BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Pengelolaan Persediaan
Pengelolaan persediaan merupakan fungsi yang bertanggungjawab terhadap semua keputusan mengenai persediaan pada suatu organisasi. Menurut American Production and Inventory Society (APIC) pengelolaan persediaan merupakan cabang dari manajemen bisnis dengan perencanaan dan pengendalian persediaan. Pengelolaan persediaan digunakan untuk pengambilan keputusan kebijakan, aktivitas dan prosedur untuk memastikan jumlah yang tepat dari setiap barang yang berada pada persediaan setiap waktu (Waters, 2003). Pengelolaan persediaan dimaksudkan untuk memperbaiki tingkat persediaan terhadap produk yang dibutuhkan di masa mendatang. Tujuan dari pengelolaan persediaan adalah untuk dapat menyesuaikan jumlah material pada tempat yang tepat, waktu yang tepat dan biaya yang rendah (Tersine, 1994).
Persediaan diklasifikasikan dengan beberapa cara. Menurut Pujawan (2010) persediaan diklasifikasikan menjadi tiga, meliputi:
1. Berdasarkan bentuk produk yakni:
Bahan baku (raw materials), merupakan bahan yang berasal dari pemasok dan disimpan sampai dibutuhkan untuk pengoperasian.
16
Barang setengah jadi (work in process), merupakan barang yang berada dalam waktu pengerjaan.
Barang jadi (finished goods), merupakan barang yang menunggu untuk dikirim ke konsumen.
2. Berdasarkan fungsi dibedakan menjadi empat yakni:
Persediaan transit/ pipeline (transit inventory), merupakan persediaan yang muncul karena terjadi perpindahan lokasi satu ke lokasi lain. Pengurangan persediaan jenis ini dapat dilakukan dengan mengubah moda atau peralatan transportasi dan mencari pemasok dengan lokasi yang lebih dekat.
Persediaan siklus (cycle stock), merupakan persediaan normal yang digunakan selama pengoperasian produk.
Persediaan pengaman (safety stock), merupakan persediaan yang digunakan sebagai pelindung terhadap ketidakpastian permintaaan.
Persediaan antisipasi (anticipation stock), merupakan persediaan yang digunakan untuk mengantisipasi akibat dari kenaikan permintaan karena sifat musiman permintaan terhadap suatu produk.
3. Berdasarkan sifat ketergantungan kebutuhan antara satu barang dengan barang lainnya yakni:
Permintaan yang ketergantungan (dependent demand), merupakan komponen yang bahan bakunya digunakan untuk bahan jadi. Permintaan jenis ini sering dikaitkan dengan permintaan spare parts.
Permintaan yang tidak ketergantungan (independent demand), merupakan permintaan yang tergolong produk jadi atau sering dikaitkan dengan permintaan consumable.
17
2.2.1 Properti Model Pengelolaan Persediaan
Properti persediaan merupakan komponen-komponen yang membangun model persediaan. Menurut Tersine (1994), properti persediaan meliputi, permintaan (demand), penambahan (replenishment), biaya dan konstrain. Permintaan (demand) merupakan unit yang diambil dari persediaan, penambahan (replenishment) merupakan unit yang diletakan pada persediaan, biaya merupakan suatu pengorbanan pada penyimpanaan persediaan dan konstrain merupakan batasan (limitation) yang dipaksakan pada permintaan, penambahan dan biaya oleh pengelolaan atau keadaan lingkungan. Penjelasan mengenai empat komponen di atas dapat ditampilkan berikut ini.
1. Permintaan (demand)
Pemintaan dapat dikategorikan menjadi tiga yakni, ukuran (size), tingkat (rate) dan pola (pattern). Ukuran permintaan merupakan dimensi dari kuantitas. Kuantitas permintaan dapat dikatakan konstan jika kuantitas berjumlah sama pada setiap periodenya, namun dapat dikatakan variabel ketika sebaliknya. Kuantitas bersifat deterministik (permintaan diketahui) dan bersifat probabilistik (permintaan tidak diketahui) dengan menggunakan distribusi probabilistik yang bersifat diskrit maupun kontinyu. Tingkat permintaan merupakan kuantitas permintaan terhadap waktu. Sedangkan pola permintaan merupakan representasi dari lingkungan permintaan pada suatu periode yang membentuk pola permintaan.
2. Penambahan (replenishment)
Penambahan dapat dikategorikan menjadi tiga yakni, ukuran (size), pola (pattern) dan waktu pemesanan (lead time). Ukuran penambahan merupakan kuantitas dari penambahan pada persediaan. Ukuran penambahan dapat dikatakan konstan dan variabel tergantung dengan tipe sistem persediaan. Pola penambahan bergantung terhadap berapa banyak unit yang ditambah pada persediaan. Pola penambahan biasanya bersifat instantaneous, uniform atau batch. Waktu penambahan pemesanan adalah lamanya waktu antara keputusan penambahan hingga barang sampai pada persediaan. Waktu pemesanan dapat bersifat konstan atau variabel.
18
3. Biaya
Biaya persediaan terasosiasi pada sistem persediaan yang menghasilkan biaya pada bagian pengelolaan. Dasar parameter ekonomi untuk setiap model persediaan yang lebih relevan digunakan pada banyak sistem persediaan, meliputi:
Biaya pembeliaan (unit cost/ purchase cost), merupakan biaya yang ditetapkan pemasok pada satu unit barang atau biaya untuk organisasi dari mendapatkan satu unit barang.
Biaya pemesanan (reorder cost), merupakan biaya untuk memesan satu barang seperti, biaya loading/ unloading, dokumen administrasi, transportasi, kualitas dan sebagainya.
