• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.3 Alternatif Pengelolaan Ekosistem Lamun di Perairan

Ekosistem lamun mulai mengalami kerusakan akibat faktor manusia dan faktor alam di Perairan Kecamatan Bojonegara. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat pesisir masih kurang mengenai ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara. Faktor kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat pesisir karena tidak pernah dilakukan kegiatan penyuluhan mengenai manfaat ekosistem lamun dari instansi-instansi pemerintah maupun swasta. Akibatnya kerusakan ekosistem lamun mulai terjadi sehingga berdampak pada kerusakan ekosistem lainnya. Dampak lain yaitu terhadap kehidupan masyarakat pesisir karena keberadaan ekosistem lamun memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi sehingga penting adanya pengelolaan terhadap ekosistem lamun agar tetap lestari. Bentuk pengelolaan ekosistem lamun yang dapat diterapkan untuk menjaga kelestarian ekosistem lamun yaitu konservasi ekosistem lamun, pengembangan ekowisata laut, dan rehabilitasi ekosistem lamun.

6.3.1 Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Ekosistem Lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara

Ekosistem lamun membutuhkan peran dari stakeholder terkait untuk

Stakeholder yang terkait dalam pengelolaan ekosistem lamun di Perairan

Kecamatan Bojonegara terdiri dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup, industri, masyarakat, dan peneliti/universitas. Peran stakeholder dalam menjaga keberlanjutan ekosistem lamun disajikan pada

Tabel 6.12 sebagai berikut:

Tabel 6.12 Stakeholder yang terkait dalam pengelolaan ekosistem lamun beserta

perannya di Perairan Kecamatan Bojonegara

No Stakeholder Peran

1 Dinas Kelautan dan

Perikanan Membuat kebijakan terkait pengelolaan ekosistem lamun, menentukan regulasi, mensosialisakan mengenai ekosistem lamun kepada masyarakat pesisir.

2 Badan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Memantau kondisi lingkungan pesisir, mengontrol kawasan pesisir, melestarikan dan mengelola ekosistem lamun. Mengawasi aktivitas perusahaan (limbah) dan meninjau penetapan lokasi industri.

3 Industri Membantu penyaluran CSR untuk kepentingan lingkungan hidup, mengelola limbah agar tidak dibuang ke laut, menjaga dan melestarikan lingkungan pesisir.

4 Masyarakat Memberikan informasi tentang kawasan ekosistem lamun kepada instansi pemerintahan.

5 Peneliti/universitas Penunjang pembuatan kebijakan terkait ekosistem pesisir khususnya ekosistem lamun.

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

6.3.2 Weighted Sum Model (WSM)

Luas kawasan ekosistem lamun mengalami penurunan secara signifikan. Penurunan luas ekosistem lamun menjadi salah satu penyebab berkurangnya hasil tangkapan ikan dan jenis ikan yang hidup di kawasan lamun. Hal tersebut menyebabkan nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun sangat tinggi. Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun mencerminkan bahwa seberapa penting ekosistem lamun bagi kehidupan masyarakat pesisir dan lingkungannya. Peran ekosistem lamun dalam menunjang ekonomi dan ekologi masyarakat menyebabkan perlu adanya kegiatan pengelolaan dan pelestarian ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara. Pengelolaan dan pelestarian ekosistem lamun dilakukan untuk menjaga keseimbangan kawasan laut dan meningkatkan sektor perikanan di Perairan Kecamatan Bojonegara. Alternatif pengelolaan yang dapat dilakukan untuk menjaga keberadaan ekosistem lamun dan memulihkan kembali ekosistem lamun yang telah rusak di Perairan Kecamatan Bojonegara diantaranya; (1) Konservasi ekosistem lamun; (2) Pengembangan ekowisata laut; dan (3) Rehabilitasi ekosistem lamun (Kordi, 2011). Alternatif pengelolaan ekosistem

lamun tersebut dianggap mampu menjadi solusi dari permasalahan yang terjadi di Perairan Kecamatan Bojonegara.

Modal, keuntungan, dan biaya berperan penting untuk ketiga alternatif pengelolaan ekosistem lamun. Kriteria-kriteria tersebut perlu dipertimbangkan dalam memutuskan alternatif yang dipilih dengan memberikan bobot pada masing-masing kriteria. Masing-masing kriteria disetiap alternatif diberi nilai yang sesuai dengan peran penting kriteria dalam menunjang kegiatan alternatif pengelolaan ekosistem lamun. Selanjutnya, menentukan peringkat dari alternatif berdasarkan dari pendapat stakeholder. Peringkat menunjukkan bahwa alternatif

tersebut menjadi prioritas dalam pengelolaan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara. Penentuan prioritas alternatif pengelolaan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara dapat dilihat pada Tabel 6.13 dan hasil penentuan peringkat weightedsummodel disajikan lebih rinci pada Lampiran 8.

