• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Data dan Hasil Temuan dari Alur Awal, Tengah, dan

2. Alur Tengah

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 7 27.39 - 28.06 Dialog

Kelvin: “Karena sudah tidak ada Sheila, jadi, nanti langsung komunikasi denganku.”

Rara: “Oke, mas. Hm.. Kalau boleh tahu siapa yang menggantikan Mbak Sheila, mas?”

Kelvin: “Begini, Ra. Kita sama-sama tahu kamu yang paling mampu. Tapi masalahnya di industri kita ini, isi kepala saja tidak cukup. Penampilan juga penting. Karena kita harus mewakili merek Malathi saat ketemu media, investor, macam-macam. Aku akan mengajukan Marsha ke ibuku. Ya, dia memang belum sesenior kamu, tapi bisa dibimbing. Duh, bisakah kalian berdua bergabung saja?

Isi kepalanya kamu, luarnya dia!”

Tabel 4. 7

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 8 34.39 – 36.45 Dialog

Lulu: “Serius sekali. Kalau makan coklat biasanya banyak pikiran.”

Debby: “Kalau ada masalah, dicari solusinya Kalau seperti ini, bukannya makin benar, malah makin gemuk.”

Lulu: “Kakak kenapa? Bertengkar dengan Dika?”

Rara: “Bukan, masalah kantor. Sudah, Lu.”

Lulu: “Iya, coba cerita dahulu ke Lulu. Siapa tahu nanti Lulu bisa kasih saran.”

Rara: “Ini masalah orang jelek, Lu! Kamu tidak akan mengerti!”

Rara: (menghela napas) “Atasanku berhenti. Seharusnya aku yang gantikan. Tapi yang terpilih malah yang lebih cantik. Lebih keren.”

Debby: “Selama ini, pasti kamu piker mama yang jahat sama kamu. Orang-orang di luar sana bisa lebih jahat, Kak. Mama menyuruh kamu jaga makan, rawat badan, itu semua untuk kamu. Bukan untuk Mama. Ini buktinya,

bukan? Sebetulnya, secara kemampuan, kamu yang paling layak. Tapi jadi kalah bersaing. Lagi pula memangnya kamu tidak mau lebih disayang oleh Dika? Meskipun dia bilang dia suka sama kamu apa adanya, tapi kalau penampilan kamu lebih baik, masa dia tidak senang?

Benar, bukan, Lu?

Tabel 4. 8

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 9

Gambar 4. 10 37.15 – 37.30 Dialog

Kelvin: “Kamu yakin?”

Rara: “Ya, kalau Mas mau kasih saya waktu.”

Kelvin: “Satu bulan. Satu bulan kamu berhasil berubah aku kasih kepercayaan ini ke kamu.”

Rara: “Terima kasih, Mas.”

Kelvin: “Ya.”

Tabel 4. 9

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 11 42.07 – 42.58 Dialog

Dika: “Kenapa bisa begitu, Bu?”

Ratih: “Ya, bagaimana, ya? Memang biaya berobat Bapak dahulu pinjamnya dari dia. Ya, tapi pinjamannya sudah lunas. Bunganya yang belum lunas.”

Dika: “Bukannya waktu Bapak meninggal, bunganya sudah diikhlaskan?”

Ratih: “Bukan diikhlaskan. Lebih tepatnya, dia tidak tega menagihnya. Bulan depan, dia butuh duitnya.”

Dika: “Berapa, Bu?”

Ratih: “Tidak, Bang. Ibu tidak mau kamu jadi kepikiran.

Nanti Ibu bisa...”

Dika: “Berapa, Bu?”

Ratih: “Empat puluh juta.”

Dika: “Ya, sudah. Tenang. Ibu tidak usah stres. Nanti biar Abang yang cari uang. Tidak usah dipikirkan.”

Tabel 4. 10

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 12

Gambar 4. 13

Gambar 4. 14

Gambar 4. 15 55.10 – 56.10

Rara berusaha menurunkan berat badannya.

Tabel 4. 11

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 16 56.20 – 56.32

Gambar 4. 17 56.33 – 56.50 Dialog

Kelvin: “Selamat untuk semua, sudah siap?”

Rara: “Ya, siap, Mas.”

