6.4 Hasil Penelitian
6.4.3 Urutan kejadian konflik
Konflik antara nelayan perairan Bengkalis (selanjutnya disebut sebagai ‘nelayan rawai’) dengan nelayan jaring batu di perairan Kecamatan Bantan sudah berlangsung hampir tiga dasawarsa. Hasil penelitian menunjukkan, konflik sering terjadi di perairan Teluk Pambang (Gambar 29), hal ini dikarenakan daerah penangkapan (fishing ground) ikan kurau adalah di perairan tersebut.
Konflik berkepanjangan ini berawal ketika pemburuan terhadap spesies ikan kurau di kawasan perairan Kecamatan Bantan mulai meningkat. Data lapangan menunjukkan bahwa perburuan terhadap spesies ikan kurau oleh nelayan rawai dimulai sejak tahun 1970-an. Pada masa tersebut nelayan rawai melakukan penangkapan ikan kurau dengan mengunakan sampan dayung yang dilengkapi layar dengan alat tangkap jaring insang permukaan dan rawai. Walaupun dengan mengunakan sampan dayung daerah tangkap (fishing ground) para nelayan belum berubah sampai saat ini.
Pertikaian antara nelayan rawai dan nelayan jaring batu sejak tahun 1983 tercatat sebanyak 38 kali, sebagian besar adalah penangkapan kapal jaring batu oleh nelayan tadisional. Konflik ini juga telah membuat sekitar 40 kapal jaring batu di bakar, dan mengakibatkan beberapa orang luka-luka (Suara Pembaharuan, 28 April 2004). Nelayan dan pemilik (pengusaha) jaring batu sebagian besar berasal dari Kecamatan Rangsang, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Merbau, Kecamatan Bengkalis; Kabupaten Bengkalis dan Tanjung Balai Karimun;
Kabupaten Karimun yang merupakan usaha komersil skala ekspor yang didominasi oleh etnis Cina (Tionghoa). Memuncaknya konflik di perairan Bengkalis salah satunya disebabkan oleh semakin meningkatnya upaya penangkapan (Gambar 30) dan menurunnya produktivitas penangkapan nelayan terhadap ikan kurau (Gambar 31).
Gambar 29 Wilayah konflik dan pusat konflik antara nelayan rawai dengan nelayan jaring batu di perairan Bengkalis.
Ikan kurau saat ini merupakan target utama nelayan dengan harga ditingkat nelayan berkisar Rp. 25.000 – 60.000/kilogram dan bahkan pada kondisi tertentu dapat mencapai Rp. 80.000/kilogram. Berdasarkan data dari Koperasi Pantai Madani Desa Teluk Pambang, kelas harga ikan kurau berdasarkan bobot berat yaitu; a) berat
≤ 3 kg disebut kurau kecil/KK dengan harga Rp. 25.000/kg; b) berat 3,1 – 4,9 kg/ekor (kurau besar sedang/KBS) harga Rp. 40.000/kg; c) berat 5 – 12 kg/ekor (kurau besar/KB) harga Rp. 60.000/kg. Jika berat ikan kurau lebih dari 12 kg/ekor harganya disamakan dengan ikan kurau kelas KBS. Ukuran berat ikan kurau yang biasa tertangkap nelayan rawai berkisar antara 5 – 25 kg/ekor. Tingginya harga kurau juga merupakan indikator bahwa ikan kurau merupakan ikan dengan nilai ekonomis tinggi.
Legend:
Wilayah konflik nelayan rawai vs jaring batu Wilayah pusat konflik (Teluk Pambang) Pulau Bengkalis
Gambar 30 Upaya penangkapan alat tangkap jaring batu dan rawai.
Gambar 31 Produktivitas penangkapan alat tangkap rawai dan jaring batu. Formulasi data lapangan terhadap latar belakang konflik ditampilkan dalam bentuk urutan kejadian untuk menunjukkan kronologi terjadinya konflik berdasarkan tahun, bulan dan tanggal sesuai dengan skalanya. Urutan kejadian konflik nelayan tradisional (rawai) Kecamatan Bantan dengan jaring batu dari tahun 1970-an sampai 2008 disajikan pada Tabel 26.
0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun p ro d u k ti v it as a la t (t o n /t ah u n ) jaring kurau rawai 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun U pa ya ta ng ka p (t ri p) jaring kurau rawai
Tabel 25 Kronologi terjadinya konflik nelayan rawai dan nelayan jaring batu
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN SKALA DAN INTENSITAS LOKASI KETERANGAN
1970 s/d 1980
Nelayan perairan Bengkalis menangkap ikan kurau dengan rawai mengunakan sampan dayung
Belum terindikasi adanya konflik Perairan Bengkalis
Nelayan kurau diduga telah beroperasi di peraairan Bengkalis, tetapi karena sumber daya kurau masih banyak, sehingga kehadiran mereka belum mengganggu nelayan rawai 1981 Pemburuan terhadap ikan kurau mulai
sering dilakukan oleh nelayan jaring batu dengan menggunakan kapal motor.
