• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.4 Metode Analisis

4.4.4 Alternatif Pengelolaan Ekosistem Lamun yang

Ekosistem lamun memerlukan pengelolaan dari stakeholder agar kondisi

ekosistem lamun tetap berkelanjutan di Perairan Kecamatan Bojonegara. Peran dari masing-masing stakeholder terhadap ekosistem lamun di Perairan Kecamatan

Bojonegara dijelaskan sebagai berikut:

a. Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Ekosistem Lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara

Perairan Kecamatan Bojonegara merupakan salah satu kawasan untuk aktivitas penangkapan ikan, industri, dan dermaga. Banyaknya aktivitas yang terjadi menyebabkan pencemaran di Perairan Kecamatan Bojonegara. Pembangunan dermaga, penambangan batu dan pasir di Perairan Kecamatan Bojonegara, limbah yang belum dikelola dengan baik oleh industri, pertanian, maupun penduduk merupakan faktor-faktor terjadinya pencemaran di Perairan Kecamatan Bojonegara. Pencemaran yang terjadi di Perairan Kecamatan Bojonegara mengakibatkan kerusakan pada ekosistem yang salah satunya yaitu ekosistem lamun. Kerusakan ekosistem lamun dapat mengurangi jumlah ikan dan jenis ikan yang ada, padahal masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan sangat menggantungkan hidupnya pada Perairan Kecamatan Bojonegara.

Upaya untuk menekan tingkat kerusakan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara diperlukan peran dari stakeholder dalam pengelolaan

ekosistem lamun. Beberapa peran yang dapat dilakukan stakeholder berdasarkan

kepentingan dan pengaruhnya:

1. Badan Pelestarian Lingkungan Hidup, Provinsi Banten berperan sebagai pengontrol limbah dari aktivitas industri, pertanian, pemukiman, dan dermaga yang mampu merusak ekosistem lamun dan membantu merehabilitasi ekosistem lamun yang rusak dengan cara penanaman lamun atau transplantasi lamun.

2. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten berperan dalam mengontrol alat tangkap ikan yang digunakan nelayan yang tidak ramah lingkungan dan membantu merehabilitasi ekosistem lamun yang rusak dengan cara penanaman lamun atau transplantasi lamun.

3. Pemerintahan kabupaten dan kecamatan berperan mengontrol dan mengamankan aktivitas masyarakat yang mampu merusak kawasan ekosistem lamun dan mengajak masyarakat, agar masyarakat berkontribusi dalam pelestarian ekosistem lamun.

4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berperan dalam meningkatkan kelembagaan masyarakat dan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan ekosistem lamun secara lestari, seperti lamun dapat diolah menjadi anyaman keranjang, pengganti benang atau cerutu, atap rumbai, dan makanan.

5. Nelayan dan masyarakat pesisir berperan dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dengan lestari dan berpartisipasi dalam pengelolaan ekosistem lamun.

b. Pertimbangan Pengelolaan Ekosistem Lamun agar Keberadaan

Ekosistem Lamun Sustainable

Kawasan pesisir terdapat berbagai ekosistem yang menjaga kehidupan biota-biota laut. Salah satu ekosistem pesisir yang perlu dijaga untuk kelangsungan biota-biota laut adalah ekosistem lamun. Pengelolaan ekosistem lamun agar keberadaannya sustainable di Perairan Kecamatan Bojonegara

mempertimbangkan: pendekatan ekosistem, pendekatan sosial-ekonomi dan budaya, pendekatan sosial politik, dan pendekatan hukum dan kelembagaan. 1. Pendekatan Ekosistem

Lamun merupakan salah satu tumbuhan pesisir dan laut dangkal yang tidak bisa dipisahkan dengan ekosistem lainnya secara ekologi. Ekosistem lamun yang masih utuh dapat menjadi “pagar” pantai sehingga dapat meredam hempasan ombak/gelombang dan gerusan arus. Ekosistem lamun juga menjadi tempat aktivitas biota laut seperti memijah, mengasuh, mencari makan sehingga produksi perikanan sangat terkait dengan ekosistem lamun. Keberadaan ekosistem lamun juga mendukung keanekaragaman spesies dan plasma nutfah yang tinggi. Tingginya produktivitas primer di ekosistem lamun adalah berkah untuk berbagai biota di ekosistem maupun di sekitarnya (Kordi, 2011).