Kelvin: “Karena jujur saja, tugasmu berat. Penjualan kita turun terus. Jadi, coba kamu evaluasi kampanye kita setahun terakhir. Coba pikirkan strategi apa yang bisa kita lakukan untuk ke depannya, terutama di daring.”

Tabel 4. 12

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 18

Gambar 4. 19 1.05.04 – 1.06.15 Dialog

Marsha: “Ra, sini! Duduk bersama kita saja.”

Rara: “Ayo.”

Fey: “Yakin?”

Rara: “Ya, lagi pula, susah cari meja. Penuh.”

Marsha: “Fey, tarik kursi saja.”

Rara: “Itu Fey, ada kursi kosong.”

Marsha: “Ya, ampun. Sepatunya lucu sekali, Ra.”

Rara: “Thanks. Ternyata tidak seribet itu, ya, kalau sudah biasa.”

Irene: “Iya, bukan? Tuh Fey, dengar? Kamu tidak mau

coba pakai hak tinggi?”

Wiwid: “Coba dahulu sja, Fey. Rasanya lebih...

bermartabat.”

Rara: “Iya, Fey. Bagus juga untuk postur.”

Fey: “Oke, uh.. Aku di situ.”

Tabel 4. 13

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 20

Gambar 4. 21 1.16.34 – 1.17.58 Dialog

Dika: “Kalau sudah selesai mencatat, jangan lupa PR-nya dikerjakan. Sampai ketemu minggu depan.”

Anak-anak: “Terimakasih, Kak.”

Dika: “Sama-sama.”

Edo: “Terima kasih, Kak Dika.”

Rara telat sampai di sekolah.

Rara: “Sorry. Macet sekali.”

Dika: “Maka dari itu, aku bilang bersama-sama saja.

Bagaimana kamu mengajarkan nilai-nilai baik untuk anak-anak? Salah satunya tepat waktu.”

Rara: “Ya, Dik. Aku tahu. Maka dari itu, aku minta maaf.

Sudah, ya. Kalau akhir pekan seperti ini maunya senang-senang sama kamu. Aku lelah sekali di kantor.”

Tabel 4. 14

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 22 1.19.08 – 1.19.27 Dialog

Kelvin: “Aku tahu kamu masih baru, Ra. Tapi aku berharap banyak dari kamu.”

Rara: “Ya, Mas. Maaf.”

Kelvin: “Aku hampir memilih Marsha untuk gantikan Sheila, tapi kamu minta kesempatan. Sekarang yakinkan aku kalau aku tidak salah mengambil keputusan. Fokus!

Cek ulang! Masa angkanya hanya segitu!

Rara: “Ya, nanti akan saya cek lagi, Mas.”

Tabel 4. 15

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 23 1.22.13 – 1.22.51 Dialog

Rara: “Tolong kasih aku kesempatan untuk menjelaskan.”

Dika: “Kamu tahu, tidak, Ibu menyiapkan ini seperti apa?

Dia masak sendiri, belanja sendiri. Anak-anak tidur.

Menunggu kamu saja!”

Rara: “Ya, aku tahu aku salah. Aku minta maaf. Aku tahu kamu juga lagi bantu Ibu untuk bayar utang. Aku akan ganti semuanya. Apa lagi, Dik? Aku sudah bilang semuanya aku bayar.”

Dika: “Tidak semua orang yang lagi butuh uang jadi kehilangan harga diri, Ra.”

Tabel 4. 16

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 24 1.23.18 – 1.23.51 Dialog

Fey: “Ra! Rara!”

Rara: “Ya, Fey?”

Fey: “Dika cerita tadi malam. Kenapa kamu tega?”

Rara: “Sudahlah, kamu tidak akan mengerti.”

Fey: “Soal kamu minum anggur bersama Marsha? Aku mengerti. Aku lihat di Instagram dia.”

Rara: “Ya, lalu? Kamu kesal tidak diajak?”

Fey: “Kamu itu kenapa?”

Rara: “Kenapa apanya?”

Fey: “Serius, aku tanya. Kamu itu mengejar apa?”

Rara: “Mengejar hal-hal yang selama ini tidak bisa aku dapatkan. Salah?”

Fey: “Kamu boleh mengejar apa pun yang kamu mau!

Tapi ingat, Ra. Kamu juga bisa kehilangan semua yang kamu miliki.”

