• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Alur (Plot)

Alur atau plot memegang peranan penting dalam sebuah cerita. Selain sebagai dasar bergeraknya cerita, alur yang jelas akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang disajikan. Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen- elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhan. Alur mengalir karena mampu merangsang berbagai pertanyaan di dalam benak pembaca (terkait harapan, maupun rasa takut), pertanyaan yang sering muncul adalah hal apa yang akan terjadi selanjutnya, akan tetapi pertanyaan-pertanyaan tersebut dan jawaban yang dihasilkan dapat berlembar-lembar berikutnya.27

Dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan klimaks. Setiap karya fiksi setidak-tidaknya memiliki konflik internal yang hadir melalui hasrat dua orang karakter atau hasrat seorang karakter dengan lingkungannya. Konflik-konflik spesifik ini merupakan subordinasi satu konflik utama yang bersifat eksternal, internal, atau dua-duanya. Konflik utama selalu bersifat fundamental, membenturkan sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan tertentu seperti kejujuran dengan kemunafikan, kenaifan dengan pengalaman, atau individualitas dengan kemauan beradaptasi. Sebuah cerita mungkin mengandung lebih dari satu konflik kekuatan, tetapi hanya konflik utamalah yang dapat merangkum seluruh peristiwa yang terjadi dalam alur. Konflik utama selalu terikat intim dengan tema cerita. Klimaks adalah ketika konflik terasa sangat intens sehingga ending tidak dapat dihindari lagi.28 Klimaks utama sering berwujud satu peristiwa yang

27 Robert Stanton, Teori Fiksi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007), hlm. 28 28

tidak terlalu mengejutkan. Klimaks utama tersebut terkadang sulit dikenali karena konflik-konflik subordinat pun memiliki klimaks- klimaksnya sendiri. Bahkan, bila konflik sebuah cerita berwujud dalam berbagai bentuk atau cara dan melalui beberapa fase yang berlainan, akan sangat tidak mungkin menentukan satu klimaks utama. Alur sebuah cerita bagaimanapun tentu mengandung unsur urutan waktu, baik dikemukakan secara eksplisit maupun implisit. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita tentulah ada awal kejadian, kejadian- kejadian berikutnya, dan barangkali ada pula akhirnya. Alur sebuah karya fiksi sering tidak menyajikan urutan peristiwa secara kronologis dan runtut, melainkan penyajiannya yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang manapun juga tanpa adanya keharusan untuk memulai dan mengakhiri dengan kejadian awal dan kejadian terakhir. Demi memperoleh keutuhan sebuah alur cerita, Aristoteles mengemukakan bahwa sebuah alur haruslah terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap akhir (end).29 Ketiga tahap tersebut penting untuk dikenali, terutama jika kita bermaksud menelaah alur karya fiksi yang bersangkutan.

Tahap awal, sebuah cerita biasamya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Misalnya, berupa penunjukkan dan pengenalan latar, seperti nama-nama tempat, suasana alam, waktu kejadian, dan lain-lain yang pada garis besarnya berupa deskripsi setting.30 Tahap awal cerita, di samping memperkenalkan situasi latar dan tokoh-tokoh, konflik sedikit demi sedikit juga sudah mulai dimunculkan.

Tahapan tengah, disebut sebagai tahap pertikaian menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap

29

Abrams dalam buku Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 256

30 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. Konflik yang dikisahkan seperti telah dikemukakan dapat berupa konflik internal, konflik eksternal, konflik dalam diri seorang tokoh, atau pertentangan yang terjadi antar tokoh cerita. Di tahap tengah ini pula klimaks ditampilkan, yaitu ketika konflik (utama) telah mencapai titik intensitas tertinggi.31 Bagian tengah cerita merupakan bagian terpanjang dan terpenting dari sebuah karya fiksi. Di bagian ini pula inti cerita disajikan. Tokoh-tokoh memainkan peran, peristiwa penting dikisahkan, konflik berkembang semakin meruncing, menegangkan dan mencapai klimaks.

Tahap akhir, disebut juga sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Bagian ini berisi bagaimana kesudahan cerita, atau mengarah pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita. Hal ini, biasanya dikaitkan dengan bagaimana nasib tokoh-tokoh, bagaimana bentuk penyelesaian sebuah cerita, dalam banyak hal ditentukan atau dipengaruhi oleh hubungan antartokoh dan konflik yang dimunculkan.32 Dapat diartikan bahwa pada tahap ini peleraian dari sebuah titik puncak masalah dan diakhiri dengan sebuah penutup cerita atau akhit cerita. Teori klasik Aristoteles penyelesaian atau akhir cerita dibedakan menjadi dua macam, yaitu kebahagiaan dan kesedihan atau yang biasa dikenal dengan istilah happy ending

dan bad ending

Tahap-tahap alur yang telah dikemukakan di atas dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram. Diagram struktur yang dimaksud biasanya didasarkan pada urutan kejadian dan atau konflik secara kronologis. Sebenarnya lebih menggambarkan struktur alur jenis progresif-konvensional-teoretis. Misalnya, diagram yang digambarkan oleh Jones seperti ditunjukkan berikut ini,33

31

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005),, hlm.145

32

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005),. hlm.146

33 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Klimaks

Inciting Force+)

*) **) pemecahan

AWAL TENGAH AKHIR

Keterangan: *) konflik dimunculkan dan semakin ditingkatkan **) konflik dan ketengangan mulai melemah

+) inciting forces menyarankan pada hal-hal yang semakin meningkatkan konflik sehingga mencapai klimaks

Diagram di atas menggambarkan perkembangan alur yang runtut dan kronologis. Sesuai dengan tahapan-tahapan alur yang secara teoretis dan konvensional. Kenyataannya memang alur cerita sebuah karya fiksi, terutama novel urutan kejadian yang ditampilkan tidak secara linear kronologis, sehingga jika digambarkan wujud diagramnya pun tidak akan sama.

Dokumen terkait