• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alokasi Optimum Teknologi Penangkapan Sumber Daya Ikan Unggulan

Hasil analisis pasar pada penelitian ini memperlihatkan bahwa jenis sumber daya ikan unggulan di perairan Kabupaten Bengkalis secara berurutan adalah: kurau (Eleutheronema tetradactylum), senangin (Polynemus sp), malung (Muraenenson cinereus), bawal putih (Pampus argenteus) dan udang putih (Metapenaeus sp), sedangkan untuk perairan Laut Cina Selatan Kabupaten Indragiri Hilir adalah udang mantis (Uratos guilla nepa sp), kurau (Eleutheronema tetradactylum), bawal putih (Pampus argenteus), malung (Muraenenson cinereus) dan tenggiri (Scomberomorus commersonii). Kemudian, dengan menggunakan model Schaefer diketahui nilai potensi maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield-MSY) dari sumber daya ikan unggulan diestimasikan sebesar 33324,34 ton/tahun.

Alokasi jumlah unit penangkapan dari teknologi penangkapan ikan yang dilakukan di lokasi penelitian bertujuan agar kegiatan usaha perikanan tangkap di perairan Provinsi Riau dapat berjalan efisien, lestari dan berkelanjutan. Variabel keputusan untuk perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis adalah: rawai (X1),

jaring atom (gillnet) (X2) dan jaring apollo (trammel net) (X3), jaring batu (bottom

drift gillnet) (X4). Pada perairan Laut Cina Selatan Kabupaten Indragiri Hilir

variable keputusan adalah jaring insang (gillnet) (X1), rawai (longline) (X2), jaring

udang (trammel net) (X3) dan jaring batu (bottom drift gillnet) (X4).

Tujuan-tujuan utama yang hendak dicapai dan merupakan batasan yang harus dipenuhi dalam mengoptimumkan alokasi alat penangkapan sumber daya ikan unggulan di perairan Provinsi Riau adalah sebagai berikut:

1) Mengoptimumkan pemanfaatan sumber daya ikan unggulan (1) Sumber daya ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum)

Hasil estimasi perhitungan potensi lestari, menunjukkan nilai MSY untuk ikan kurau di Kabupaten Bengkalis sebesar 2345.6 ton dan 1267.68 ton di Kabupaten Indragiri Hilir. Namun demikian, nilai potensi yang digunakan untuk pengalokasian ini, adalah nilai jumlah tangkap yang dibolehkan (JTB), yaitu sebesar 80% dari MSY atau sebesar 1876.5 ton untuk Kabupaten Bengkalis dan 1014.1 ton untuk Kabupaten Indragiri Hilir. Pada dua kabupaten ini, sumber daya ikan kurau ditangkap oleh 2 jenis teknologi penangkapan pilihan yaitu: rawai dan jaring batu diasumsikan nilai produktivitas ideal dari setiap unit penangkapan rawai untuk menangkap ikan kurau adalah 0,13 ton/tahun di perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis dan 0,11 ton/tahun untuk perairan Laut Cina Selatan Kabupaten Indragiri Hilir, sehingga persamaan kendala tujuan (goal constrain) untuk pemanfaatan optimalnya dapat dituliskan sebagai berikut:

DB1 - DA1 + 0.13 X1+ 0.35 X4 =1876.5 (Kabupaten Bengkalis) DB1 - DA1 + 0.11 X2 + 0.3 X4 = 1014.1 (Kabupaten Indragiri Hilir) (2) Sumber daya ikan malung (Muraenenson cinereus)

Nilai MSY untuk ikan tenggiri di Provinsi Riau, berdasarkan hasil estimasi perhitungan surplus production, menunjukkan sebesar 1486.3 ton di Kabupaten Bengkalis dan 1364.23 ton di Kabupaten Indragiri Hilir. Namun dalam pengalokasian ini, nilai yang digunakan adalah nilai jumlah tangkap yang dibolehkan (JTB), yaitu sebesar 80% dari MSY atau sebesar 1189 ton di Kabupaten Bengkalis dan 1091.4 ton di Kabupaten Indragiri Hilir. Sumber daya ikan malung di Kabupaten Bengkalis ditangkap oleh rawai sedangkan di Kabupaten Indragiri Hilir ditangkap hanya dengan satu teknologi pilihan yaitu rawai, diasumsikan nilai produktivitas ideal dari setiap unit penangkapan rawai untuk menangkap ikan malung adalah 0,13 ton/tahun di perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis dan 0,11 ton/tahun untuk perairan Laut Cina Selatan Kabupaten Indragiri Hilir, sehingga persamaan kendala tujuan (goal constraint) untuk pemanfaatan optimalnya dapat dituliskan sebagai berikut:

DB2 - DA2 + 0.13X1 = 1189 (Kabupaten Bengkalis) DB2 - DA2 + 0.11X2 = 1091.4 (Kabupaten Indragiri Hilir)

(3) Sumber daya ikan senangin (Polynemus sp)

