• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PERANCANGAN MODEL SIMULASI

4.1 Identifikasi Sistem Amatan

4.1.2 Alur Sistem Pasokan dan Distribusi BBM Sektor Transportasi Untuk

Alur sistem pasokan dan distribusi tidak hanya interaksi antarpasokan kilang lokal maupun impor, dengan terminal dan interaksi antara terminal dengan lembaga penyalur, namun sistem pasokan dan distribusi juga melakukan interaksi antara terminal satu dengan terminal lain di dalam maupun luar wilayah Jawa Timur. Gambaran skema dan penjelasan alur sistem pasokan dan distribusi BBM sektor transportasi untuk konsinyasi dalam maupun luar wilayah Jawa Timur yang dilengkapi dengan moda transportasi yang digunakan dapat ditampilkan, seperti pada Gambar 4.2 di bawah ini:

42 Pipa TERMINAL C TERMINAL A TERMINAL Z TERMINAL Y TERMINAL X Pipa TERMINAL B

Kereta Ketel Uap

Mobil Tanki

Buffer Buffer

Produk impor & kilang Kapal Tanker SELURUH SPBU JAWA TIMUR TERMINAL LEMBAGA PENYALUR Kapal Tanker

Kereta Ketel Uap

TERMINAL K

Konsinyasi Luar Jawa Timur

Kapal Tanker

Mobil Tanki Kapal Tanker

Kapal Tanker

Gambar 4.2 Alur Sistem PasokanKonsinyasi di Jawa Timur (Sumber: Data PT XYZ, 2016)

Berdasarkan Gambar 4.2 alur sistem penyaluran konsinyasi dilakukan untuk memberikan ketahanan persediaan (coverage day) antara terminal satu dan terminal lain dengan menggunakan beberapa moda transportasi yakni, mobil tanki, kapal tanker, kereta ketel uap dan pipa. Alur tersebut dapat dijelaskan secara detail mengikuti informasi selama melakukan wawancara dengan pihak PT XYZ wilayah Jawa Timur. Pintu masuk pasokan BBM kilang lokal berada pada dua terminal yakni, Terminal A dan C, sedangkan pasokan impor berada pada Terminal A dan B. Ketiga terminal memiliki pelabuhan yang besar dan kondisi permukaan laut yang dalam, dimana kondisi tersebut dapat dimasuki oleh kapal tanker yang mampu memuat 20.000 – 33.000 kl dalam sekali kedatangan. Terminal A dan B merupakan terminal penerima dan pemasok konsinyasi yang disebut dengan double handling,

43

sedangkan Terminal C, X, Y dan Z hanya sebagai terminal penerima yang disebut single handling.

Terminal A merupakan terminal khusus yang menerima pasokan melalui dua moda transportasi yakni, kapal tanker dan pipa. Penggunaan kapal tanker dikhususkan untuk pengiriman produk minyak impor maupun lokal yang memiliki radius jarak tempuh yang cukup jauh, sedangkan penggunaan pipa dikhususkan pada pasokan kilang lokal yang memiliki lokasi dekat dengan terminal. Kapal tanker dibedakan menjadi lima tipe kapal dengan masing-masing kapasitas kapal yang telah ditetapkan, seperti pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Tipe Kapal Tanker

Tipe kapal tanker Kapasitas kapal (kl)

Small 1 3.600 – 4.000 Small 2 6.000 – 7.500 General Purpose (GP) 10000 – 22.000

Medium Range (MR) 24.000 – 33.000 Large Range (LR) 50.000 – 100.000

Sumber: Data PT XYZ (2016)

Kilang lokal merupakan salah satu sumber pasokan terminal wilayah Jawa Timur, dimana kilang lokal dapat memproduksi Produk A sebanyak 50.000 barrel per hari. Terminal A dapat menerima pasokan kilang lokal setiap enam hari produksi sebanyak 240.000 barrel yang setara dengan 38.160 kl dengan kecepatan aliran pipa sebesar 1100 kl/jam. Pasokan BBM impor dapat dikirimkan setiap 30 hari sekali ke Terminal A sebanyak 200.000 barrel dan Terminal B sebanyak 100.000 barrel, dimana pasokan impor merupakan penyesuaian rencana penjualan bulan depan dan pasokan konsinyasi per bulan, serta kemampuan produksi kilang lokal. Jika pasokan kilang lokal selama sebulan adalah 200.000 kl/bulan dikurangi dengan pasokan konsinyasi sebanyak 90.000 kl/bulan dan rencana penjualan sebesar 80.000 kl/bulan, maka (200.000 kl – 90.000 kl – 80.000 kl=) 30.000 kl merupakan sisa kekurangan pasokan BBM. Kekurangan pasokan tersebut akan dibantu oleh pasokan impor, dimana permintaan selalu dilakukan sebanyak 32.000 kl sesuai dengan kapasitas tangki pada kapal tanker impor. Pengiriman sebanyak (32.000 kl x 2 kali pengiriman per bulan =) 64.000 kl tidak menyebabkan penuhnya

44

tangki timbun terminal utama, karena setiap hari terdapat aktivitas pengiriman BBM dapat berada di luar rencana maupun di dalam rencana penjualan. Pada penelitian ini terminal yang menjadi acuan kapasitas adalah Terminal A, B dan C yang merupakan penerima pasokan lokal maupun impor. Ketiga pasokan BBM dapat ditimbun pada tangki timbun terminal utama yang merupakan penggabungan dari ketiga kapasitas terminal yakni sebesar 161.700 kl pada bulan Agustus, dimana bulan sebelumnya hanya berisi 111.700 kl.

