individu memerlukan individu lainnya dengan cara-cara tertentu.

Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakir juga menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam mempunyai beberapa prinsip tertentu, guna mengantar tercapainya tujuan pendidikan. Prinsip tersebut antara lain :20

a. Prinsip universal prinsip yang memandang keseluruh aspek agama (aqidah, ibadah dan ahklak, serta muamalah), manusia (jasmani, rohani,

dan nafsani), masyarakat dan tatanan kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya dan hidup.

20

b. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan individu serta tuntunan pemeliharaan kebudayaan, social, ekonomi, dan politik untuk menyelesaikan semua masalah dalam menghadapi tuntutan masa depan.

c. Prinsip kejelasan, prinsip yang didalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia.

d. Prinsip tak bertentangan, prinsip yang didalamnya terdapat ketiadaan pertentangan berbagai unsur dan cara pelaksanaannya sehingga antara satu komponen dengan komponen yang lain saling mendukung.

e. Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan. f. Prinsip perubahan yang di ingini.

g. Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu.

h. Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi pelaku pendidikan serta lingkungan dimana pendidikan itu dilaksanakan.

Adapun tujuan pendidikan menurut Abuddin Nata memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan

melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.

b. Mengarahkan manusia agar melaksanaan tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.

c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak

menyalahgunakan kekhalifahannya.

d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlaq, dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.

e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.21

Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi serta mengisi tugas kehidupannya di dunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.

Berdasarkan penjelasan dan rincian tentang tujuan pendidikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan dan membiasakan anak dengan ajaran Islam sejak dalam kecil agar menjadi hamba Allah SWT yang beriman.

b. Membentuk anak muslim dengan perawatan, bimbingan, asuhan, dan pendidikan pra natal sehingga dalam dirinya tertanan kuat nilai-nilai keislaman yang sesuai fitrahnya.

c. Mengembangkan potensi, bakat dan kecerdasan anak sehingga mereka dapat merealisasikan dirinya sebagai pribadi muslim.

21

d. Memperluas pandangan hidup dan wawasan keilmuan bagi anak sebagai makhluk individu dan sosial.

Oleh karena itu, pada prinsipnya tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia bertaqwa kepada Allah dan memperoleh keridhaanNya dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala laranganNya. 4. Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum ialah rencana atau bahasan pengajaran, sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan terang.22 Kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan itu. Kurikulum juga bisa diistilahkan dengan sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dalam mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.23

Pengertian kurikulum dalam pandangan modern merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan

22 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2010), hlm. 121.

23Abd Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 156.

mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.24

Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir menjelaskan bahwa kurikulum dapat ditelaah pengertiannya sesuai dengan fungsinya, yaitu:25 a. Kurikulum sebagai program studi. Pengertiannya adalah seperangkat mata

pelajaran yang mampu dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau di institusi pendidikan lainnya.

b. Kurikulum sebagai konten. Pengertiannya adalah data atau informasi yang tertera dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lain yang memungkinkan timbulnya belajar.

c. Kurikulum sebagai kegiatan terencana. Pengertiannya adalah kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan berhasil.

d. Kurikulum sebagai hasil belajar. Pengertiannya adalah sebagai perangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasi cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil itu, atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.

e. Kurikulum sebagai reproduksi kultural. Pengertiannya adalah transfer dan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan dipahami anak-anak generasi muda masyarakat tersebut.

f. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertiannya adalah keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan di bawah pimpinan sekolah.

g. Kurikulum sebagai produksi. Pengertiannya adalah seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.

Untuk menjelaskan konsep kurikulum pendidikan Islam perlu di kemukakan bahwa yang di maksud dengan kurikulum adalah jalan terang dilalui oleh pendidik atau pelatih dengan orang yang dididik atau yang dilatih untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Kurikulum pendidikan Islam juga mengandung unsur proses pendidikan dan

24 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam... hlm.152.

25

semua program pendidikan yang diikuti dan di arahkan oleh guru atau pendidik terutama untuk mengarahkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan, tujuan ideal hidup pribadi muslim yang diinginkan adalah untuk meraih bahagia dunia akhirat.26

Jika diaplikasikan dalam kurikulum lembaga pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada konseptualisasi manusia paripurna (insan kamil) yang strateginya telah tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam.27

Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa kurikulum pendidikan Islam merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum pendidikan Islam merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang

26

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam.... hlm. 129.

27

dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.

Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, tehnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum dan mengembangkannya.

