• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGARANG DAN KARYANYA

A. Biografi Pengarang dan Sutradara

1. Pengarang

Dewi Lestari Simangunsong lahir di Bandung , 20 Januari 1976. Ia menyelesaikan pendidikannya jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Katolik Parahyangan. Ia juga dikenal sebagai, penyanyi, pencipta lagu, dan presenter.51 Ia merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ia merupakan anak dari pasangan Yohan Simangunsong yang merupakan anggota militer, sedangkan ibunya Tiurlan Siagian adalah ibu rumah tangga yang sistematis, intelektual dan keras. Dewi mulai menulis sejak ia duduk di kelas 5 SD. Waktu itu Dewi memiliki sebuah khayalan yang kemudian menggerakkannya utuk memulai menulis.

“aku mengkhayal suatu hari di luar sana akan ada satu buku yang

bertulis namaku. Dari khayalan itu aku beli satu buku tulis kosong dan aku perlakukan buku itu sebagai buku pertamaku. Aku tulis semua khayalanku dibuku itu, semuanya ditulis pakai tulisan

tangan.”

Sejak itu Dewi mulai gemar menulis buku harian, ia selalu menyimpan semua buku harian yang ia punya sejak kelas 1 SMP. Semua buku hariannya ia letaknya menjadi satu di sebuah peti harta karun. Bagi Dewi, buku hariannya menjadi satu harta paling berharga dalam hidupnya. Kesenangan Dewi menulis sepertinya tidak diimbangi dengan kesenangannya membaca, ia lebih senang membaca satu buku yang membuatnya mampu berakar dalam dirinya. Tidak perlu banyak buku yang ia baca, baginya bukan dari kuantitas, tapi dari kualitas bacaan yang

51 Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Titian

ia temukan. Kalau memang menyentuh, ia akan menggerakkannya untuk berkarya lebih banyak lagi.

Ada satu tulisan Dewi yang membuat keluarganya terkejut. Yaitu

sebuah cerpen berjudul “Rico de Coro”. Cerpen ini pertama kali ia tulis pada tahun 1994 seluruh keluarganya terkesan dengan cerpen itu, bahkan kakaknya menunjukkan karyanya kepada Hilman Hariwijaya, setelah Hilman baca ia tertarik dan cerpen Dewi pun dimasukkan ke dalam majalah Mode. Cerpen ini menjadi salah satu cerpen yang mendapat apresiasi tinggi dari pembaca majalah mode.

Dewi mulai menulis novel pertamanya pada tahun 1995. Dewi membeli laptop dari honor menyanyinya. Ia pun mulai menulis beragam tulisan. Mulai dari cerpen, esai, cerita bersambung, hingga novel. Tahun 2000, Dewi mulai terpikir untuk menulis Supernova: Ksatria, puteri, dan Bintang Jatuh. Novel itu pun menjadi novel pertamanya. Supernova menjadi debut pertamanya, melalui novel itu Dewi melakukan awal yang sangat baik untuk kariernya sebagai penulis. Tidak hanya Supernova,

karya Dewi yang lain pun banyak membuat pembacanya tertarik. Novel berikutnya adalah Perahu Kertas, novel ini merupakan novel digital pertama kali yang ada di Indonesia. Perahu kertas ditulis dewi tahun 1996, namun karya ini baru ia selesaikan 70%. Dewi adalah orang yang senang mencoba, ia senang menjadi seorang pionir. Ia yakin bahwa karyanya akan dicintai pembacanya. Tenyata, benar saja Perahu Kertas merambah hingga ke medium film.

Sebelum terkenal menjadi seorang penulis, Dewi telah lebih dahulu dikenal sebagai seorang penyanyi. Dewi tergabung dalam kelompok vokal Rida Sita Dewi (RSD). Kini, Dewi telah memutuskan untuk menjadi seorang penulis. Menurutnya, menulis adalah sesuatu yang ia bayangkan dan akan terus ia lakukan hingga tua nanti. Di satu sisi, menulis adalah profesi yang sangat langgeng dibandingkan industri hiburan atau dunia olahraga. Atlet hidupnya terbatas, penyanyi terbatas, model juga terbatas. Tetapi kalau menulis, sampai seseorang tua renta, selama fisik dan otaknya

