• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NARATIF KONSEP DIRI DALAM FILM IMPERFECT: KARIER, CINTA DAN TIMBANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NARATIF KONSEP DIRI DALAM FILM IMPERFECT: KARIER, CINTA DAN TIMBANGAN"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NARATIF KONSEP DIRI DALAM FILM IMPERFECT: KARIER, CINTA DAN TIMBANGAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Diki Mujianto NIM. 11160510000009

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2020 M

(2)
(3)

ii

ANALISIS NARATIF KONSEP DIRI DALAM FILM IMPERFECT: KARIER, CINTA DAN TIMBANGAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Diki Mujianto NIM. 11160510000009

Dosen Pembimbing,

Dr. H. M. Yaqub, M.A.

NIP. 196210181993031002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2020 M

(4)
(5)

iv ABSTRAK Diki Mujianto

11160510000009

Analisis Naratif Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan

Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan menceritakan bagaimana kehidupan Rara seorang perempuan yang pintar namun memiliki tubuh yang kurang proposional sesuai standar kecantikan pada umumnya, kesusahan dalam pekerjaannya dan kehidupannya sehari-hari. Film ini memiliki alur cerita yang sesungguhnya sering ditemui dalam keseharian manusia bahkan mungkin di setiap individu, yakni mengenai perubahan kepribadian dan cara berkomunikasi kepada keluarga dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana narasi pada alur cerita di awal, tengah, dan akhir dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan, bagaimana konsep diri dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian analisis naratif Tzvetan Todorov yang membagi narasi menjadi tiga bagian, yaitu alur awal, tengah, dan akhir. Analisis naratif melibatkan pemahaman yang sangat cermat pada tiap alur narasi dan teks dialog.

Film ini mendeskripsikan konsep diri yang terdapat dalam diri Rara dan Lulu. Dari adegan-adegan yang terdapat dalam film ini menujukkan bahwa konsep diri negatif yang kemudian berubah menjadi positif yang terdapat di diri Rara disebabkan oleh orang lain dan kelompok rujukan.

Kata Kunci: Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan, Konsep Diri, Narasi, Tzvetan Todorov.

(6)

v

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya dalam kehidupan umat manusia. Atas rahmat dan karunia- Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis Naratif Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan”. Shalawat serta salam juga tak lupa selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Dalam penelitian ini, penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna. Namun tidak menghilangkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian skripsi ini baik secara moril maupun materiil. Dengan demikian penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag.

selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Cecep Sastrawijaya, M.A. selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

3. Dr. Armawati Arbi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Dr. Edi Amin, M.A selaku sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(7)

vi

4. Dr. H. M.Yakub, MA,. selaku dosen pembimbing penelitian skripsi yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan penuh selama proses penelitian.

5. Seluruh jajaran dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan.

6. Pimpinan staf Perpustakaan Utama dan staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan dalam meminjam literatur untuk penelitian skripsi ini.

7. Pimpinan serta jajaran staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya staf tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu dan mengarahkan penulis baik segi regulasi atau administrasi.

8. Meira Anastasia, selaku narasumber penelitian skripsi yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan data-data penelitian skripsi.

9. Kedua orang tua, Bapak Muhdi, Ibu Nurhayani, terima kasih atas do’a, dukungan, dan kasih sayang yang tiada terhingga dan tak terhitung banyaknya yang selalu diberikan kepada penulis.

10. Adik-adik, Dandi Hermawan dan Dini Fitriani, terima kasih telah menghibur dan memotivasi penulis selama penulis menyusun penelitian skripsi ini.

(8)

vii

11. Rifatul Mahmudah, yang selalu menemani dan membantu penulis sedari maba hingga sarjana.

12. Dedi Fahrudin, M. Ikom dan Keluarga DNK TV yang telah memberikan banyak pelajaran dan menjadi rumah kedua saya selama menjalani perkuliahan.

13. Risma Febby Hambekti, Felly Agriaka, Angga Firmansyah, Marjan Madyansyah, Ihsan Amrullah, Toby Febiyanto, Zainul Mafakhir, Dandi Hakim Pradana, Perdana Bagaskara, Kevin Rizky yang selalu menemani penulis di kala susah.

14. Teman-teman FIDIKOM dan KPI angkatan 2016 khususnya KPI A, teman seperjuangan selama perkuliahan, terima kasih atas segala bantuan dan dorongannya, semoga sukses selalu.