Dalam penyusunan kurikulum, kita harus memperhatikan prinsip-prinsip yang dapat mewarnai kurikulum pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Prinsip berasaskan Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan-tujuan, kandungan-kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus berdasarkan pada agama dan akhlak Islam.

b. Prinsip mengarah kepada tujuan adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan sebelumnya.

c. Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan

pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid juga kebutuhan masyarakat.

d. Prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup peserta didik, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan dating, relevansi dengan tuntutan pekerjaan.

e. Prinsip fleksibilitas, adalah terdapat ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibilitas pemilihan program pendidikan maupun dalam mengembangkan program pengajaran.

f. Prinsip integritas, adalah kurikulum tersebut dapat menghasilkan manusia seutuhnya, manusia yang mampu mengintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas pikir, serta manusia yang dapat menyelaraskan struktur kehidupan dunia dan struktur kehidupan akhirat.

g. Prinsip efisiensi, adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, tepat, memadai, dan dapat memenuhi harapan.

h. Prinsip kontinuitas dan kemitraan adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkelanjutan dengan kaitan-kaitan kurikulum lainnya, baik secara vertikal (perjenjangan, tahapan) maupun secara horizontal.

i. Prinsip individualitas adalah bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan pembawaan dan lingkungan anak pada umumnya yang meliputi

seluruh aspek pribadi anak didik, seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat serta kelebihan dan kekurangannya.

j. Prinsip kesamaan memperoleh kesempatan, dan demokratis adalah bagaimana kurikulum dapat memberdayakan semua peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sangat diutamakan. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.

k. Prinsip kedinamisan, adalah agar kurikulum tidak statis, tetapi dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial.

l. Prinsip keseimbangan, bagaimana kurikulum dapat mengembangkan sikap potensi peserta didik secara harmonis.

m. Prinsip efektivitas, adalah agar kurikulum dapat menunjang efektivitas guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.28

Sedangkan menurut Ihsan Hamdani agar kurikulum pendidikan Islam, dapat terpenuhi, maka dalam penyusunannya harus memepertimbangkan hal-hal sebagai berikut:29

28 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam... hlm. 161-162.

29

a. Sistem dan perkembangan kurikulum tersebut hendaknya selaras dengan fitrah insani, sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya, menjaganya dari penyimpangan, dan menyelamatkan.

b. Kurikulum yang dimaksud hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat, dan beribadah kepada Allah. Disamping itu, untuk merealisasikan pelbagai aspek tujuan tidak lengkap seperti aspek psikis, fisik, sosial, budaya, maupun intelektual. Berbagai aspek tujuan pendidikan tidak lengkap ini, berfungsi dalam rangka meluruskan dan mengarahkan pola hidup yang selanjutnya bermuara pada tujuan akhir atau tujuan asasi pendidikan.

c. Penahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodisasi perkembangan peserta didik maupun unisitas (kekhasan) nya seperti karakteristik kekanakan, kepriaan dan kewanitaan. Demikian pula fungsi serta peranan dan tugas masing-masing dalam dalam kehidupan sosial.

d. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nashnya, hendaknya kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat dan tetap bertopang pada jiwa dan cita ideal islaminya, seperti rasa syukur serta harga diri sebagai umat Islam serta tetap mendukung dengan kesadaran dan harapan akan pertolongan Allah, serta ketaatan kepada Rasul-Nya yang diutus untuk ditaati dengan izin Allah. Dalam hal tersebut, kurikulum tersebut tetap memperhatikan dan memelihara

berbagai kepentingan umat sesuai dengan kondisi dan lingkungannya yang dilimpahkan Allah, seperti iklim tropis ataupun kondisi alam yang memungkinkan pola kehidupan agraris, industrial ataupun masyarakat dagang, baik perdagangan laut maupun darat, dan seterusnya.

e. Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum tersebut hendaknya tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan, bahkan sebaliknya terarah pada pola hidup islami. Dengan kata lain kurikulum tersebut berpulang untuk menempuh kesatuan. Kepada mereka diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pengalaman dalam menggali dan menyingkap rahasia segala yang ada serta keberadaannya, hukum aturan dan keteraturannya serta kejadiannya.

f. Hendaknya kurikulum itu realistik, dalam arti bahwa ia dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi serta batas kemungkinan yang terdapat di Negara yang akan melaksanakannya.

g. Hendaknya metode pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum itu bersifat luwes/ fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan situasi tempat, dengan mengingat pula faktor perbedaan individual yang menyangkut bakat, minat serta kemampuan siswa untuk menangkap, mencerna dan mengolah bahan pelajaran yang bersangkutan. h. Hendaknya kurikulum itu efektif, dalam arti menyampaikan dan

menggugah perangkat nilai edukatif yang membuahkan tingkah laku positif serta meningkatkan dampak efektif (sikap) yang positif pula dalam

jiwa generasi muda. Untuk itu diperlukan pemanfaatan metode pendidikan yang memadai sehingga melahirkan dampak mendalam, berupa berbagai kegiatan islam yang efisien. Dengan kata lain, metode pendidikan yang digunakan itu hendaknya memungkinkan pelaksanaannya, mudah ditangkap dan diserap siswa, serta membuahkan hasil yang manfaat. i. Kurikulum itu hendaknya, memperhatikan pula tingkat perkembangan

siswa yang bersangkutan, misalnya bagi suatu fase perkembangan tertentu diselaraskan dengan pola kehidupan dan tahap perkembangan keagamaan dan pertumbuhan bahwa bagi fase tersebut.

