• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PERANCANGAN MODEL SIMULASI

4.3 Diagram Stock and Flow

Simulasi merupakan aktivitas untuk mereplikasikan suatu model nyata dengan mengaitkan hubungan sebab dan akibat pada suatu sistem. Penggunaan simulasi yang menggunakan konsep metodologi sistem dinamik didasarkan pada penggunaan stock dan flow yang dianalogikan sebagai tangki dan pipa. Perwujudan diagram stock and flow merupakan model simulasi yang berdasarkan pada hubungan antarvariabel yang sebelumnya sudah dibuat pada diagram causal loop. Pembuatan diagram stock and flow menggunakan software STELLA© 44 (iSee System).

4.3.1 Model Utama Sistem

Model utama dari penelitian dinamik pola perilaku supply-demand pengelolaan persediaan untuk bahan bakar minyak sektor transportasi wilayah Jawa Timur terdiri dari empat submodel. Pembagian submodel ini bertujuan untuk mempermudah modeler untuk memodelkan kondisi sistem ke dalam model simulasi menggunakan software STELLA© 44 (iSee System). Empat submodel pada model sistem penelitian ini dapat ditampilkan pada Gambar 4.8 berikut ini:

Gambar 4.8 Model Utama Sistem Penelitian

Berdasarkan gambar di atas model simulasi sistem dibagi menjadi tiga submodel yang saling memiliki keterkaitan antara setiap submodel yakni, submodel

Submodel Persediaan Pada Terminal Submodel Kondisi Permintaan Pada Lembaga Penyalur

Submodel Perencanaan Penjualan Produk A Submodel Finansial Perusahaan

75

persediaan pada terminal, kondisi permintaan pada lembaga penyalur, rencana penjualan Produk A dan kondisi finansial perusahaan. Keterkaitan antara submodel pada sistem telah ditampilkan melalui anak panah yang saling terhubung antara submodel satu dengan submodel lainnya. Anak panah berwarna biru disebut sebagai bundled flow menjelaskan bahwa adanya aliran material yang menghubungkan antara submodel satu dengan submodel lain antara lain, submodel persediaan pada terminal dengan kondisi permintaan pada lembaga penyalur. Anak panah berwarna merah disebut juga sebagai bundled connector menjelaskan bahwa hubungan antarsubmodel melalui modul connector, hubungan juga dapat berupa aliran. Hubungan bundled connector dilakukan pada seluruh submodel satu dengan submodel lain.

4.3.2 Submodel Persediaan pada Terminal

Submodel kondisi persediaan Produk A bertujuan untuk mengetahui aliran yang masuk ke terminal dan keluar dari terminal. Terminal utama merupakan terminal yang menggabungkan Terminal A, B dan C. Ketiga terminal tersebut merupakan terminal yang melakukan penerimaan pasokan langsung dari sumber yakni, kilang dalam negeri maupun produk impor. Terminal utama merupakan terminal inti sebelum dilakukannya konsinyasi ke terminal di dalam wilayah Jawa Timur, luar Jawa Timur dan langsung kepada lembaga penyalur. Berdasarkan pada Gambar 4.2 telah diuraikan bahwa Terminal B memiliki konsinyasi di dalam wilayah Jawa Timur pada Terminal X, Y, dan Z, sedangkan untuk konsinyasi keluar Jawa Timur pada Terminal Makassar dan Jawa Tengah dilakukan oleh Terminal A dan konsinyasi ke Bali dilakukan oleh Terminal B. Terminal C lebih pada konsumsi wilayah penjualan dekat dengan Terminal C, namun konsumsi Terminal C langsung dilakukan disalurkan dari kilang dalam negeri. Oleh karena itu, penelitian ini menggabungkan ketiga terminal tersebut menjadi satu terminal.