Belum terindikasi adanya konflik Perairan Bengkalis
Tercatat sebanyak 40 unit kapal jairng kurau tela beroperasi di peraiarn Bengkalis. Saat ini belum terindikasi adanya persaingan usaha penangkapan ikan kurau
1983 Perkelahian nelayan jaring batu dengan nelayan rawai di laut.
Kapal jaring batu menabrak sampan nelayan rawai
Nelayan rawai mendapat
intimidasi aparat yang melindungi nelayan jaring batu
Karena ketakutan masyarakat melarikan diri ke Malaysia
Teluk Pambang Maraknya perburuan terhadap ikan kurau oleh nelayan dari luar Pulau Bengkalis mulai mengganggu nelayan rawai
1984 Nelayan jaring batu leluasa beroperasi di perairan Bantan
Nelayan rawai berusaha menghindari perkelahian
Perairan Bantan Nelayan rawai tidak melakukan perlawanan, karena takut akan adanya aparat di kapal nelayan jaring batu
1985 Dinas perikanan melakukan penangkapan satu unit kapal motor jaring batu
Jaring batu beroperasi di daerah penangkapan nelayan rawai
Teluk Pambang kapal jering kurau yang tertangakp diserahkan ke polisi untuk diproses
alat rawai yang rusak di ganti oleh pengusaha jaring batu
1986 Penangkapan satu unit jaring batu oleh nelayan rawai dan dibawa ke pantai Desa Teluk Pambang
Kapal jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang Nelayan rawai melaporkan kejadian ini ke aparat, tetapi tidak mendapat tanggapan.
Tabel 25 (lanjutan)
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN SKALA DAN INTENSITAS LOKASI KETERANGAN
1987 Bentrokan nelayan rawai dengan nelayan jaring batu
Kapal jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang Melalui perundingan yang di fasilitasi oleh dinas, nelayan rawai mendapat ganti rugi Rp. 90.000
1988 -1990 Bentrokan di laut Kapal jaring batu menabrak rawai
Kapal jaring batu merusak rawai dan nelayan rawai membalas dengan memotong pelampung jaring batu
Nelayan jaring batu melibatkan aparat KAMLA dalam pengopersian alatnya
Teluk Pambang Nelayan rawai mulai berani melakukan perlawanan, walaupun tidak secara terbuka, yaitu dengan memotong pelampung jaring batu. Akibatnya nelayan rawai diminta untuk membayar ganti rugi sebesar Rp 2.000.000
1991 Penangkapan jaring batu oleh nelayan rawai
Beroperasi di kawasan tangkap nelayan rawai
Teluk Pambang Jaring batu diberi peringatan secara lisan
1993 – 1994
Bentrokan di laut Jaring batu menabrak dan merusak rawai
Tindakan tersebut dibalas oleh nelayan rawai dengan mengiris tali jaring batu dan ditinggal lari.
Teluk Pambang Nelayan rawai mulai berani melakukan perlawanan
1995 Dinas Perikanan Bengkalis, Camat Bantan, Kades Desa Teluk Pambang melakukan patroli
Tiga unit kapal jaring batu ditangkap karena melanggar perjanjian yang telah dibuat sebelumnya
Teluk Pambang Perjanjian antara nelayan jaring batu dengan dinas dan institusi yang terlibat dalam patroli, yaitu nelayan jaring batutidak boleh beroperasi di wilayah Tanjung Jati sampai Tanjung Sekodi 1996 Bentrokan di laut Jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang Nelayan jaring batu melakukan pelanggaran
Tabel 25 (lanjutan)
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN SKALA DAN INTENSITAS LOKASI KETERANGAN
1997 Nelayan rawai melakukan ronda laut Menangkap dua unit kapal jaring batu
Teluk Pambang Nelayan rawai secara bersama melakukan pengamanan siang dan malam di perairan Bengkalis
7 Juli 1998 Masyarakat menangkap jaring batu lalu di bawa ke pantai
Tiga unit jaring batu dibakar di pantai
Teluk Pambang Karena tidak ada kepastian peradilan dari aparat, masyarakat memilih untuk melakukan pembakaran unit jaring batu yang ditangkap 8 Juli 1999 Masyarakat Desa Teluk Pambang
mengadakan penangkapan kapal jaring batu yang beroperasi di perairan Teluk Pambang
Tiga unit kapal jaring batu di bawa ke pantai
Teluk Pambang Ronda laut terus dilakukan oleh nelayan rawai.