Tabel 4. 17

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 25 1.24.24 – 1.23.51 Dialog

Kelvin: “Berarti kalau dibandingkan dengan

kuartal sebelumnya kita ada penurunan 21%. Ini gawat!

Kalau seperti ini terus, kita bisa bubar.”

Marsha: “Kampanye kita sudah maksimal. Tapi kalau penjualan kita tetap jelek.. Jangan-jangan, dari awal kita sudah salah strategi.”

Rara: “Maksudnya?”

Marsha: “Aku tidak bilang riset kita salah. Hanya saja kita perlu memikirkan semua kemungkinan.”

Rara: “Kalau riset kita salah seharusnya aku tidak duduk di sini sekarang.”

Marsha: “Mungkin memang seharusnya kamu tidak duduk di situ.”

Kelvin: “Rara pernah cerita, dia dahulu merasa tidak aman. Mau jadi pusat perhatian, tapi dia tidak bisa. Tentu.

Siapa yang tertarik pada Rara yang dahulu, bukan? Tapi lihat Rara sekarang. Kata kuncinya adalah "rasa tidak aman". Kita harus buat semua perempuan merasa tidak aman. Selalu merasa ada yang kurang, selalu merasa tidak cukup menarik. Dengan demikian, mereka butuh perubahan. Perubahan menjadi lebih cantik. Dengan Malathi.”

Lalu kemudian Rara pingsan.

Tabel 4. 18

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 26 1.27.17 – 1.28.26 Dialog

Rara: “Wow.”

Lulu: “Eh... Hai, Kak. Kenapa tidak bilang Kakak mau datang ke sini?”

Rara: “Sedang apa kamu?”

Dika: “Kelihatannya sedang apa?”

Rara: “Ini adikku sendiri, Dika.”

Dika: “Ya, aku tahu ini adik kamu. Lalu kenapa?

Masalahnya apa?”

Lulu: “Kak, tadi aku sama Kak Dika itu cuma mau...”

Rara: (memotong omongan Lulu) “Tidak usah ikut campur! Panjat saja tangga sosial itu bersama pacar kamu yang terkenal itu!”

Dika: “Hei, Lulu tidak salah.”

Rara: “Lulu anak yang paling cantik, baik. Paling sempurna! Iya, bukan, Lu?”

Dika: “Kamu ini kenapa?”

Rara: “Kamu tidak mengerti!”

Dika: “Ya, sangat tidak mengerti!”

Rara: “Tidak pernah mengerti rasanya menjadi aku!

Selalu dibandingkan, selalu merasa kurang! Sekarang, aku seperti ini. Sepertinya masih saja salah. Kenapa? Kamu tidak percaya diri karena aku lebih sukses? Hm?”

Dika: “Kata-kata seperti itu tidak akan keluar dari mulut Rara yang dahulu.”

Rara: "Rara yang dahulu apa?”

Dika: “Yang menyalahkan kamu siapa?”

Rara: “Iya, kamu tidak menyalahkan aku.”

Dika: “Aku tidak pernah menyalahkan apa-apa!”

Rara: “Iya, tapi kamu juga tidak pernah menghargai usahaku! Sampai jadi seperti ini, aku susah payah, Dik!”

Dika: “Sungguh, aku tidak kenal kamu.”

Tabel 4. 19

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 27

Gambar 4. 28 1.28.37 – 1.30.29 Dialog

Dika bertengkar dengan Ali sampai babak belur dan kameranya rusak.

Ratih: “Abang itu yang sabar. Ibu itu takut kalau kamu kenapa-kenapa. Kalau kamu tidak ada, lalu rumah ini

bagaimana? Masa Ibu kasih ke Neti? Nanti dijadikan salon.”

Dika: “Ibu ini bicara apa?”

Ratih: “Sudah lama kamu tidak kelepasan seperti ini.

Biasanya ada Rara yang menenangkan.”

Dika: “Justru ini gara-gara Rara, Bu.”

Ratih: “Maksudnya?”

Dika: “Ya, sekarang Rara sudah berubah. Dia lebih cantik, lebih kurus.”

Ratih: “Lalu, salahnya di mana?”

Dika: “Sekarang, dia lebih mementingkan penampilan luar. Dandanannya, bajunya, rambutnya. Sementara bagiku, Rara yang dahulu itu sudah sempurna.”

Ratih: “Kamu jangan egois.”

Dika: “Lho? Egois?”