Hasil estimasi perhitungan potensi lestari, menunjukkan nilai MSY untuk ikan senangin di Kabupaten Bengkalis sebesar 1276.42 ton sementara di Kabupaten Indragiri Hilir sumber daya ikan senangin bukan merupakan sumber daya ikan unggulan. Nilai potensi yang digunakan untuk pengalokasian ini, adalah nilai jumlah tangkap yang dibolehkan (JTB), yaitu sebesar 80% dari MSY atau sebesar 1021.1 ton. Di Kabupaten ini, sumber daya ikan senangin dapat ditangkap oleh 2 teknologi penangkapan terpilih yaitu: rawai dan jaring apollo, diasumsikan produktivitas ideal dari setiap unit penangkapan rawai dan jaring atom untuk menangkap ikan senangin adalah 0,13 ton/tahun (rawai) dan 1,92 ton/tahun (jaring atom), sehingga persamaan kendala tujuan (goal constraint) untuk pemanfaatan optimalnya dapat dituliskan sebagai berikut:

DB3 – DA3 + 0.13X1 + 1.92 X3 = 1021.1 (Kabupaten Bengkalis) (4) Sumber daya ikan bawal putih (Pampus argenteus)

Nilai MSY untuk ikan tuna di Kabupaten Bengkalis, berdasarkan hasil estimasi perhitungan surplus production, menunjukkan sebesar 6547.23 ton sedangkan di Kabupaten Indragiri Hilir sebesar 4522.14 ton. Namun dalam pengalokasian ini, nilai yang digunakan adalah nilai jumlah tangkap yang dibolehkan (JTB), yaitu 80% dari MSY atau sebesar 5237.8 ton di Kabupaten Bengkalis dan 3617.7 ton di Kabupaten Indragiri Hilir. Sumber daya ikan bawal putih di Kabupaten Bengkalis ini dapat ditangkap oleh jaring atom sementara jaring insang digunakan pada Kabupaten Indragiri Hilir, diasumsikan nilai produktivitas ideal dari setiap unit penangkapan jaring atom untuk menangkap ikan bawal putih adalah 1,83 ton/tahun di perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis dan 0,13 ton/tahun dengan menggunakan jaring insang untuk perairan Laut Cina Selatan Kabupaten Indragiri Hilir, sehingga persamaan kendala tujuan (goal constrain) untuk pemanfaatan optimalnya adalah sebagai berikut:

DB4 - DA4 + 1.83 X2 = 5237.8 (Kabupaten Bengkalis) DB4 - DA4 + 0.13 X1 = 3617.7 (Kabupaten Indragiri Hilir) (5) Sumber daya udang putih (Metapenaeus sp)

Hasil estimasi perhitungan potensi lestari, menunjukkan nilai MSY untuk udang putih di Kabupaten Bengkalis sebesar 5562.38 sementara di Kabupaten Indragiri Hilir sumber daya ikan udang putih bukan merupakan sumber daya ikan

unggulan. Nilai potensi yang digunakan untuk pengalokasian ini, adalah nilai jumlah tangkap yang dibolehkan (JTB), yaitu 80% dari MSY atau sebesar 4449.9 ton. Di Kabupaten Bengkalis, sumber daya ikan udang putih ditangkap oleh satu jenis teknologi penangkapan terpilih yaitu: jaring apollo. Diasumsikan nilai produktivitas ideal dari setiap unit penangkapan jaring apollo untuk menangkap udang putih adalah 1,92 ton/tahun di perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis, persamaan kendala tujuan (goal constrain) untuk pemanfaatan optimalnya dapat dituliskan sebagai berikut:

DB5 – DA5 + 1.92 X3 = 4449.9 (Kabupaten Bengkalis) (6) Sumber daya ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii)

Hasil estimasi perhitungan potensi lestari, menunjukkan nilai MSY untuk udang putih di perairan Laut Cina Selatan Kabupaten Indragiri Hilir sebesar 5698.73 sementara di perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis sumber daya ikan tenggiri bukan merupakan sumber daya ikan unggulan. Nilai potensi yang digunakan untuk pengalokasian ini, adalah nilai jumlah tangkap yang dibolehkan (JTB), yaitu 80% dari MSY atau sebesar 4558.98 ton. Di Kabupaten Indragiri Hilir, sumber daya ikan tenggiri ditangkap oleh satu jenis teknologi penangkapan terpilih yaitu: jaring insang. Diasumsikan nilai produktivitas ideal dari setiap unit penangkapan jaring insang untuk menangkap tenggiri adalah 1,5 ton/tahun persamaan kendala tujuan (goal constrain) untuk pemanfaatan optimalnya dapat dituliskan sebagai berikut:

DB3 – DA3 + 1.5 X1 = 4558.98 (Kabupaten Indragiri Hilir) (7) Sumber daya udang mantis (Uratos guilla nepa sp)