dapat bekerja, ia dapat terus menulis. Bahkan ketika seseorang tidak lagi dapat mengetik ia dapat menyuruh orang untuk mengetik. Kedua, menulis memberikan kemerdekaan untuk lebih banyak di rumah. Menulis tidak mengharuskan seseorang terjebak macet di jalan. Menulis membuatku tidak perlu tampil menjadi orang lain. Sebagai penulis ia dapat berbicara melalui bukunya. Bagi Dewi penulis adalah profesi yang sangat nyaman. Dewi menganalogikan profesi penulis sebagai sebuah kasur dengan selimut tebal yang sangat nyaman. Bagi dewi menulis merupakan caranya untuk beraktualisasi diri. Menulis adalah medium yang ia pilih untuk berekspresi. Ketika ia memiliki ide, ketika ia ingin membagi cerita ke orang lain, dan medium yang ia pakai adalah menulis.

Pada tahun 2012, ada empat karya Dewi Lestari yang diadaptasi menjadi film. Rectoverso, Filosopi Kopi, Madre, dan Perahu Kertas.

Kabar terbaru adalah Supernova Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh akan difilmkan. Madre diproduksi Mizan Production dan disutradarai oleh Benni Setiawan. Rectoverso diadaptasi menjadi film omnimbus yang disutradarai lima aktris Indonesia, Marcella Zalianty, Rachel Maryam, Chaty Sharon, Olga Lydia dan Happy Salma. Filosofi Kopi akan diadaptasi ke dalam dua versi: film pendek yang akan disutradarai Angga Dwimas Sasongko dan film pendek yang akan diproduksi oleh 87 Film. Sementara itu, Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh diadaptasi oleh Sunil Soraya. jika ditanya apa pertimbangan Dewi dapat melepas karyanya untuk dijadikan ke bentuk lain, ia hanya melihat keseriusan orang itu. Ia juga akan melihat siapa dan bagaimana orang itu akan membentuk karyanya.

Karya Rectoverso mengalami proses adaptasi diawali oleh Marcella Zalianty, yang ingin membuat sebuah film omnimbus yang membahas cinta dari beragam sisi. Dewi pun mengirimkan CD dan buku

Rectoveso, ternyata Marcella tertarik dengan Rectoverso. Menurut Dewi,

Rectoverso, adalah cerita yang sangat bebas, yang sangat bisa diinterpretasikan dengan berbagai cara. Keseriusan Marcella akan

Rectoverso membuat ia yakin untuk melepasnya. Dewi tahu, ia tidak akan main-main dengan proyeknya.”52

2. Sutradara film

a. Marcella Zalianty

Marcella Zalianty lahir di Jakarta, 7 Maret 1980, ia merupakan anak dari aktris Indonesia Tetty Liz Indriati dan adiknya pun seorang aktris bernama Olivia Zalianty. Marcella membintangi sebuah cerita dengan judul Sephia yang tayang di SCTV. Selain itu Marcella juga berakting pada layar lebar, film pertamanya disutradarai oleh Rudi Soejarwo dengan judul Bintang Jatuh. Film ini, dibintangi Marcella bersama dengan artis Dian Sastrowardoyo. Tahun 2005, melalui film Brownies, Marcella berhasil memenangkan award sebagai aktris perempuan terbaik pada Festival Film Indonesia. Selain aktif di dunia seni, Marcella juga sering terlihat pada beberapa kegiatan sosial. Ia terpilih sebagai Brand Ambasador Karya Tunas Nusantara, Tagana, serta Rumah Autis. Sebagai salah satu sutradara film Rectoverso dan pemilik rumah produksi Keana, Marcella juga memiliki banyak penghargaan di bidangnya yaitu Nominasi untuk aktris terbaik di Bandung Film Festival 2004 (The Soul), nominasi untuk aktris terbaik di Bali International Film Festival 2004 (Tusuk Jelangkung), nominasi untuk degan menyedihkan di MTV Indonesia Movie Award 2004 (Tusuk Jelangkung), nominasi untuk Aktris Paling Ngetop In SCTV Award 2003 (Malam Pertama), nominasi untuk Aktris Paling Ngetop In SCTV Award 2001 (Sephia). Kini ia telah menikah dengan pembalap terkenal Indonesia yaitu Ananda Mikola dan memiliki satu orang anak. Sebagai salah satu sutradara film Rectoverso, Marcella dan kawan- kawan berhasil membawa film Rectoverso ke Cannes, dan