Biaya penahanan (holding cost), merupakan salah satu biaya dari penahan satu unit barang pada persediaan pada periode tertentu. Menurut Waters (2003) sulit untuk menyarankan nilai persentase dari faktor yang mempengaruhi, tetapi dari sisi pengamatan, persentase dari setiap unit biaya dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Persentase Nilai Unit Biaya pada Biaya Penahanan (Holding Cost)
% Unit biaya
Nilai uang 10 – 15
Ukuran tempat penyimpanan 2 – 5
Kehilangan nilai produk 4 – 6
Alat pemindahan 1 – 2
Administrasi 1 – 2
Garansi 1 – 5
Total 19 – 35
Sumber: Waters, 2013
Biaya kekosongan (shortage cost), merupakan biaya yang terjadi jika perusahaan kekurangan persediaan dari suatu produk, dimana hal tersebut terjadi pada permintaan dari konsumen. Shortage terjadi ketika tingkat permintaan konsumen lebih tinggi dari pasokan yang diberikan, hal ini mengakibatkan perusahaan
19
mengalami kehilangan pendapatan atau kesempatan untuk melayani konsumen. Biaya kekosongan biasanya terjadi pada bagian manufaktur dan retailer karena keterlambatan pengiriman. 4. Konstrain
Konstrain merupakan suatu batasan pada sistem persediaan. Konstrain dapat diterapkan untuk pembatasan banyaknya persediaan yang ada, banyaknya investasi pada persediaan, fasilitas, peralatan, kapabilitas pasokan dan tingkat operasi pada organisasi. Kebijakan pengelolaan dan keputusan administratif dapat membatasi sistem persediaan.
2.2.2 Klasifikasi Properti Model Pengelolaan Persediaan
Model pengelolaan persediaan merupakan kombinasi dari kebijakan penggantian persediaan dari segi waktu dan volume persediaan dalam melakukan pemesanan. Strategi model pengendaliaan persediaan dapat direpresentasikan menjadi tiga yakni, teoritis (model konseptual), analitis (model matematis) dan simulasi (Muravjovs, 2015). Berikut merupakan faktor yang menjelaskan variasi dari model-model pengelolaan persediaan mengacu pada beberapa sumber terkait:
Tabel 2.2 Klasifikasi Properti Model Pengelolaan Persediaan
Faktor Tipe Model Definisi
Penggunaan pengelolaan persediaan
Menggunakan satu model pengelolaan persediaan
Ketika terdapat hanya satu produk (single product)
Menggunakan lebih dari satu model pengelolaan
persediaan
Ketika terdapat lebih dari satu produk yang perlu mengoperasikan lebih dari satu model pengelolaan persediaan
Jenis item
Model dengan single product Tidak terdapat penggabungan pesanan,
karena hanya terdapat satu barang Model dengan multiple
product
Terdapat penggabungan pesanan karena terdapat lebih dari satu barang dan barang tersebut mempengaruhi satu sama lain
Tipe Permintaan
Model dengan independent demand
Sifat permintaan suatu barang yang tidak berpengaruh terhadap barang lain (consumable)
Model dengan dependent demand
Sifat permintaan suatu barang dipengaruhi barang lain (spare parts)
20
Tabel 2.2 Klasifikasi Properti Strategi Pengelolaan Persediaan (lanjutan)
Faktor Tipe Model Definisi
Sifat Permintaan
Model menggunakan deterministik (konstan)
Nilai tingkat permintaan diketahui dan konstan selama periode waktu tertentu Model menggunakan
probabilistik (variabel)
Nilai permintaan tidak dapat diprediksi dan berubah-ubah selama periode waktu tertentu
Lead time/ coverage
time
Model dengan lead time
konstan dan diketahui
Memiliki jadwal tetap untuk memenuhi keinginan kebutuhan
Model dengan lead time
variabel dan tidak diketahui
Tidak memiliki jadwal, dimana dilakukan ketika pada tingkat yang dibutuhkan persediaan
Ukuran pemesanan
(order size)
Model dengan penetapan ukuran persediaan
Ukuran pemesanan relatif tetap, ketika melakukan pemesanan
Model dengan tidak ada penetapan ukuran persediaan
Ukuran pemesanan sesuai dengan batas tertentu, ketika melakukan pemesanan Titik pesan
(reorder point)
Model dengan penentuan
reorder point
Penggantian dilakukan ketika persediaan berada pada batas pesan Model dengan tanpa
penentuan reorder point
Penggantian dilakukan ketika persediaan dalam kondisi habis dan pesanan datang pada hari itu
Safety stock
Model dengan menggunakan
safety stock
Penggunaan safety stock untuk menjaga persediaan tetap dalam kondisi aman ketika keadaan persediaan sangat fluktuatif
Model dengan tanpa menggunakan safety stock
Safety stock tidak digunakan karena terdapat asumsi tidak boleh terjadi
shortage
Defisit (shortage)
Model diperbolehkan terdapat shortage
Terdapat dua keadaan shortage: (1) Kelebihan permintaan dan dapat terpenuhi (backorder) (2) Kelebihan permintaan dan tidak dapat terpenuhi (lost sales)
Model tidak diperbolehkan terdapat shortage
Kelebihan permintaan yang diimbangi persediaan
Harga jual
Model perubahan harga jual tetap (fixed)
Digunakan ketika harga dalam kondisi relatif tetap
Model perubahan harga jual dinamis (dynamic)
Digunakan ketika harga dalam kondisi relatif dinamis
Diskon
Model dengan memberikan diskon
Diskon diberikan pada pembelian jumlah tertentu
Model dengan tidak memberikan diskon
Diskon tidak diberikan pada setiap jumlah pembelian