Hasil estimasi perhitungan potensi lestari, menunjukkan nilai MSY untuk udang mantis di Kabupaten Indragiri Hilir sebesar 3253.63 ton sementara di Kabupaten Bengkalis sumber daya ikan udang putih bukan merupakan sumber daya ikan unggulan. Nilai potensi yang digunakan untuk pengalokasian ini, adalah nilai jumlah tangkap yang dibolehkan (JTB), yaitu 80% dari MSY atau sebesar 2602.9 ton. Di Kabupaten Indragiri Hilir, sumber daya ikan udang mantis ditangkap oleh 1 jenis teknologi penangkapan terpilih yaitu: jaring udang. Diasumsikan nilai produktivitas ideal dari setiap unit penangkapan jaring udang

untuk menangkap udang mantis adalah 1,34 ton/tahun persamaan kendala tujuan (goal constrain) untuk pemanfaatan optimalnya dapat dituliskan sebagai berikut:

DB5 – DA5 + 1.34 X3 = 2602.9 (Kabupaten Indragiri Hilir) 2) Memaksimumkan penyerapan tenaga kerja

Diharapkan dalam pengalokasian ini dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Berdasarkan catatan statistik perikanan, jumlah nelayan di Kabupaten Bengkalis tercatat sebanyak 15987 orang dan di Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 14691 orang. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa setiap teknologi terpilih pada Kabupaten Bengkalis menyerap 3 orang per unit rawai, jaring atom sebanyak 2 orang dan jaring apollo sebanyak 2 orang sementara di Kabupaten Indragiri Hilir, rawai menyerap 3 orang per unit rawai, 2 orang per unit jaring insang dan 2 orang per unit jaring udang. Berdasarkan informasi ini, maka persamaan kendala tujuan (goal constrain) untuk penyerapan tenaga kerja yang optimal dapat dituliskan sebagai berikut:

DB6 + 3 X1 + 2 X2 + 2 X3 ≥ 15987 (Kabupaten Bengkalis) DB6 + 3 X1 + 2 X2 + 2 X3 ≥ 14691 (Kabupaten Indragiri Hilir)

Proses penyelesaian untuk model linear goal programming ini menggunakan bantuan program paket komputer LINDO (Linear Interactive Descrete Optimizer). Hasil olahan program komputer LINDO disajikan pada Lampiran 13 dan Lampiran 14. Alokasi optimum alat penangkapan sumber daya ikan unggulan yang terpilih di perairan Provinsi Riau sebagai berikut: perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis adalah rawai sebanyak 3211 unit, jaring atom sebanyak 2862 unit, jaring apollo sebanyak 314 unit dan jaring batu 208 unit. Hasil optimum pengalokasian teknologi penangkapan pilihan sumber daya ikan di perairan Kabupaten Indragiri Hilir: jaring insang sebanyak 3039 unit, rawai sebanyak 844 unit, jaring udang sebanyak 1942 unit dan jaring batu sebanyak 131 unit. Lebih jelasnya disajikan pada Tabel 23.

Hasil analisis optimasi di perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis terlihat bahwa hampir semua sasaran dan tujuan yang dikehendaki tercapai yang ditunjukkan oleh nilai dari variabel deviasional (DA atau DB) sama dengan nol, kecuali sasaran mengoptimumkan pemanfaatan sumber daya ikan kurau, malung dan udang putih yang berada di bawah JTB-nya yaitu sebesar 1459 ton untuk

kurau, 1189 ton untuk malung dan 2846 ton untuk udang putih; sementara untuk pemanfaatan sumber daya ikan senangin dan bawal putih sesuai dengan alokasi nilai JTB. Target penyerapan tenaga kerja sebanyak 15987 dapat tercapai. Hasil analisis optimasi di perairan Laut Cina Selatan Kabupaten Indragiri Hilir juga memperlihatkan hal yang sama bahwa semua sasaran dan tujuan yang dikehendaki tercapai, kecuali sasaran mengoptimumkan pemanfaatan sumber daya ikan kurau, malung dan bawal putih yang berada di bawah JTB-nya yaitu sebesar 921 ton untuk kurau, 998 ton untuk malung dan 3222 ton untuk bawal putih; sementara untuk pemanfaatan sumber daya ikan udang mantis dan tenggiri sesuai dengan alokasi nilai JTB. Target penyerapan tenaga kerja sebanyak 14691 dapat tercapai.

Tabel 23 Alokasi optimum alat penangkapan sumber daya ikan unggulan

No Alat tangkap Jumlah Aktual (unit) Jumlah Optimum (unit) Kabupaten Bengkalis 1 Rawai (X1) 3447 3211 2 Jaring atom (X2) 3056 2862 3 Jaring apollo (X3) 441 314 4 Jaring batu (X4) 222 208 Jumlah 7166 6595

Kabupaten Indragiri Hilir

1 Jaring insang (X1) 3222 3039

2 Rawai (X2) 926 844

3 Jaring udang (X3) 2193 1942

4 Jaring kurau (X4) 135 131

Jumlah 6476 5956

Implementasi dari alokasi optimum dari tiap-tiap komponen tidak dilakukan secara langsung terhadap pembatasan atau pengurangan terhadap alat penangkapan. Tetapi dapat dilakukan secara bertahap dan rasional, dengan melakukan pengalihan usaha dari unit penangkapan yang berlebih ke unit penangkapan yang belum optimal alokasinya, dan tidak memperpanjang ijin usaha alat penangkapan yang jumlahnya berlebih hingga mencapai titik optimalnya.

5.5 Pembahasan