52

disaksikan oleh warga sebanyak 100 orang. Selain itu film ini pun diputar sebanyak 3 hari pada 21, 23, dan 25 Mei.53

b. Happy Salma

Happy Salma anak keempat dari enam bersaudara pasangan almarhum Dachlan Suhendara dan ibunda Iis Rohaeni lahir pada 4 Januari 1980, 1a tumbuh dalam napas seni. Mereka bersaudara yang sangat kompak, pendeknya leluasa untuk berkreativitas baik itu menari, bernyanyi ataupun bermain musik. Di usia remaja, ia terpilih menjadi finalis model majalah Gadis. Dari dunia model, lalu ia membuat sebuah album lagu berjudul “Tapi Kini” yang diproduseri oleh Franky Sahilatua. Selanjutnya, ia mengenal dunia sinetron. Berkat keseriusan menekuni dunia seni peran, lebih kurang saya sudah bermain di 30 judul sinetron. Pada 2008 ia memeroleh penghargaan sebagai pemeran pendukung terbaik dalam Festival Film Bandung dalam sinetron Rinduku Cintamu. Happy merambah ke dunia film televisi dan layar lebar. Menir Proyek Gagal, Tak Cukup Sedih, dan Laela, adalah beberapa judul FTV di mana ia salah satu pemerannya. Di dunia layar lebar, ia bermain di film Gie, True Love, Description Without Place, Soul Quest dan 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Pada 2010, saya mendapat penghargaan sebagai pemeran pendukung terbaik FFI untuk film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, dan penghargaan yang sama di Indonesian Movie Award.

Dunia selebritas membuat Happy kesepian, lalu ia melarikan diri ke dunia sunyi, dunia menulis. Pada pertengahan 2006 ia bertemu Rieke Diah Pitaloka. Kepadanya Happy berkeluh kesah soal minimnya ketertarikan generasi muda pada dunia sastra. Dari hasil diskusi itu dia mendirikan penerbitan yang bergerak di bidang sastra. Untuk menggeliatkan kembali dunia sastra, tulis-

53 Diunduh dari http://www.keanaproduction.org/marcella-zalianty/ pada tanggal 14

menulis, juga dunia membaca, penerbit Koekoesan meluncurkan buku pertamanya berjudul Pulang (kumpulan cerpen).

Karya-karya besar sastra Indonesia banyak memengaruhi cara pandangnya, bahkan ia menggeluti dunia teater juga karena kecintaannya pada karya-karya tersebut. Happy pernah mementaskan lakon Nyai Ontosoroh diadaptasi dari novel Bumi Manusia, karya Pramoedya Ananta Toer dan setelah itu lakon

Ronggeng Dukuh Paruk adaptasi novel karya Ahmad Tohari yang pernah saya pentaskan di Amsterdam. Lewat Pulang, ia terpilih sebagai salah satu finalis penulis muda berbakat dalam Khatulistiwa Literary Award (2007).

Setelah itu terbit buku kedua Telaga Fatamorgana (2008), lalu novel kolaborasi bersama Pidi Baiq berjudul Hanya Salju dan

Pisau Batu (2010), dan sejumlah antologi cerpen bersama dalam

Titian, Lobakan, 24 Sauh, dan Dari Datuk ke Sangkar Emas.

Bersama seorang teman, ia mendirikan Titimangsa Foundation guna mengorganisir kegiatan-kegiatan sosial dan seni. Sejak 2007, Happy menggelar keliling sastra ke sekolah-sekolah dan kampus- kampus di sejumlah daerah. Inggit adaptasi novel karya Ramadhan KH adalah panggung monolog terkini saya, yang memeroleh apresiasi dari sejumlah kalangan. Pada tahun 2013 ini saya mendirikan penerbitan yang juga diberi nama Titimangsa. dan buku biografi seniman tari dan jewelry yang bernama Desak Nyoman Suarti akan menjadi karya perdana, yang kebetulan saya tulis dan dibantu oleh seorang sastrawan asal Bali yang bernama Warih. Selama pelaksanaan Festival Film Cannes, “Rectoverso

diputar selama tiga kali yaitu pada tanggal 21, 23 dan 25 Mei.