20 Juli 1999
Terjadi penangkapan kapal jaring batu di antara perairan Bantan Air dan Muntai
Jaring batu dibakar dan kapal ditarik ke pantai
Bantan Air Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
29 Jan 2000 Masyarakat Desa Teluk Pambang
melakukan penangkapan kapal jaring batu
Dua kapal jaring batu tertangkap dan dibawa ke pantai
Teluk Pambang Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
12 Feb 2000
Masyarakat Desa Selat Baru melakukan penangkapan
Satu kapal jaring batu di tahan masyarakat
Selat Baru Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
18 Mai 2000
Nelayan Desa Selat Baru dan Desa Teluk Pambang yang tergabung dalam SNKB melakukan penangkapan
Lima unit kapal jaring batu tertangkap
Teluk Pambang Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
9 Sep 2000 Nelayan yang tergabung dalam SNKB melakukan penangkapan kembali
Dua unit kapal jaring batu ditahan oleh SNKB
Jangkang Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
Tabel 25 (lanjutan)
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN SKALA DAN INTENSITAS LOKASI KETERANGAN
25 Feb 2001
SNKB melakukan penangkapan kapal jaring batu di perairan Teluk Pambang
Satu unit jaring batu ditahan Teluk Pambang Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
1 Juni 2001 SNKB melakukan penangkapan jaring batu di perairan Desa Teluk Pambang.
Tiga unit kapal jaring batu yang berasal dari Kec. Merbau berhasil ditangkap. Satu unit dibakar ditengah laut. Dan dua unit lainnya di bawa kepantai.
Teluk Pambang Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
29 Apr 2002
Pembakaran kapal jaring batu yang melakukan penangkapan ikan di perairan Jangkang di bawah 4 mil laut
2 unit kapal jaring batu dibakar oleh masyarakat Desa Jangkang
Jangkang Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
20 Okt 2002
SNKB kembali menagkap kapal jaring batu di perairan Teluk Pambang
Satu unit kapal jaring batu tertangkap dan dibawa kepantai.
Teluk Pambang Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
6 Jan 2003 Nelayan jaring batu melakukan penyerangan kepada nelayan rawai
Nelayan rawai mengalami luka dibagian kepala dengan 17 jahitan karena dipukul dengan besi oleh nelayan jaring batu
Teluk Pambang Tahun ini mulai terjadi bentrokan fisik dan merupakan puncak konflik
1 Mar 2003 Nelayan jaring batu melakukan penyanderaan pompong nelayan rawai
1 unit pompong nelayan rawai disandera oleh nelayan jaring batu
Teluk Pambang Konflik semakin terbuka
16 Juni 2003
Perang terbuka antara nelayan rawai dengan nelayan jaring batu
1 (satu) orang nelayan rawai cedera terkena panah, 3 (tiga) Orang nelayan rawai dan 1 (satu) unit pompong nelayan rawai disandera 6 (enam) orang nelayan dan 1 unit kapal jaring batu disandera oleh nelayan rawai
Tabel 25 (lanjutan)
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN SKALA DAN INTENSITAS LOKASI KETERANGAN
3 Juli 2003 Penyanderaan nelayan Desa Kembung Luar oleh nelayan jaring batu
2 orang nelayan kembung luar beserta 1 unit pompong disandera oleh nelayan jaring batu
Teluk Pambang
Akhir 2003 Terjadi penangkapan kapal jaring batu di antara perairan Desa Jangkang dan Desa Selat Baru
2 unit kapal jaring batu di bakar Selat Baru
8 Jan 2004 Penangkapan jaring batu oleh masyarakat Desa Selat Baru
2 unit kapal jaring batu ditahan masyarakat
Selat Baru
Feb 2004 Penyandraan warga Teluk Pambang oleh nelayan jaring batu
1 orang warga yang pulang berdagang dari malaysia disandera selama 2 hari
Rangsang
Juli 2004 Penangkapan jaring batu yang beroperasi di bawah 4 mil oleh SNKB (dimotori oleh masyarakat Desa Selat Baru) bersama Aparat Kepolisian Bengkalis dan Sekcam Bantan
1 Unit jaring batu diamankan aparat, 1 orang pengusaha jaring batu (Jang Karim) di proses serta 1 orang nelayan Selat Baru di tahan (tuduhan penganiayaan)
Kejadian ini berbuntut Aksi demo Nelayan Rawai ke DPRD Bengkalis.