15. Teman-teman KKN 049 Lentera Murni yang telah menemani penulis selama sebulan dalam menjalani pengalaman baru yang sangat berarti untuk kehidupan.

16. Teman-teman Majelis Ta’lim Hidayatul Ihsan, yang telah memberikan saya banyak pengalaman berharga selama saya menimba ilmu selama 5 tahun.

17. Teman-teman Malaykat Kecil yang selalu memberi dukungan dan semangat selama menjalani perkuliahan.

18. Seluruh pihak yang telah membantu penulis baik dari masa perkuliahan hingga pengerjaan penelitian skripsi ini selesai, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan kalian semua. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu,

(9)

viii

penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan penelitian ini, sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat memberi manfaat dan dapat dikembangkan lebih lanjut lagi. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta,

Diki Mujianto NIM. 11160510000009

(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I. ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 10

1. Batasan Masalah ... 10

2. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 11

E. Metodologi Penelitian ... 11

1. Paradigma Penelitian ... 11

2. Pendekatan Penelitian ... 12

3. Metode Penelitian ... 13

4. Subjek dan Objek Penelitian ... 14

(11)

x

5. Teknik Pengumpulan Data ... 14

F. Teknik Analisis Data ... 16

G. Tinjauan Pustaka ... 17

H. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II ... 23

A. Film... 23

1. Pengertian Film ... 23

2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa ... 24

3. Unsur-Unsur Film ... 27

4. Jenis dan Klasifikasi Film ... 29

5. Film sebagai Media Penyampai Nilai ... 33

B. Analisis Naratif ... 37

1. Definisi Analisis Naratif ... 37

2. Teori Narasi Tzvetan Todorov... 40

C. Konsep Diri ... 46

1. Komponen Konsep Diri ... 48

2. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 51

3. Karakteristik Konsep Diri ... 54

D. Konsep Diri dalam Dakwah Dzatiyah ... 58

E. Kerangka Konsep ... 62

BAB III ... 63

A. Latar Belakang Pembuatan Film Imperfect ... 63

(12)

xi

B. Sinopsis Film Imperfect: Karer, Cinta & Timbangan ... 66

C. Tim Produksi Film Imperfect: Karer, Cinta & Timbangan68 D. Sutradara dan Penulis Naskah Film Imperfect: Karer, Cinta & Timbangan ... 70

E. Tokoh Pemeran Film Imperfect: Karier Cinta & Timbangan ... 72

BAB IV ... 81

A. Data dan Hasil Temuan dari Alur Awal, Tengah, dan Akhir dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan . 81 1. Alur Awal ... 81

2. Alur Tengah ... 86

3. Alur Akhir ... 105

B. Data dan Hasil Temuan dari Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan ... 115

1. Konsep Diri Negatif ... 115

2. Konsep Diri Positif ... 122

BAB V ... 128

A. Alur Awal, Tengah, dan Akhir dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan ... 128

1. Alur Awal ... 128

2. Alur Tengah ... 130

3. Alur Akhir ... 132

(13)

xii

B. Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan

Timbangan ... 134

1. Konsep Diri Negatif ... 134

2. Konsep Diri Positif ... 136

BAB VI ... 138

A. Kesimpulan ... 138

B. Saran ... 139

DAFTAR PUSTAKA ... 141

LAMPIRAN ... 145

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 ... 20

Tabel 4. 1 ... 82

Tabel 4. 2 ... 82

Tabel 4. 3 ... 83

Tabel 4. 4 ... 84

Tabel 4. 5 ... 85

Tabel 4. 6 ... 85

Tabel 4. 7 ... 86

Tabel 4. 8 ... 88

Tabel 4. 9 ... 89

Tabel 4. 10 ... 90

Tabel 4. 11 ... 91

Tabel 4. 12 ... 92

Tabel 4. 13 ... 94

Tabel 4. 14 ... 95

Tabel 4. 15 ... 96

Tabel 4. 16 ... 97

Tabel 4. 17 ... 98

Tabel 4. 18 ... 99

Tabel 4. 19 ... 102

Tabel 4. 20 ... 103

Tabel 4. 21 ... 105

Tabel 4. 22 ... 106

Tabel 4. 23 ... 107

Tabel 4. 24 ... 109

Tabel 4. 25 ... 112

(15)