2. Pendekatan Sosial-Ekonomi dan Budaya

a. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang ekosistem lamun baik manfaat, potensi, dan pengelolaan ekosistem lamun melalui pendidikan, penyuluhan, dan budaya.

b. Ekosistem lamun memiliki nilai ekonomi langsung dan nilai ekonomi tidak langsung. Nilai ekonomi langsung ekosistem lamun sangat besar, baik untuk konsumsi langsung maupun produksi. Pengelolaan pesisir yang berkelanjutan dan diikuti dengan pengembangan usaha sesuai dengan manfaat langsung ekosistem lamun. Contohnya penangkapan ikan dan penangkapan kerang mengakibatkan peningkatan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kecamatan Bojonegara.

c. Memberdayakan peran masyarakat dalam pengelolaan, pemeliharaan, dan perlindungan terhadap keberadaan ekosistem lamun (Ramadhan, 2010). 3. Pendekatan Sosial Politik (Ramadhan, 2010).

a. Menyusun perencanaan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya di kawasan pesisir secara bijaksana, mempertimbangkan aspek ekologi dan ekonomi.

b. Proses perencanaan pembangunan kawasan pesisir seharusnya dilakukan secara dua arah yaitu buttom up dan top down.

4. Pendekatan Hukum dan Kelembagaan (Ramadhan, 2010).

a. Menjalankan dan menegakkan hukum yang telah ada guna menjaga ekosistem di Perairan Kecamatan Bojonegara, Teluk Banten.

b. Membentuk kelembagaan mengenai hak dan kewajiban berdasarkan kepentingan dan pengaruh sehingga ekosistem lamun mendapat perhatian agar sustainable.

c. Pendekatan Weighted Sum Model (WSM)

Weighted Sum Model (WSM) merupakan salah satu teknik yang digunakan

untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif. Tujuannya untuk menghasilkan keputusan yang optimal dengan mempertimbangkan berbagai kriteria. Pembuatan keputusan dilakukan melalui upaya pengkuantifikasikan suatu kejadian dan dinyatakan dengan suatu bilangan antara 0 dan 1. Hal ini dianggap sebagai probabilitas pribadi atau subjektif dimana

bobot WSM didasarkan pada tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman, serta latar belakang pengambilan keputusan (Marimin, 2004). Responden untuk metode WSM yaitu pakar yang mengetahui tentang kondisi ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, Badan Pengelolaan Dan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang, Badan Pengelolaan Dan Lingkungan Hidup Provinsi Banten, Pakar LIPI, dan Dosen FPIK IPB.

Persamaan WSM yang digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif: ���� � � = � �

=1

�� � … … … …. (vii) Keterangan:

Total Nilai i = Total nilai akhir dari alternatif ke-i Nilai ij = Nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j Krit j = Tingkat kepentingan (bobot) kiteria ke-j i = 1,2,3,….n; n = jumlah alternatif

j = 1,2,3,…..m; m = jumlah kriteria

Alternatif pengelolaan ekosistem lamun secara berkelanjutan dengan pendekatan WSM terdiri dari 3 (tiga) alternatif yaitu: konservasi ekosistem lamun, pengembangan ekowisata laut, dan rehabilitasi ekosistem lamun. Masing-masing alternatif terdapat tiga kriteria yaitu: modal, keuntungan, dan biaya. Ketiga alternatif merupakan alternatif paling tepat untuk pengelolaan ekosistem lamun yang sudah rusak di Perairan Kecamatan Bojonegara. Pemilihan 3 (tiga) alternatif pengelolaan tersebut juga berdasarkan pertimbangan dan diskusi dengan

stakeholder dan masyarakat pesisir di Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang.

Penilaian alternatif pada masing-masing kriteria menggunakan skala ordinal dari (1) tidak penting sampai (5) sangat penting untuk kriteria biaya, keuntungan, dan efektif (Marimin, 2004). Indikator 1 hingga 5 pada metode WSM menunjukkan tingkat kepentingan peran kriteria untuk menunjang keberlanjutan suatu alternatif pengelolaan. Matriks alternatif pengelolaan ekosistem lamun akan disajikan pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Matriks keputusan alternatif pengelolaan ekosistem lamun yang berkelanjutan

Alternatif Modal Keuntungan Kriteria Biaya Alternatif Peringkat Nilai Konservasi ekosistem lamun Pengembangan ekowisata laut Rehabilitasi ekosistem lamun Bobot kriteria

Keterangan: 1. Tidak penting 2. Kurang penting 3. Cukup penting 4. Penting 5. Sangat penting

Dokumen terkait