Ratih: “Ya, mungkin sekarang dia sedang mencari jati dirinya. Kamu dampingi. Apa pun hasilnya nanti, itu hidup dia. Bukan hidup kamu. Kamu masih sayang Rara?

Jangan menyerah.”

Tabel 4. 20

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 29

Gambar 4. 30 1.31.29 – 1.32.44 Dialog

Debby: “Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa Lulu menangis saat pulang? Rara, sudah makan cokelatnya.

Nanti diet kamu bagaimana?”

Rara: “Mama itu lebih peduli sama diet daripada perasaan aku?”

Debby: “Sabar, Kak. Kamu kenapa?”

Rara: “Tanya saja anak kesayangan Mama yang lebih cantik, lebih kurus, dan centil itu.”

Lulu: “Siapa yang kecentilan?”

Rara: “Kamu tidak usah mengelak. Sudah jelas-jelas!”

Lulu: “Jelas? Yang jelas itu Kak Dika itu terlalu baik buat Kakak! Kakak itu tidak layak untuk Kak Dika!”

Rara: “Kamu tahu apa soal layak dan tidak layak? Kamu sudah jadi anak emas sejak lahir!”

Debby: “Kakak!”

Lulu: “Jangan salahkan aku! Salahkan Mama!”

Debby: “Cukup! Mama sayang kalian berdua.”

Rara: “Tidak, Ma! Yang sayang aku hanya Papa! Dari kita masih kecil, semua orang sudah tahu kalau Mama hanya bangga sama Lulu! Aku yang hitam, gemuk ini cuma jadi anak tiri! Aku tidak memilih lahir seperti ini, Ma! Mama yang melahirkan aku!”

Tabel 4. 21 3. Alur Akhir

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 31

Gambar 4. 32 1.31.29 – 1.32.44 Dialog

Debby: “Ya. Waktu kamu lahir berat kamu empat kilogram. Dan itu kejadian yang mengubah hidup Mama

selamanya, Ra. Karier Mama sebagai model berantakan.

Ini yang Mama maksud Perempuan itu sangat dinilai dari penampilannya. Itulah kenapa Kenapa Mama minta kamu berubah. Mama sayang sama kamu, Kak. Maafkan Mama.

Mungkin cara Mama salah. Maafkan.”

Rara: “Aku rindu Papa. Papa mungkin bangga melihat kita seperti ini.”

Debby: “Terima kasih, Ra. Mama jadi bisa belajar untuk menerima ini. Papa pasti senang.”

Rara: “Dan Papa pasti senang kalau Mama berhenti membahas paha aku.”

Debby: “Aduh.” (tertawa kecil).

Rara: “Pipiku juga, Ma.”

Debby: “Oke.”

Mereka bertiga tertawa dan berbaikan.

Tabel 4. 22

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 33 1.36.20 – 1.37.00 Dialog

Rara: “Pagi.”

Fey: “Pagi. Wow.”

Rara: “Ini buat kamu, tanpa kacang. Fey, enak sekali.”

Fey: “Kamu kerasukan, Ra?”

Rara: “Ya. Kemarin-kemarin. Sekarang sudah waras lagi.”

Fey: “Dalam rangka apa ini?”

Rara: “Dalam rangka permintaan maaf. Dan mau minta tolong.”

Fey: “Hmm. Sogokan.”

Rara: “Kumohon. Bantu aku. Ikut aku, ya, sekarang.”

Tabel 4. 23

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 34

Gambar 4. 35

Gambar 4. 36 1.36.20 – 1.37.00 Dialog

Rara: “Maafkan aku.”

Dika: “Karena?”

Rara: “Karena.. aku menyebalkan? Dan karena aku sudah mengacaukan sesi foto kamu dengan Lulu.”

Dika: “Memang menyebalkan. Bagaimana, ya? Maafkan, tidak?”

Rara: “Maafkan saja.”

Dika: “Aku maafkan.”

Rara: “Ayo. Sekarang, kamu ikut aku.”

Dika: “Ini sungguhan?”

Rara: “Sungguh.”

Dika: “Oke.”

Rara: “Kamu terbentur apa?”

Dika: “Terbentur.. restu ibu kamu. Jiaelah.”

Rara: “Sini.”

Dika: “Apa ini? Kenapa ada ini?”

Rara: “Sebentar.”