xiv

Tabel 4. 26 ... 113

Tabel 4. 27 ... 115

Tabel 4. 28 ... 116

Tabel 4. 29 ... 116

Tabel 4. 30 ... 117

Tabel 4. 31 ... 117

Tabel 4. 32 ... 118

Tabel 4. 33 ... 121

Tabel 4. 34 ... 122

Tabel 4. 35 ... 123

Tabel 4. 36 ... 123

Tabel 4. 37 ... 125

Tabel 4. 38 ... 127

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 ... 41

Gambar 3. 1 ... 66

Gambar 3. 2 ... 70

Gambar 3. 3 ... 72

Gambar 3. 4 ... 74

Gambar 3. 5 ... 75

Gambar 3. 6 ... 76

Gambar 3. 7 ... 77

Gambar 3. 8 ... 78

Gambar 3. 9 ... 79

Gambar 4. 1 ... 81

Gambar 4. 2 ... 82

Gambar 4. 3 ... 83

Gambar 4. 4 ... 83

Gambar 4. 5 ... 84

Gambar 4. 6 ... 85

Gambar 4. 7 ... 86

Gambar 4. 8 ... 87

Gambar 4. 9 ... 88

Gambar 4. 10 ... 88

Gambar 4. 11 ... 89

Gambar 4. 12 ... 90

Gambar 4. 13 ... 91

Gambar 4. 14 ... 91

Gambar 4. 15 ... 91

Gambar 4. 16 ... 92

(17)

xvi

Gambar 4. 17 ... 92

Gambar 4. 18 ... 93

Gambar 4. 19 ... 93

Gambar 4. 20 ... 94

Gambar 4. 21 ... 94

Gambar 4. 22 ... 95

Gambar 4. 23 ... 96

Gambar 4. 24 ... 97

Gambar 4. 25 ... 98

Gambar 4. 26 ... 100

Gambar 4. 27 ... 102

Gambar 4. 28 ... 102

Gambar 4. 29 ... 104

Gambar 4. 30 ... 104

Gambar 4. 31 ... 105

Gambar 4. 32 ... 105

Gambar 4. 33 ... 106

Gambar 4. 34 ... 107

Gambar 4. 35 ... 107

Gambar 4. 36 ... 108

Gambar 4. 37 ... 110

Gambar 4. 38 ... 110

Gambar 4. 39 ... 110

Gambar 4. 40 ... 111

Gambar 4. 41 ... 112

Gambar 4. 42 ... 112

Gambar 4. 43 ... 112

(18)

xvii

Gambar 4. 44 ... 114

Gambar 4. 45 ... 114

Gambar 4. 46 ... 114

Gambar 4. 47 ... 115

Gambar 4. 48 ... 116

Gambar 4. 49 ... 117

Gambar 4. 50 ... 117

Gambar 4. 51 ... 118

Gambar 4. 52 ... 119

Gambar 4. 53 ... 121

Gambar 4. 54 ... 121

Gambar 4. 55 ... 122

Gambar 4. 56 ... 123

Gambar 4. 57 ... 124

Gambar 4. 58 ... 124

Gambar 4. 59 ... 124

Gambar 4. 60 ... 126

Gambar 4. 61 ... 126

Gambar 4. 62 ... 126

(19)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Saat ini, cara berkomunikasi semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan teknologi.

Penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan tidak dibatasi waktu. Termasuk pesan lewat media massa.

sekarang, pesan yang disampaikan tidak hanya berupa informasi dan berita, ada banyak yang dilakukan media untuk menyampaikan pesan, bisa teks naratif, novel fiksi, iklan dan film.

Film merupakan produk dari media massa yang menjadi salah satu fungsi dari komunikasi massa. Dapat disimpulkan jika sejak dahulu media massa sudah memiliki peran penting untuk masyarakat dalam menerima atau mengelola informasi, begitu pula dunia perfilman yang semakin berkembang dari waktu ke waktu. Dibandingkan dengan media massa lainnya, film menjadi media hiburan yang memiliki tempat sendiri bagi penikmat bahkan pecinta film, tidak hanya menyuguhkan alur cerita menarik, namun film memiliki peran cukup penting untuk menyalurkan pesan- pesan yang ada dalam film.1

Film dapat mempengaruhi khalayak atau penontonnya karena kemampuan dan kekuatannya dalam menjangkau

1 Maulana Aziz dan Nugroho Catur, Nasionalisme Dalam Narasi Cerita Film Analisis Narasi Tzvetan Todorov Pada Film Habibie dan Ainun, Jurnal: Universitas Telkom. ProTVF. Vol. 2, Nomor 1, Maret 2018, hal 37-49.