Aliran pasokan kilang lokal ke terminal utama dialirakn dengan pipa dimana, pengaliran pasokan dilakukan setiap enam hari produksi dengan kecepatan aliran sebesar 1100 kl/jam. Kilang lokal dapat memproduksi 50.000 barrel per hari. Aliran pasokan kedua adalah melalui jalur impor BBM Produk A. Aliran ini digunakan ketika pasokan kilang lokal tidak dapat memenuhi permintaan

76

masyarakat. Permintaan produk impor terlebih dahulu direncanakan tiga bulan hingga dua bulan sebelumnya, hal ini untuk memastikan berapa banyak kapal yang diperlukan untuk mengirimkan pasokan impor. Perencanaan dilakukan dengan menyesuaikan penjualan tiga bulan kedepan dengan dua bulan kedepan dengan kemampuan kilang lokal per bulan. Pasokan impor pada Gambar 4.2 dilakukan pada dua terminal yakni, Terminal A dan Terminal B dengan waktu kedatangan setiap bulan ketika pasokan dirasa kurang mencukupi. Terminal A dapat menerima pasokan impor dengan jumlah pasokan sebesar 200.000 barrel, sedangkan Terminal B dapat menerima pasokan impor sebesar 100.000 barrel. Pasokan yang ditampung oleh terminal utama harus disesuaikan dengan keadaan kapasitas tangki dari terminal utama agar tidak terjadi kelebihn maupun kekurangan dari persediaan di terminal utama. Kapasitas terminal utama merupakan akumulasi dari tiga terminal yakni, Terminal A, B dan C sebesar 161.700 kl pada tahun 2016.

Laju konsinyasi luar Jawa Timur dilakukan dari terminal utama ke terminal yang ada di Makassar, Jawa Tengah dan Bali. Setiap wilayah konsinyasi luar Jawa Timur memiliki waktu pengiriman dan pasokan yang berbeda-beda. Persediaan konsinyasi luar Jawa Timur diasumsikan sebagai akumulasi pasokan Teminal di Bali, Makassar dan Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan konsinyasi luar Jawa Timur tidak merupakan topik yang dikhususkan pada penelitian ini, namun harus dicantumkan, karena merupakan variabel pengurangan dari persediaan terminal. Ketahanan persediaan luar Jawa Timur diintegrasikan dengan laju konsinyasi luar Jawa Timur, dimana ketika ketahanan pasokan mendekati ketahanan kritis, maka pasokan harus dikirimkan ke persediaan konsinyasi luar Jawa Timur. Konsinyasi wilayah Jawa Timur dilakukan dengan dua moda transportasi yakni, kereta ketel uap dan kapal. Penggunaan mobil tangki tidak dimasukkan ke dalam laju pasokan konsinyasi Jawa Timur karena memiliki persentase yang lebih kecil dari pasokan kereta ketel uap dan pengiriman mobil tangki biasanya langsung kepada lembaga penyalur yang dekat dengan Terminal Z. Laju konsinyasi diintegrasikan dengan ketahanan pasokan dimana, ketika pasokan sudah mulai dalam keadaan kritis, maka sehari sebelumnya sudah harus menerima pasokan dari terminal utama. Setiap pasokan yang keluar dari terminal utama harus diintegrasikan dengan persediaan pada terminal utama agar tidak terjadi

77

kekurangan pasokan ketika persediaan melakukan konsinyasi dengan terminal lain. Ketahanan pasokan terminal utama merupakan pembagiaan antara persediaan terminal utama dengan konsumsi BBM lembaga penyalur. Penggunaan formulasi IF-THEN-ELSE memberikan ketentuan-ketentuan pembatasan pengeluaran dan pemasukan aliran sesuai dengan kondisi nyata di perusahaan. Pada Gambar 4.9 dapat ditampilkan submodel persediaan pada terminal:

Gambar 4.9 Submodel Persediaan Pada Terminal

4.3.3 Submodel Kondisi Permintaan pada Lembaga Penyalur

Kondisi permintaan lebih ditinjau pada hubungan jumlah lembaga penyalur dengan rencana pasokan per bulan yang dikonversikan dalam hari. Permintaan disini menggunakan penjualan per hari yang didapatkan dari perusahaan. Realisasi penjualan per hari memberikan gambaran pola bagaimana konsumsi BBM masyarakat khususnya di wilayah Jawa Timur. Oleh karena itu, penetapan rencana penjualan per hari pada submodel rencana penjualan Produk A

Penentuan banyak kapal impor 1 Kapasitas tangki Terminal Persediaan kilang lokal Persediaan Terminal Utama Laju produksi