Oleh karena itu prinsip pengembangan kurikulum harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai dan efektifitas proses yang akan dilaksanakan. Sebagai suatu rancangan, tentu ada rencana yang dapat tercapai. Dan sebaiknya tujuan yang akan dicapai harus jelas dan memang benar-benar sesuai dengan segala komponen yang berpengaruh terhadap pendidikan itu sendiri. Jangan sampai apa yang diajarkan dan proses pelaksanaannya sangat berbeda dengan tujuan yang diharapkan. Dari prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, kurikulum pendidikan Islam merupakan kurikulum yang diilhami oleh nilai dan ajaran Agama Islam, yang selalu berkomitmen memperhatikan aktifitas manusia modern. Meskipun dikatakan bahwa kurikulum pendidikan Islam bersifat fleksibel dengan mengikuti dinamika perubahan zaman, namun tetap dengan memegang teguh identitas ke Islamannya.

Menurut Hasan Langgulung asas dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam adalah:

a. Asas-asas sosial, berfungsi memberi kerangka budaya dari mana pendidikan itu bertolak dan bergerak dalam arti memindahkan, memilih, dan mengembangkan budaya.

b. Asas-asas politik dan administrasi, berfungsi memberi bingkai ideologi (aqidah) untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.

c. Asas-asas ekonomi, berfungsi memberi perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan, materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya dan bertanggungjwab terhadap anggaran belanja.

d. Asas-asas sejarah, berfungsi untuk mempersiapkan pendidik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu, dengan undang-undang peraturannya, batas-batas dan kekuarangan-kekurangannya.

e. Asas-asas psikologis, berfungsi memberi informasi tentang watak-watak pelajar, guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian, dan pengukuran dan bimbingan.

f. Asas-asas filsafat, berfungsi untuk memberi kemampuan memilih yang lebih baik, memberi arah suatu sistem, mengontrolnya, dan memberi arah kepada semua asas-asas lain.30

30 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2003), hlm. 4-5.

Dalam pengembangan kurikulum diperlukan asas yang kuat. Apabila proses pengembanganya secara acak-acakan dan tidak memiliki landasan yang kuat maka out put pendidikan yang dihasilkan tidak akan terjamin kualitasnya. Dengan demikian asas kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Setiap komponen bisa menjalankan fungsinya secara tepat dan bersinergi, jika ditopang oleh sejumlah asas (foundations).

Adapun dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam menurut Armai Arief antara lain adalah:

a. Dasar Agama

Kurikulum diharapkan dapat menolong siswa dalam membina keimanan yang lebih kuat, teguh terhadap ajaran agama, beraklak mulia dan melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. b. Dasar Falsafah

Pendidikan Islam harus berdasarkan wahyu Allah SWT dan tuntunan Nabi Muhammad saw serta warisan para ulama.

c. Dasar Psikologis

Kurikulum tersebut harus sejalan dengan ciri perkembangan siswa, tahap kematangan dan semua segi perkembangannya.

Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarakatan terhadap siswa, penyesuaian mereka dengan lingkungannya, pengetahuan

dan kemahiran mereka dalam membina umat dan bangsanya.31

Sementara itu menurut Abdul Mujib menetapkan empat dasar dalam kurikulum pendidikan Islam, yaitu:32

a. Dasar religi

Dasar religi ini ditetapkan dengan menyandarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Sunnah, karena dua landasan tersebut merupakan nilai yang universal. Selain dua hal tadi dapat juga bersumber kepada nilai-nilai hasil ijtihad (nilai ijtihadi), yaitu suatu hasil pemikiran yang tidak kontradiksi dengan jiwa dan semangat Al-Qur‟an dan Sunnah.

b. Dasar filosofis

Dasar yang berpedoman pada arah dan tujuan pendidikan Islam, hal ini dimaksudkan agar susunan kurikulum mengandung nilai kebenaran sebagai pandangan hidup (way of life). Dasar filosofis mengandung tatanan dan sistem nilai kehidupan, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan, norma-norma yang muncul, baik dari individu atau masyarakat atau bangsa secara luas yang dilatar belakangi oleh pengaruh agama

31 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 34-35.

32

(religi), budaya (cultural), adat istiadat bahkan dari konsep individu

tentang pendidikan itu sendiri.

c. Dasar psikologis

Dasar psikologis yang dimaksud adalah kurikulum hendaknya disusun berdasar pada pertimbangan tahapan aspek-aspek psikologis