(20)

segmen sosial. isi pesan dari sebuah film dapat mempengaruhi dan membentuk sebuah masyarakat dari apa yang diceritakan dalam film tersebut namun tidak bisa berlaku sebaliknya.2 Jika demikian maka pesan dalam film dapat diamati melalui adegan dan dialog atau percakapan yang seluruhnya memiliki makna-makna tersendiri yang nantinya akan dipahami oleh banyak perspektif masing- masing penonton, hal inilah yang menjadikan uniknya suatu film karena berbeda dengan media massa lainnya.

Selain menjadi media hiburan, film sudah banyak dijadikan sebagai sebuah pendidikan, kritik sosial, penerangan, dan membuka diskusi-diskusi baru oleh para penikmat dan pembuat film. Film bisa menjadi media komunikasi di mana pesan yang tersirat di dalam isi cerita tersebut akan sampai kepada komunikannya dan menghasilkan sebuah efek.

Seperti halnya film komedi, sebagai salah satu genre film yang paling banyak diproduksi, film komedi telah menjadi bagian penting dalam sejarah perfilman Indonesia.

Seiring perkembangannya, perfilman Indonesia telah melahirkan tokoh maupun kelompok peran komedi yang menghiasi layar lebar Indonesia. Sebut saja tokoh karismatik Benyamin Sueb, Kadir dan Doyok, serta Warkop DKI; Dono, asino, dan Indro. Adapun dari masing-masing tokoh utama dalam film komedi Indonesia ini dilekatkan dengan berbagai

2 Alex Sobur, Komunikasi Naratif Paradigma, Analisis, dan Aplikasi, (Bandung : PT Remaja Rosadakarya, 2014), hal 127.

(21)

tema dan pendekatan cerita komedi yang beragam. Menurut salah satu portal perfilman Internasional (filmsite.org), pendekatan cerita komedi dapat dibagi dalam 5 kategori utama yaitu, slapstick, deadpan, verbal comedy, screwball, dan black/dark comedy.3

Film komedi adalah film yang sengaja dibuat untuk membuat penonton tertawa. Komedi adalah drama ringan-hati, dibuat untuk menghibur dan memprovokasi kenikmatan lelucon. Jenis film komedi umumnya melebih-lebihkan situasi, bahasa, akting, dan karakter. Film komedi juga bisa mengurangi segala kelemahan, rasa frustasi dalam diri, dan melarikan diri sesaat dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya dalam film komedi selalu happy ending, meskipun dari elemen humor memiliki sisi serius atau pesimis.

Kharisma Starvision Plus atau yang lebih dikenal dengan Starvision, merupakan salah satu perusahaan rumah produksi di Indonesia yang diperkenalkan kepada publik pada 10 Oktober 1995. Starvision sudah lama dikenal sebagai salah satu penghasil film komedi terbaik, baik dari segi kualitas maupun masuk dalam berbagai penghargaan. Saat ini, Starvision Plus telah memproduksi lebih dari 50 sinetron dan lebih dari 100 film layar lebar dalam berbagai genre.

Beberapa film komedi terbaik garapan Starvision adalah Cek Toko Sebelah, Susah Sinyal, Yowis Ben, Shy Shy Cat, Sweet 20, Imperfect: Karier, Cinta, Timbangan.

3 http://www.filmsite.org/filmgenres.html, diakses pada 8 September 2020.

(22)

Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan adalah film bergenre komedi percintaan yang diproduksi oleh Starvision dan disutradarai oleh Ernest Prakasa. Film ini membedah isu soal body shamming atau mengejek bentuk tubuh dan mencintai diri sendiri yang disampaikan melalui sebuah komedi. Film ini merupakan adaptasi dari buku karya istri Ernest Prakasa, Meira Anastasia, berjudul Imperfect: A Journey to Self-Acceptance. Buku yang sangat laris ini menarik Ernest Prakasa untuk menjadikannya film dengan meng-highlight kisah yang dekat dengan realita, yang berhasil menyampaikan isu berat menjadi ringan dan hangat. Pesan dalam buku tersebut diadaptasi ke layar lebar, diracik, hingga menjadi sebuah cerita utuh mengenai penerimaan diri terhadap hal yang dipunyai, misalnya terkait bentuk badan dan sebagainya.

Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan berkisah tentang Rara (Jessica Milla) yang tak peduli dengan ejekan orang lain mengenai bentuk tubuhnya yang tidak proporsional untuk ukuran seorang perempuan seusianya. Sebab dia sudah mendengarkan hal ini sejak kecil dan menjadi terbiasa. Rara pun sangat beruntung karena memiliki pacar seperti Dika (Reza Rahadian) yang mencintai dan menerima apa adanya.

Dika menganggap Rara adalah sosok yang sempurna karena memiliki hati yang baik dan lembut. Keadaan berubah ketika bos Rara (Dion Wiyoko) memintanya untuk memperbaiki penampilan jika ingin menduduki posisi manajer di kantornya. Bagi Rara ini adalah kesempatan besar, dia pun

(23)

bertekad untuk menjadi perempuan kurus dan cantik seperti gambaran iklan di televisi. Namun ada harga yang harus dibayar, Rara kehilangan orang-orang yang mencintainya.

Sebab pada akhirnya, dia juga memiliki sikap yang sama dengan mereka yang pernah mengejeknya. Sosok rara yang kurang sempurna diciptakan menjadi potret keseharian para perempuan yang seringkali merasa insecure dan belum tahu cara memulai untuk mencintai diri sendiri.

Film berdurasi 113 menit yang tayang serentak di bioskop Indonesia pada tanggal 19 Desember 2019, pada bulan Februari menurut data akhir dalam instagram

@imperfect_theseries ini sudah berhasil ditonton 2.662.356 oleh jutaan pasang mata penonton setianya. Dilansir dari idntime.com bahwa Sutradara film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan, Ernest Prakasa menyebutkan bahwa ini adalah salah satu film terbaik yang pernah dibuat sepanjang kariernya. Film ini merupakan film ke-5 Ernest Prakasa yang dirilis pada tahun 2019. Ernest sudah terjun di dunia penyutradaraan sejak 5 tahun lalu dan film terakhir sebelum Imperfect adalah Milly dan Mamet yang tayang pada tahun 2018. Penghargaan yang telah di raih dalam film Imperfect:

Karier, Cinta dan Timbangan, seperti dilansir Jawapos.com, film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan menyabet banyak penghargaan salah satunya Piala Maya 2020 sebagai Penulisan Skenario Adaptasi Terpilih dan Tata Rias Wajah dan Rambut Terpilih.

(24)

Dalam film ini memiliki alur cerita yang sesungguhnya sering ditemui dalam keseharian manusia bahkan mungkin di setiap individu, yakni mengenai perubahan kepribadian dan cara berkomunikasi kepada keluarga dan lingkungan sekitar. Ernest tidak menempatkan para karakter berada di protagonis atau antagonis, namun Ernest menjanjikan cerita dan penokohan yang kompleks sehingga tokoh antagonis atau protagonis pun dalam sudut pandang tertentu terlihat menarik. Meskipun terjadi argumentasi yang singkat namun penonton mendapatkan pesan moral dalam film ini terutama mengenai konsep diri yang dapat terjadi oleh penyebab apapun. Namun dengan adanya pesan yang mendalam namun cukup ringan untuk dicerna oleh penontonnya, tidak dipungkiri film ini mampu membuat penontonnya berdecap kagum, terharu bahkan walau terkesan hanya film komedi, namun mampu membuat penonton tertarik akan tokoh dalam film yang menjadi isu sangat dekat dengan dunia nyata.

Penokohan Rara dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan diciptakan menjadi potret keseharian para wanita yang sering tidak percaya diri dan belum tahu cara menyayangi diri sendiri. Tokoh Rara juga mempresentasikan perilaku sebagian wanita dalam menggunakan media sosial yang dalam hal ini membandingkan dirinya dengan orang lain yang terlihat sempurna. Disetiap adegan-adegan di film ini memperlihatkan secara singkat bagaimana proses perubahan konsep diri dan cara berkomunikasi seorang yang tertekan

(25)

dan takut akan segala hal, namun harus bertahan akan keadaan yang terbentuk dalam gambar untuk menemukan konsep diri dalam film ini.

Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena adanya interaksi dengan lingkungan disekitarnya, konsep diri positif pada akhirnya akan membentuk harga diri yang kuat.