Dika: “Aku buka? Kamera Bapak? Kamu mau aku potret pakai ini? Hasilnya sudah tidak sempurna.”

Rara: “Kamu yang mengajari aku cara mencintai ketidaksempurnaan. Sekarang.. kalau jadi tidak sempurna itu tidak apa-apa.kamu tunjukkan ke semua orang”

Debby, Lulu, Teddy, Neti, Endah, Maria, Prita:

“Kejutan!”

Tabel 4. 24

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 37

Gambar 4. 38

Gambar 4. 39

Gambar 4. 40 1.43.12 – 1.45.47 Dialog

Rara: “Jadi perempuan memang tidak mudah. Banyak sekali ekspektasi yang membebani. Standar kecantikan yang sering kali tidak masuk akal. Cantik itu langsing.

Cantik itu putih. Padahal, perempuan sangat beragam.

Ketika perusahaan ini berdiri Ibu Melinda memilih nama Malathi bukan tanpa alasan. Malathi diambil dari bahasa Sansekerta yang artinya "teman yang baik". Dan itulah cita-cita kami untuk perempuan Indonesia. Teman yang baik tidak menghakimi. Teman yang baik tidak menyudutkan. Dan teman yang baik membantu kita mengenal siapa kita sesungguhnya. Dan ini dia wajah baru dari Malathi.”

Marsha: “Ra. Kamu keren, Ra. Kali ini, aku serius.

Selamat.”

Rara: “Terima kasih. Ya, sudah. Aku ke sana dahulu.”

Irene: “Selamat, Ra.”

Rara: “Thank you.”

Fey: “Wow, Bu Manajer. Di depan tadi, saat kamu memberi ceramah, karena terharu, aku hampir menitikkan air mata. Tapi aku malu kalau sampai menangis.”

Tabel 4. 25

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 41

Gambar 4. 42

Gambar 4. 43 1.48.25 – 1.49.45

Dialog

Dika: “Bangkit kembali berkat terobosan berani.”

Rara: “Siapa yang foto?”

Dika: “Rendang, Tante. Semoga semuanya suka.”

Debby: “Semuanya? Ini buat Tante sendiri. Untuk apa bagi-bagi?”

Rara: “Ingat paha, Ma.”

Lulu: “Aku tidak ikutan!”

Debby: “Ternyata tidak enak diperlakukan seperti itu.”

Rara: “Dik, Mas Kelvin ajak rapat untuk kampanye Malathi yang baru.”

Dika: “Bagaimana? Jadwal padat. Sibuk. Sepertinya sudah butuh manajer. Iya, tidak, Tante?”

Debby: “Hah? Boleh. Tapi komisi Tante besar.”

Dika: “Ide buruk. Kalau begitu, tidak jadi. Biar sendiri saja, Tante. Tidak apa.”

Nora, Magda, dan Monik datang.

Monik: “Rara, kamu kenapa gemuk lagi?”

Nora, Magda, dan Monik: “Kamu stres? Kamu dipecat?

Hamil?”

Debby: “Sist!”

Monik: “Aku tahu. Kamu sudah tidak olahraga lagi?”

Rara: “Masih, Tante. Tapi olahraga agar sehat, Tante.

Bukan agar kurus.”

Magda: “Tapi kamu lebih cantik saat kurus, Ra.”

Rara: “Ternyata, cantik juga belum tentu bahagia, Tante.”

Tabel 4. 26

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 44

Gambar 4. 45

Gambar 4. 46 1.49.49 – 1.45.47 Dialog

Gambar 4. 47 Monolog

Rara: “Dahulu, setiap mau naik timbangan aku takut.

Takut kalau angka yang muncul akan membuatku merasa tidak berarti. Tapi sekarang aku belajar kalau timbangan itu cuma menunjukkan angka, bukan nilai. Aku belajar untuk menjadi versi terbaik dari diriku sendiri. Karena sesungguhnya, kita tidak perlu sempurna untuk bisa bahagia.”

Tabel 4. 27

B. Data dan Hasil Temuan dari Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan

1. Konsep Diri Negatif

Visualisasi Durasi

11. 39 – 11.59 Dialog

Rara: “Mereka cantik-cantik.”

Dika: “Aduh, mulai!”

Rara: “Memang benar. Langsing, putih.”

Dika: “Ya, tidak apa-apa.”