Produksi per hari dalam Kl Kapasitas kapal tanker impor 1 Persediaan Terminal Utama Kapasitas kilang Laju konsinyasi luar jatim Laju konsumsi

konsinyasi luar jatim

Produksi per hari dalam barrel Ketahanan Terminal Waktu produksi Waktu pasokan Laju pasokan kilang lokal Konsumsi BBM Ketahanan kritis Laju pasokan LP Persediaan konsinyasi luar Jawa Timur

Laju pasokan TC Kapasitas konsinyasi luar jatim Pasokan

makassar

Ketersediaan konsinyasi luar jatim

Pasokan kapal X Ketahanan kritis Dummy Waktu pasokan

kilang per jam TerminalAliran pasokan Laju pasokan impor Kapasitas

tangki Terminal Ketahanan konsinyasi luar jatim

Banyak kapal makassar Kuantitas konsinyasi

luar jatim per hari

Konversi jam ke hari Pasokan kapal tanker TC Kemampuan kilang per bulan Konversi barrel ke kiloliter Banyak kapal TC Penyesuaian pasokan impor Laju konsinyasi kereta jatim Banyak kapal X Kapasitas kapal tanker impor 2 Penentuan banyak kapal impor 2 Penentuan banyak kapal impor 2 Kapasitas kapal tanker impor 2 Kapasitas tangki Terminal Pasokan jateng Banyak kapal jateng Pasokan bali Banyak kapal bali Kuantitas pasokan Kuantitas pasoka Unit kapal per sekali antar

Banyak kereta Z Pasokan kereta konsinyasi jatim Persediaan konsinyasi jatim Kapasitas tangki konsinyasi jatim Dummy

Dummy Waktu pasokan

Laju konsinyasi kapal jatim Ketahanan konsinyasi jatim Laju pasokan LP 2 Banyak kereta Y Pasokan kapal tanker TC Waktu kedatangan kapal TC Ketahanan Terminal Banyak kapal TC Waktu pasokan Unit kapal per sekali antar Waktu pasokan Laju pasokan LP Kapasitas tangki konsinyasi Laju pasokan kilang lokal Laju pasokan LP Laju pasokan impor Waktu pasokan

78

berperan penting dalam submodel ini. Rencana penjualan harian memberikan indikasi berapa banyak pasokan yang harus dikirimkan pada lembaga penyalur. Rencana penjualan itu pula digunakan untuk mengetahui banyak mobil yang digunakan pada aliran pasokan dari terminal utama maupun terminal konsinyasi Jawa Timur. Perusahaan telah menggunakan sistem ini untuk mengefisiensikan penggunaan mobil tangki. Setiap tahunnya penjualan terus menerus meningkat oleh karena itu keadaan jumlah mobil tangki juga meningkat. Penambahan armada mobil tangki membantu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan BBM di masyaraka. Lembaga penyalur merupakan relasi bisnis dari perusahaan yang berfungsi untuk menyalurkan BBM langsung kepada masyarakat. Penambahan lembaga penyalur per tahun memberikan dampak pada penambahan porsi penjualan, karena sarana untuk menjual dan membeli BBM semakin bertambah. Keadaan tersebut meningkatakan kapasitas persediaan tangki timbun lembaga penyalur dan porsi pengambilan permintaan masyarakat:

Gambar 4.10 Submodel Kondisi Permintaan Pada Lembaga Penyalur

4.3.4 Submodel Perencanaan Penjualan Produk A

Submodel perencanaan penjualan Produk A memfokuskan pengamatan pada rencana penjualan bulan ketiga dan kedua, dimana rencana penjualan kedua dan ketiga sangat memberikan dampak pemesanan pasokan impor. Selisih yang

Jumlah LP Waktu penambahan Penambahan jumlah LP Kapasitas tangki LP Banyak tangki LP Konverter hari Persediaan tangki timbun LP Laju pasokan LP Ketahanan LP Kapasitas rataan tangki LP Konsumsi BBM Ketersediaan tangki LP Persediaan Terminal Utama Persediaan konsinyasi jatim Konverter

hari Penjualan per hari ~ Laju pasokan LP 2 Rencana penjualan harian Unit penambahan LP Kapasitas mobil tangki Waktu penambahan Jumlah mobil tangki Penambahan mobil tangki Persentase penambahan mobil tangki Konverter hari Faktor koreksi mobil tangki Pasokan LP Banyak mobil yang digunakan Jumlah mobil aktif beroperasi Kapasitas tangki LP Pasokan LP 1 Pasokan LP 2 Persentase pasokan LP Pasokan LP Persentase pasokan LP