c. Cathy Sharon

Perempuan blasteran ini memiliki nama lengkap Cathy Sharon Gasnier, namun masyarakat mengenalnya dengan nama Cathy Sharon. Cathy lahir di Jakarta, 8 Oktober 1982. Sebagai

seorang aktris, model, presenter, dan interpreneur Cathy juga pernah menjadi seorang sutradara pada film Rectoverso. Kiprahnya di dunia seni tidak diragukan lagi, ia sudah banyak membintangi film layar lebar seperti Dunia Mereka (2005), Hantu Bangku kosong (2006), Sang Dewi (2007), Barbie 3+1 (2008), Dawai Asmara (2010), Perfect House (2011). Perempuan yang memiliki hobi jalan-jalan, menonton, dan menari ini juga sering dipilih oleh brand-brand terkemuka Indonesia sebagai ambassador, seperti La

piazza Ambassador (2005), L‟oreal Ambassador (2006), Kemang

Village Ambassador (2007-2008), Icon Levi‟s (2008), Ambassador Taiwan Excellence (2011-2012), Ambassador Taiwan Excellence (2012-2013), Yoko Yoko (2014-2015). Perempuan yang memiliki tinggi badan 174cm ini aktif diberbagai bidang, seperti host diberbagai program televise, juri dance with Star Season 1 dan 2, serta model iklan dan majalah Indonesia.54

d. Olga Lidya

Artis Indonesia keturunan Tionghoa ini lahir di Jakarta, 4 Desember 1976. Olga mengawali kiprahnya di jagad hiburan dari dunia modeling. Dengan tubuhnya yang tinggi semampai, Olga laris manis menjadi model catwalk dalam berbagai peragaan busana para desainer ternama. Wajahnya kian familiar di mata masyarakat setelah menjadi bintang iklan serta model di video klip Stanley Sagala dan sejumlah band papan atas seperti Boomerang, Kafein, bahkan Dewa 19. Selain modelling, perempuan yang pernah berpose seksi untuk majalah pria, Popular ini juga berkiprah sebagai presenter. Beberapa acara yang pernah dipandunya antara lain Sisi Lain, Jelita, Otomotif, A1GP, Dunia Samsung, dan yang paling mencuatkan namanya adalah Republik Mimpi. Di program parodi politik itu, Olga kerap dipasangkan dengan sahabat kentalnya sesama presenter, Anya Dwinov.

54

Nama Olga juga cukup diperhitungkan dalam seni peran berkat sinetron Lo Fen Koei yang pernah tayang di RCTI serta film horor 12 AM. Kemudian pada April 2010, Olga tampil dalam film

Terekam. Menariknya, ide film yang juga bergenre horror itu bermula dari keisengan Olga serta dua rekannya Julia Perez dan Monique Henry. Film yang dibuat berdasarkan kisah nyata ketiganya ini semakin unik karena digarap tanpa sutradara, skrip, maupun kru. Diakui Olga, editor pembuat film ini terbilang luar biasa. Pasalnya ada puluhan kaset yang dipakai dan harus diedit hingga menjadi satu film tersendiri. Apalagi gambar-gambar yang diambil bukan berasal dari kamera profesional, malahan dari handycam hasil pinjam sana-sini.

Selain sukses di ranah hiburan, Olga juga merambah dunia bisnis. Pemilik tinggi badan 171 cm dan berat badan 47 kg ini juga menekuni bisnis studio rekaman amatir dan les vokal Rumah Bintang, tempat bilyar La Forca, restoran Poke Sushi, serta Lihat bisnis francise aksesoris asal Thailand. Masih di tahun 2010 pada bulan Juli, Olga tampil sebagai perempuan korban KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) bernama Lily dalam film layar lebar 7 Hati 7 Cinta 7 Lihat wanita. Dalam film garapan Robby Ertanto itu, Olga mengaku menemui sedikit kesulitan, Untuk perannya ini, Olga melakukan riset dari internet dan mencari orang-orang yang pernah mengalami KDRT. Selain sukses di ranah hiburan, Olga juga merambah dunia bisnis. Pemilik tinggi badan 171 cm dan berat badan 47 kg ini juga menekuni bisnis studio rekaman amatir dan les vokal Rumah Bintang, tempat bilyar La Forca, restoran Poke Sushi, serta bisnis francise aksesoris asal Thailand, NaRaYa. Wanita yang hobi nonton dan berteman akrab dengan aktris Happy Salma ini juga aktif dalam dunia olahraga. Ia merupakan salah seorang pengurus Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia). Seakan tak mengenal kata lelah, wanita yang masih betah melajang di usianya yang sudah kepala tiga ini juga