Rara: “Kenapa kamu tidak malu bawa aku?”

Dika: “Sebenarnya malu. Tapi mau bagaimana lagi?”

Rara: “Aku serius.”

Tabel 4. 28

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 48 24.43 Dialog

Lulu mendapatkan komentar negatif tentang dirinya di unggahan Instagramnya.

Tabel 4. 29

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 49 25.27 – 25.34 Dialog

Lulu: “Ma, muka aku lagi bulat, ya?”

Debby: “Lumayan.”

Tabel 4. 30

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 50 1.22.13 – 1.22.51 Dialog

Rara: “Tolong kasih aku kesempatan untuk menjelaskan.”

Dika: “Kamu tahu, tidak, Ibu menyiapkan ini seperti apa?

Dia masak sendiri, belanja sendiri. Anak-anak tidur.

Menunggu kamu saja!”

Rara: “Ya, aku tahu aku salah. Aku minta maaf. Aku tahu kamu juga lagi bantu Ibu untuk bayar utang. Aku akan ganti semuanya. Apa lagi, Dik? Aku sudah bilang semuanya aku bayar.”

Dika: “Tidak semua orang yang lagi butuh uang jadi kehilangan harga diri, Ra.”

Tabel 4. 31

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 51 1.23.18 – 1.23.51 Dialog

Fey: “Ra! Rara!”

Rara: “Ya, Fey?”

Fey: “Dika cerita tadi malam. Kenapa kamu tega?”

Rara: “Sudahlah, kamu tidak akan mengerti.”

Fey: “Soal kamu minum anggur bersama Marsha? Aku mengerti. Aku lihat di Instagram dia.”

Rara: “Ya, lalu? Kamu kesal tidak diajak?”

Fey: “Kamu itu kenapa?”

Rara: “Kenapa apanya?”

Fey: “Serius, aku tanya. Kamu itu mengejar apa?”

Rara: “Mengejar hal-hal yang selama ini tidak bisa aku dapatkan. Salah?”

Fey: “Kamu boleh mengejar apa pun yang kamu mau!

Tapi ingat, Ra. Kamu juga bisa kehilangan semua yang kamu miliki.”

Tabel 4. 32

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 52 1.27.17 – 1.28.26 Dialog

Rara: “Wow.”

Lulu: “Eh... Hai, Kak. Kenapa tidak bilang Kakak mau datang ke sini?”

Rara: “Sedang apa kamu?”

Dika: “Kelihatannya sedang apa?”

Rara: “Ini adikku sendiri, Dika.”

Dika: “Ya, aku tahu ini adik kamu. Lalu kenapa?

Masalahnya apa?”

Lulu: “Kak, tadi aku sama Kak Dika itu cuma mau...”

Rara: (memotong omongan Lulu) “Tidak usah ikut campur! Panjat saja tangga sosial itu bersama pacar kamu yang terkenal itu!”

Dika: “Hei, Lulu tidak salah.” Rara: “Lulu anak yang paling cantik, baik. Paling sempurna! Iya, bukan, Lu?”

Dika: “Kamu ini kenapa?”

Rara: “Kamu tidak mengerti!”

Dika: “Ya, sangat tidak mengerti!”

Rara: “Tidak pernah mengerti rasanya menjadi aku!

Selalu dibandingkan, selalu merasa kurang! Sekarang, aku seperti ini. Sepertinya masih saja salah. Kenapa? Kamu tidak percaya diri karena aku lebih sukses? Hm?”

Dika: “Kata-kata seperti itu tidak akan keluar dari mulut Rara yang dahulu.”

Rara: "Rara yang dahulu apa?”

Dika: “Yang menyalahkan kamu siapa?”

Rara: “Iya, kamu tidak menyalahkan aku.”

Dika: “Aku tidak pernah menyalahkan apa-apa!”

Rara: “Iya, tapi kamu juga tidak pernah menghargai usahaku! Sampai jadi seperti ini, aku susah payah, Dik!”

Dika: “Sungguh, aku tidak kenal kamu.”

Tabel 4. 33

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 53

Gambar 4. 54 1.31.29 – 1.32.44 Dialog

Debby: “Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa Lulu menangis saat pulang? Rara, sudah makan cokelatnya.

Nanti diet kamu bagaimana?”

Rara: “Mama itu lebih peduli sama diet daripada perasaan aku?”