Tabel 6.13 Matriks alternatif pengelolaan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara

No. Alternatif Modal Keuntungan Kriteria Biaya Alternatif Nilai Peringkat 1 Konservasi ekosistem lamun 5 5 4 4,7 2 2 Pengembangan ekowisata laut 5 4 4 4,3 3 3 Rehabilitasi ekosistem lamun 5 5 5 5,0 1 Bobot kriteria 0,3 0,4 0,3

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

Tabel 6.13 menunjukkan hasil nilai alternatif pengelolaan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara yaitu sebesar 4,7 untuk konservasi ekosistem lamun, 4,3 untuk pengembangan ekowisata laut, dan 5,0 untuk rehabilitasi ekosistem lamun. Peringkat pertama dari hasil nilai alternatif, adalah rehabilitasi ekosistem lamun, artinya pihak stakeholder beranggapan bahwa melakukan

kegiatan rehabilitasi yang paling prioritas untuk diterapkan dalam pengelolaan ekosistem lamun. Rehabilitasi penting dilakukan karena luas ekosistem lamun sudah sedikit sehingga diperlukan penanaman lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara. Daerah penanaman lamun berada di daerah yang tidak terkena dampak pengurugan maupun limbah seperti pulau-pulau kecil di Kecamatan Bojonegara.

Peneliti Indonesia dan Belanda Phase II pernah melakukan penelitian penanaman lamun (transplantasi lamun) yang dilaksanakan pada Tahun 1999- 2000 di Perairan Teluk Banten sebagai usaha penyelamatan kawasan ekosistem lamun. Program transplantasi lamun yang dilaksanakan mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000.000 selama setahun, namun program tersebut tidak berhasil sepenuhnya karena kebanyakan ekosistem lamun tidak hidup dengan subur. Penyebab kegagalan transplantasi lamun dikarenakan kerusakan pada rimpang, seludang daun dari bibit lamun yang ditanam dimakan hewan (cacing), pengurugan pantai, dan ekosistem lamun tidak dapat tumbuh di semua kawasan (Kiswara, 2004). Ekosistem lamun akan tumbuh subur hanya di kawasan terbuka pasang surut dan perairan pantai yang berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati dengan kedalaman 4 m (Kordi, 2011).

Alternatif pengelolaan ekosistem lamun lainnya yang dapat dilakukan yaitu konservasi (perlindungan) ekosistem lamun dan pengembangan ekowisata laut. Konservasi sudah diterapkan dibeberapa tempat dalam bentuk Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Konservasi ekosistem lamun dapat dikelola oleh masyarakat bersama pemerintah setempat mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kegiatan konservasi dilakukan untuk menyelamatkan plasma nutfah atau ekosistem, sehingga kawasan konservasi dibagi menjadi zona tertentu yaitu zona inti atau zona perlindungan dan zona pemanfaatan. Selain kegiatan konservasi, alternatif yang dapat diterapkan untuk pengelolaan ekosistem lamun yaitu kegiatan pengembangan ekowisata laut. Kegiatan tersebut merupakan perpaduan antara pariwisata ke wilayah alami, yang melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat (Kordi, 2011).

Kondisi saat ini ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara sudah mengalami kerusakan, salah satu faktornya dipicu karena peraturan daerah yang menetapkan Kecamatan Bojonegara sebagai kawasan industri sehingga banyak terjadi reklamasi pantai. Faktor lain yang dapat merusak ekosistem lamun yaitu aktivitas dermaga dan aktivitas nelayan seperti baling-baling perahu dan alat tangkap. Sektor industri dan sektor perikanan memiliki pengaruh yang sama besar terhadap masyarakat pesisir di Kecamatan Bojonegara, sehingga pentingnya

penerapan alternatif pengelolaan ekosistem lamun dan kebijakan pemerintah berbasis masyarakat. Kebijakan alternatif yang diterapkan seharusnya dapat menjaga keseimbangan antara sektor industri dan sektor perikanan. Kebijakan mengenai pengelolaan ekosistem lamun sangat diperlukan, jika dibiarkan terus- menerus ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara akan hilang dan menyebabkan dampak negatif bagi sektor perikanan.

Kebijakan untuk melakukan kegiatan rehabilitasi ekosistem lamun di Kawasan Pulau-Pulau Kecil yang berada di Kecamatan Bojonegara merupakan pengelolaan yang tepat untuk ekosistem lamun. Hal tersebut dilakukan agar kegiatan industri, dermaga, dan limbah tidak menghambat keberhasilan penanaman (transplantasi) kembali ekosistem lamun. Langkah selanjutnya, kegiatan penyelamatan ekosistem lamun agar keberadaannya tetap terjaga yaitu konservasi dengan menetapkan daerah pengelolaan ekosistem lamun yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah. Daerah pengelolaan ekosistem lamun dibagi menjadi kawasan inti, yaitu kawasan dimana ekosistem lamun terlindung dari kegiatan masyarakat yang dapat menimbulkan kerusakan pada ekosistem lamun. Kawasan lainnya adalah kawasan pemanfaatan, yaitu kawasan dimana masyarakat dapat memanfaatkan ekosistem lamun sebagai tempat penangkapan ikan, kerang, dan wisata. Di kawasan pemanfaatan dapat dikembangkan ekowisata laut dimana wisatawan bertujuan untuk menjaga dan memelihara keberadaan ekosistem laut. Ekowisata lamun sudah dikembangkan di Desa Teluk Bakau, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Kawasan tersebut merupakan salah satu daerah perlindungan ekosistem lamun sepanjang Laut Cina Selatan. Kegiatan alternatif pengelolaan tersebut dapat menjaga dan memberikan manfaat baik secara ekologi maupun ekonomi terhadap masyarakat setempat (Sitorus, 2011).

Dokumen terkait