kerap terlibat kegiatan sosial. Di penghujung 2010, bersama Komunitas Books for Hope, Olga berkunjung ke Lapas Anak Pria Tangerang dan membagikan buku. Kesempatan itu, Olga memotivasi para penghuni Lapas dengan cerita masa kecilnya. "Dari kecil saya tumbuh dari buku. Saya tumbuh dengan budaya baca, bukan budaya nonton. Waktu kecil ya dimulai dari majalah anak. Kelas 1 atau 2 SD saya sering baca Komikus komik. Kelas 3 sudah mulai baca novel. Kelas 5 sudah bisa menghabiskan novel- novelnya Agatha Christie," ujar Olga. Ketika disinggung soal perkembangan minat baca anak-anak sekarang, Olga menuturkan jika minat baca anak-anak di pedesaan masih amat tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak perkotaan. Olga menegaskan bahwa membaca adalah sebuah kegiatan yang amat bermanfaat karena bisa meningkatkan daya imajinasi. "Membaca adalah kegiatan yang menyenangkan. Dengan buku mereka bisa bebas berimajinasi ke mana-mana," tegas Olga, penikmat musik jazz dan pop ini. Selain untuk menggalakkan kebiasaan membaca di kalangan generasi muda, kegiatan sosial itu juga dilakoninya dalam rangka menyeimbangkan hidup. "Kita bekerja supaya bermanfaat untuk diri kita dan kalau bisa juga buat orang banyak. Aku merasa masih kurang banget tapi terus berusaha untuk seimbang," tegas salah satu aktris pendukung film Eksul ini.55

e. Rachel Maryam

Darah seni memang telah mengalir dalam diri Rachel. Nenek dari pihak ibunya adalah seorang pemetik harpa, sedangkan nenek dari pihak ayahnya adalah seorang sinden. Bakat aktingnya mulai terasah saat bersekolah di SMUN 19 Bandung dan bergabung di kelompok teater sekolahnya. Lulus SMU, Rachel

55

Diunduh dari http://www.tokohindonesia.com/biografi/ Copyright tokohindonesia.com, pada tanggal 12 Mei 2014, pada pukul 20.00

ingin melanjutkan belajar akting di Institut Kesenian Jakarta. Sayang ibunya, Marina Trijawati, yang telah bercerai dari ayahnya, Indra Sayidina, menginginkan Rachel sekolah di perhotelan. Menuruti keinginan ibunya yang berdarah Jerman dan Sunda, Rachel pun masuk ke Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, yang juga lazim disebut NHI, di jurusan Manajemen Tata Hidang (Food and Beverages Services).

Merasa salah tempat, Rachel memutuskan untuk meninggalkan kuliahnya. Rachel pun hijrah ke Jakarta dan terjun ke dunia model. Namanya mulai dikenal setelah membintangi videoklip Sephia milik kelompok musik Sheila on 7. Berkat aktingnya sebagai `kekasih gelap` pada klip tersebut, ia meraih penghargaan sebagai Model Klip Terbaik MTV 2001. Rachel pun menjajal dunia seni peran. Berawal dari sinetron seperti Lupus Milenia danStrawberry, Rachel terjun ke layar lebar. Melalui film Eliana, Eliana dan bersanding dengan pemain kawakan sekelas Jajang C. Noer, Rachel memulai sukses di dunia film. Walau tidak segegap gempita film Ada Apa dengan Cinta, misalnya, Eliana, Eliana berhasil merebut penghargaan untuk kategori `Best Young Cinema Award`, penghargaan dari kritikus film internasional dan `Best Promising Young Director` pada festival film di Singapura. Sukses film pertamanya, diikuti oleh film-film berikutnya antara lain Arisan (2003), Janji Joni (2005), dan Vina Bilang Cinta (2005).Untuk menunjukkan keseriusan di dunia akting, Rachel sempat menimba ilmu akting selama tiga bulan di Jerman. Keseriusan itu berbuah manis. Melalui film Arisan (2003), Rachel berhasil mendapatkan Piala Citra untuk predikat aktris pendukung terbaik. Ia Bermain Sinetron Ibu Pungut Rumah Produksi Multivision Plus.

Meski sukses, Rachel pun pernah terjerat kasus pornografi ketika video dirinya yang sedang berganti baju di sebuah kamar mandi tersebar luas tahun 2003. Tak hanya Rachel, dalam video itu

terdapat sejumlah artis lainnya, termasuk Shanty, Femmy Permatasari dan Sarah Azhari. Dalam kasus ini, Rachel dan teman- temannya ditetapkan sebagai korban dari tersangka Budi Han, penanggung jawab Studio Budi Han di mana gambar mereka diambil.56

Dokumen terkait