Terminal A melakukan kegiatan konsinyasi ke Terminal B dan Terminal K (terminal di luar wilayah Jawa Timur). Pengiriman konsinyasi Terminal A dengan Terminal B dilakukan menggunakan moda transportasi berupa pipa, karena merupakan moda transportasi yang efisien. Efisien yang dimaksudkan adalah pengiriman melalui pipa lebih cepat dibandingkan dengan pengiriman melalui kapal tanker karena tidak terdapat antrian di pelabuhan. Pengiriman pasokan Terminal B dilakukan sebanyak sepuluh kali dengan sekali kirim sebanyak 17.000 kl, dengan kecepatan aliran pipa sebesar 600 kl/jam. Pada penelitian ini Terminal B tidak merupakan konsinyasi wilayah Jawa Timur, namun digabungkan menjadi satu terminal utama dengan Terminal A dan C. Hal tersebut dikarenakan Terminal B merupakan terminal yang melakukan konsinyasi ke lima lokasi terminal yakni, Terminal X, Y dan Z, serta Terminal K yang terletak pada provinsi Bali dan Jayapura. Terminal X, Y dan Z termasuk sebagai Terminal single handling, karena keterbatasan kapasitas dan lokasi terminal. Pengiriman dari Terminal B ke Terminal X menggunakan moda transportasi kapal tanker bertipe small 1 ataupun small 2. Tipe kapal tanker Small 1 berkapasitas 4000 kl dan Small 2 berkapasitas 7000 kl. Pengiriman ke Terminal X dilakukan setiap tiga kali dalam sebulan dengan kuantitas pasokan sebesar 2.300 kl. Pengiriman dari Terminal B ke Terminal Y menggunakan moda transportasi kereta ketel uap yang dilakukan setiap hari dengan menggunakan satu kereta yang berisi 20 ketel dengan satu shift kerja. Satu ketel memiliki daya tampung sebesar 30 kl. Pengiriman Terminal B ke Terminal Z menggunakan dua moda transportasi yakni, mobil tanki dan kereta ketel uap. Rasio pengiriman menggunakan mobil tanki dan kereta ketel uap yakni, 20% – 80% (Sagala, 2016). Pengiriman kedua moda tersebut dilakukan secara bersamaan, khusus untuk mobil tanki lebih dilihat pada kebutuhan yang diinginkan Terminal Z

45

dan biasanya langsung pada lembaga penyalur di daerah Terminal Z. Pengiriman menggunakan kereta dilakukan setiap hari dengan dua kereta yang masing-masing memiliki 20 ketel. Pengiriman dilakukan menggunakan dua shift, dimana shift kedua baru mengantarkan ketika shift pertama sedang menuju kembali ke Terminal B. Penggunaan keterangan buffer khusus moda transportasi kereta dikarenakan kondisi rel yang menanjak. Hal ini menyebabkan 20 ketel dipecah menjadi sepuluh ketel dalam setiap pengiriman ke Terminal Y dan Z. Semua persedian pada keenam terminal tersebut akan dikirimkan pada seluruh lembaga penyalur di wilayah Jawa Timur.

Konsinyasi luar Jawa Timur dilakukan oleh hanya dua terminal yakni, Terminal A dan B. Terminal A mengirim pasokan konsinyasi ke wilayah Makassar dan Jawa Tengah, sedangkan Terminal B mengirimkn pasokan konsinyasi ke wilayah Bali dan Jayapura. Konsinyasi Terminal K merupakan akumulasi dari seluruh konsinyasi di luar wilayah Jawa Timur. Terminal ini tidak menjadi topik utama pada penelitian, melainkan membantu menguraikan konsinyasi luar Jawa Timur untuk mengetahui pasokan yang ada di wilayah Jawa Timur. Konsinyasi Terminal A dengan wilayah Makassar sebanyak 2.500 kl dengan tiga kali pengiriman per bulan, wilayah Jawa Tengah sebanyak 13.000 kl dengan delapan kali pengiriman per bulan, wilayah Bali sebanyak 2.000 kl dengan dua kali pengiriman per bulan dan wilayah Jayapura sebanyak 3.600 kl dengan dua kali pengiriman, per bulan. Khusus pada pengiriman ke Jayapura tidak dilakukan secara regular, namun dilakukan ketika ada permintaan oleh Terminal di Jayapura. Oleh karena itu, pasokan Jayapura diasumsikan tidak dimasukan pada model.

Keenam terminal merupakan penunjang pasokan di wilayah Jawa Timur. Oleh karena itu, Terminal A, B dan C yang digunakan dalam sistem diasumsikan, menjadi satu terminal utama dengan dua konsinyasi yakni, konsinyasi luar Jawa Timur dan konsinyasi wilayah Jawa Timur. Terminal utama dan konsinyasi wilayah Jawa Timur merupakan dua aliran yang mengalirkan pada lembaga penyalur. Secara sederhana, semua aliran pada terminal utama akan mengalirkan pasokan ke lembaga penyalur, namun jika tidak diuraikan konsinyasi wilayah Jawa Timur, maka biaya transportasi yang dikeluarkan sulit untuk diketahui karena hanya terpaku pada satu terminal, kecuali pada konsinyasi Terminal A ke Terminal B,

46

karena aliran menggunakan pipa, dimana biaya pengangkutan pompa sudah termasuk pada biaya operasional.

4.1.3 Alur Sistem Permintaan BBM Sektor Transportasi pada Lembaga

Dokumen terkait