Debby: “Sabar, Kak. Kamu kenapa?”

Rara: “Tanya saja anak kesayangan Mama yang lebih cantik, lebih kurus, dan centil itu.”

Lulu: “Siapa yang kecentilan?”

Rara: “Kamu tidak usah mengelak. Sudah jelas-jelas!”

Lulu: “Jelas? Yang jelas itu Kak Dika itu terlalu baik buat Kakak! Kakak itu tidak layak untuk Kak Dika!”

Rara: “Kamu tahu apa soal layak dan tidak layak? Kamu sudah jadi anak emas sejak lahir!”

Debby: “Kakak!”

Lulu: “Jangan salahkan aku! Salahkan Mama!”

Debby: “Cukup! Mama sayang kalian berdua.”

Rara: “Tidak, Ma! Yang sayang aku hanya Papa! Dari kita masih kecil, semua orang sudah tahu kalau Mama hanya bangga sama Lulu! Aku yang hitam, gemuk ini cuma jadi anak tiri! Aku tidak memilih lahir seperti ini, Ma! Mama yang melahirkan aku!”

Tabel 4. 34 2. Konsep Diri Positif

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 55 1.36.20 – 1.37.00

Dialog Rara: “Pagi.”

Fey: “Pagi. Wow.”

Rara: “Ini buat kamu, tanpa kacang. Fey, enak sekali.”

Fey: “Kamu kerasukan, Ra?”

Rara: “Ya. Kemarin-kemarin. Sekarang sudah waras lagi.”

Fey: “Dalam rangka apa ini?”

Rara: “Dalam rangka permintaan maaf. Dan mau minta tolong.”

Fey: “Hmm. Sogokan.”

Rara: “Kumohon. Bantu aku. Ikut aku, ya, sekarang.”

Tabel 4. 35

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 56 1.42.49 – 1.43.00 Dialog

George: “Pipi! Pipi kamu! Ya, ampun!”

Lulu: “Hai, semua. Aku Lulu. Mantannya George. Dah!”

Tabel 4. 36

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 57

Gambar 4. 58

Gambar 4. 59 1.48.25 – 1.49.45 Dialog

Dika: “Bangkit kembali berkat terobosan berani.”

Rara: “Siapa yang foto?”

Dika: “Rendang, Tante. Semoga semuanya suka.”

Debby: “Semuanya? Ini buat Tante sendiri. Untuk apa bagi-bagi?”

Rara: “Ingat paha, Ma.”

Lulu: “Aku tidak ikutan!”

Debby: “Ternyata tidak enak diperlakukan seperti itu.”

Rara: “Dik, Mas Kelvin ajak rapat untuk kampanye Malathi yang baru.”

Dika: “Bagaimana? Jadwal padat. Sibuk. Sepertinya sudah butuh manajer. Iya, tidak, Tante?”

Debby: “Hah? Boleh. Tapi komisi Tante besar.”

Dika: “Ide buruk. Kalau begitu, tidak jadi. Biar sendiri saja, Tante. Tidak apa.”

Nora, Magda, dan Monik datang.

Monik: “Rara, kamu kenapa gemuk lagi?”

Nora, Magda, dan Monik: “Kamu stres? Kamu dipecat?

Hamil?”

Debby: “Sist!”

Monik: “Aku tahu. Kamu sudah tidak olahraga lagi?”

Rara: “Masih, Tante. Tapi olahraga agar sehat, Tante.

Bukan agar kurus.”

Magda: “Tapi kamu lebih cantik saat kurus, Ra.”

Rara: “Ternyata, cantik juga belum tentu bahagia, Tante.”

Tabel 4. 37

Visualisasi Durasi

Gambar 4. 60

Gambar 4. 61

Gambar 4. 62 1.49.49 – 1.45.47 Dialog

Monolog

Rara: “Dahulu, setiap mau naik timbangan aku takut.

Takut kalau angka yang muncul akan membuatku merasa tidak berarti. Tapi sekarang aku belajar kalau timbangan itu cuma menunjukkan angka, bukan nilai. Aku belajar untuk menjadi versi terbaik dari diriku sendiri. Karena sesungguhnya, kita tidak perlu sempurna untuk bisa bahagia.”

Tabel 4. 38

128

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan temuan data yang terdapat dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan temuan data yang terdapat dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan

Dokumen terkait