79

cukup besar terhadap rencana tersebut dapat memberikan dampak pada pemesanan impor yang harus dipantau kurang lebih dua bulan. Submodel ini juga memfokuskan pada rencana harian yang akan dilakukan pada bulan akhir perencanaan. Misalkan bulan ini adalah Januari maka bulan depan harus diprediksikan berapa penjualan yang akan dilakukan selama sebulan dan dalam bentuk harian. Penjualan harian memberikan gambaran kepada terminal utama dan konsinyasi Jawa Timur untuk menyediakan pasokannya dengan batas pasokan sesuai dengan rencana penjualan bulan tersebut. Rencana bulan pertama dibagi dalam waktu 30 hari yang, nantinya menjadi titik acuan pasokan persediaan, seperti pada Gambar 4.11 di bawah ini:

Gambar 4.11 Submodel Perencanaan Penjualan Produk A

4.3.5 Submodel Finansial Perusahaan

Submodel finansial bertujuan untuk menguraikan biaya-biaya yang dikeluarkan selama melakukan aktivitas operasional dari segi biaya operasional dan biaya transportasi, serta menguraikan pemasukan yang diterima perusahaan. Komponen biaya operasional dari perusahaan adalah biaya perawatan, biaya material, biaya pelayanan, biaya sumber daya manusia dan biaya penyimpanan. Kelima biaya memiliki persentase berdasarkan biaya rata-rata operasional per tahun

Konversi hari ke bulan Rencana penjualan per bulan ~ Interval penjualan Noname 31 Rencana penjualan harian Noname 33 Bulan ketiga Bulan kedua Bulan pertama Rencana bulan ketiga selesai Rencana bulan kedua Rencana bulan kedua selesai Rencana bulan ketiga Rencana penjualan Rencana bulan pertama Penyesuaian pasokan impor Selisih rencana kedua

dan ketiga Rencana bulan pertama selesai

80

dalam satuan hari. Biaya penyimpanan tidak menggunakan persentase, karena penggunaan minyak diesel untuk own use setiap terminal per bulannya. Biaya penyimpana bergerak secara terus menerus, karena biaya minyak diesel yang terus berubah setiap 15 hari per satu bulan. Biaya transportasi dibedakan antara transportasi ke terminal dan transportasi ke lembaga penyalur. Transportasi ke terminal lebih pada penggunaan moda transportasi penerimaan pasokan dari kilang ke terminal dan dari terminal ke terminal. Moda transportasi yang digunakan adalah kapal tanker, pipa dan kereta ketel uap. Perhitungan moda transportasi kapal tanke semua terminal dapat dihitung menjadi satu, sedangkan kereta ketel uap cukup pada moda transportasi kereta. Penggunaan moda transportasi pipa digunakan lebih pada perhitungan biaya penyimpanan pada biaya operasional, karena penggunaan pipa langsung berhubungan dengan tangki timbun di terminal. Biaya transportasi terminal ke lembaga penyalur dilakukan dengan mobil tangki, dimana terdapat tiga macam komponen biaya yakni, biaya sumber daya manusia, biaya perawatan dan biaya own use. Ketiga komponen biaya memiliki nilai persentase terhadap biaya transportasi rata-rata per tahun, kecuali biaya own use yang dihubungkan dengan banyak ritasi, serta jumlah mobil yang digunakan per harinya. Biaya own use juga dipengaruhi oleh harga minyak diesel per liternya. Biaya selain biaya operasional dan transportasi adalah landed cost atau biaya perolehan. Biaya perolehan merupakan biaya pengadaan dan pembelian minyak dari pemasok dalam negeri maupun impor. Biaya perolehan menggunakan harga MOPS Produk A, beserta pajak dan tarif bea cukai masuk khusus impor. Pemasukan dan pengeluaran akan diakumulasikan menjadi tabungan dari perusahaan. Submodel finansial perusahaan dapat ditampilkan pada Gambar 4.12 di bawah ini:

81

Gambar 4.12 Submodel Finansial Perusahaan

Dokumen terkait