Selat Baru
8 Agt 2004 Penangkapan jaring batu oleh SNKB I unit jaring batu ditahan dan ABK kapal jaring batu di aniaya nelayan Rawai. (dari keterangan SNKB, masyarakat melampiaskan emosinya karena penagkapan Jang Karim yang dianggap gembong jaring batu pada beberapa hari sebelunnya tidak mendapat sanksi apa-apa dari kepolisian)
Tabel 25 (lanjutan)
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN SKALA DAN INTENSITAS LOKASI KETERANGAN
Okt 2005 Nelayan Kecamatan Bantan meminta bantuan ke DPRD Riau
DPRD Riau menyurati Danlanal, Guskanlamabar dan KASAL, untuk membantu penyelesaian masalah yang melibatkan kesatuan
Pekanbaru Belum ada tanggapan dari instansi terkait hingga saat ini
2006 Nelayan yang tergabung dalam SNKB dengan di dampingi oleh WALHI Riau meminta dukungan Gus Dur
- Jakarta Gus Dur saat itu juga langsung menyurati Presiden RI dan Gubernur Riau
2006 Dikeluarkannya SK Gubernur Riau No 17 tahun 2006, tentang pelarangan
pengoperasian jaring batu di perairan Bengkalis hingga 12 mil laut
- Pekanbaru SK Gubernur ini keluar sebagai hasil dari surat Gus Dur
15 Juni 2006
Nelayan jaring batu mengepung nelayan rawai dan membakar 1 buah pompong rawai
- terjadi perkelahian jarak dekat, 10 orang nelayan rawai terluka - Polisi menangkap beberapa orang
nelayan rawai yang dituduh membunuh nelayan jaring batu - satu unit kapal nelayan
berbendera Malaysia yang dibawa oleh nelayan Desa Kembung Luar dibakar dan ABK disandera oleh nelayan jaring batu
Teluk Pambang dan perairan Ransang Barat
Masyarakat dalam kondisi tegang, trauma dan ketakutan
16-18 Juni 2006
Nelayan Kecamatan Bantan melakuakn ronda baik di laut mapun di darat, terutama di malam hari
Berjaga-jaga, dikarenakan adannya isu penyerangan oleh nelayan jaring batu
Para ibu & anak-anak dievakuasi ke tempat yang lebih aman
Kecamatan Bantan
Nelayan Kecamatan Bantan memperketat pengamanan di desa mereka
nelayan yang terlibat langsung insiden 15 Juni banyak yang lari ke hutan
Tabel 25 (lanjutan)
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN SKALA DAN INTENSITAS LOKASI KETERANGAN
Juli 2006 Nelayan Kecamatan Bantan tidak melaut sejak insiden 15 Juni
Tidak ada jaminan keamanan melaut dari aparat kepolisian
Kecamatan Bantan
Nelayan berencana meminta suaka politiuk bagi 10 ribu jiwa ke Malaysia
16 Nov 2006
Terjadi penculikan di laut oleh nelayan jaring batu
4 orang nelayan rawai hilang di perairan Selat Malaka dan belum kembali hingga saat ini
Teluk Pambang Belum diketahui penyebabnya, tetapi disinyalir masih terkait dengan konflik yang terjadi
31 Maret – 2 April 2008
KOMNA HAM mendapat temuan di lokasi tentang dampak konflik terhadap nelayan dan keluarganya
KOMNAS HAM meminta Pemprov dan Pemkab mencari solusi untuk konflik yang terjadi
Pekanbaru Banyak anak-anak nelayan yang putus sekolah, tingkat kesehatan yang menurun
Himbauan untuk Polres Bengkalis agar bersikap independen dalam melakukan tugas pengawasan
Himbauan untuk Pemkab Bengkalis untuk lebih serius menangani konflik yang terjadi di wilayahnya
April 2008 Nelayan yang tergabung dakam SNKB (1500 orang) melakukan aksi massa ke Kantor Bupati Bengkalis
Mendesak Pemkab Bengkalis dan Pemprov Riau untuk membuat Perda
dengan segera atas SK Gubernur No 17 tahun 2006
Kabupaten Bengkalis
Nelayan merasa belum ada kepastian hukum sebagai hasil dari perjuangan mereka selama ini
April 2008 - Dibentuknya mediasi dalam penyelesaian konflik antara nelayan rawai dengan jaring batu
Teluk Pambang
Sumber: diolah dari data primer (wawancara) dan data sekunder (Yayasan Laksana Samudera; Co-fish Project, Harian Pagi Riau Pos, Mingguan SEBATI, Edisi 16/Tahun I/ 3-9 Juli 2003, WALHI Riau, Firdaus (2005) , website resmi Pemprov Riau, Riau Mandiri Online dan berbagai sumber)