Oleh karenanya, orang dengan konsep diri positif akan lebih tepat memberikan nilai keberartian dirinya.4

Sedangkan orang yang harga diri rendah menyebabkan kurang percaya diri, sehingga tidak efektif dalam pergaulan sosial. Sebelum seseorang bertindak, ia akan terlebih dahulu membayangkan dirinya pada posisi orang lain dan mencoba untuk memahami apa yang diharapkan oleh orang lain terhadap dirinya, atau bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya. Bila ia semakin mampu menyerasikan diri dengan harapan-harapan orang lain, maka interaksi menjadi mungkin dan semakin terbentuklah identitas dirinya.

Inilah yang dinamakan dengan konsep diri. Interaksi yang terjadi tersebut dilatar belakangi oleh motivasi yang dapat berupa keinginan-keinginan dan harapan-harapan tertentu yang dipercaya juga memiliki makna-makna tertentu.

Konsep diri juga merupakan sebuah bentuk penting dalam karakter setiap orang, tidak hanya itu konsep diri juga dibutuhkan dan ditemukan pada sebuah tokoh yang menjadi pemeran dalam sebuah film.

4 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosadakarya, 1994), hal 99.

(26)

Seperti sebuah film yang menjadi alat presentasi dan distribusi dari dunia hiburan kepada khalayak lewat komunikasi media massa, dalam sebuah film tentunya terdapat tokoh utama yang menjadi sosok penting dalam film tersebut dan menjadi sorotan para penonton atau audien.5

Satu pesan lain yang ingin disampaikan dari film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan adalah mengajarkan kita untuk lebih bersyukur dan sadar dengan potensi yang kita miliki. Film ini juga menekankan agar melihat sesuatu dengan cara lain. Bahwa sempurna itu bukan soal fisik yang ideal, tetapi hal lain yang berguna untuk orang lain. Karena hal terpenting yang harus diingat adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab untuk mencintai dan merawat tubuh kita adalah diri kita sendiri.

Allah mempertegas untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya dalam Surah Luqman ayat 12:

ح ۡلٱ َن ََٰمۡقُل اَنۡيَتاَء ۡدَقَل َو ُرُك ۡشَي اَمَن إَف ۡرُك ۡشَي نَم َو ِۚ َ لِل ۡرُك ۡشٱ نَأ َةَم ۡك

ٞدي مَح ٌّي نَغ َ َلِلٱ َن إَف َرَفَك نَم َو ۖۦ ه سۡفَن ل .

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan

hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah.

Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

5 Denis McQuail, Mass Communication and Culture, (London : Sage Publications, 2009)

(27)

Oleh karena itu, lebih jauh peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan mengkaji film ini dalam narasi sebagai konsep diri, yang dalam kasus ini dimuat dalam film Indonesia yaitu Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan, film bergenre drama komedi ini disutradari oleh Ernest Prakasa.

Yang kemudian akan ditulis dalam skripsi berjudul: Analisis Naratif Konsep Diri dalam Film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.

B. Identifikasi Masalah

Pada tahun 2019 Ernest Prakasa membuat karya film yang menceritakan tentang Rara yang tak peduli dengan ejekan orang lain mengenai bentuk tubuhnya yang tidak proporsional untuk ukuran seorang perempuan seusianya.

Cerita dengan kasus atau permasalahan seperti itu banyak sekali dialami oleh masyarakat Indonesia. Film dengan judul Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan ini ingin memperlihatkan bagaimana cara masyarakat mengajarkan kita untuk lebih bersyukur dan sadar dengan potensi yang kita miliki. Melalui film ini juga menekankan agar melihat sesuatu dengan cara lain. Bahwa sempurna itu bukan soal fisik yang ideal, tetapi hal lain yang berguna untuk orang lain. Karena hal terpenting yang harus diingat adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab untuk mencintai dan merawat tubuh kita adalah diri kita sendiri.

(28)

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada narasi film Imperfect:

Karier, Cinta dan Timbangan karya Ernest Prakasa dengan menggunakan analisis naratif Tzvetan model Todorov. Penulis membatasi pada setiap narasi adegan dan teks dialog yang berhubungan dengan konsep diri yang ditampilkan dalam alur cerita awal, tengah dan akhir pada film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini adalah:

a. Bagaimana narasi pada alur cerita di awal, tengah, dan akhir dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan?

b. Bagaimana konsep diri dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapi dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan narasi pada alur cerita di awal, tengah, dan akhir dalam film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.

b. Untuk menganalisis unsur konsep diri pada film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.

(29)

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam agar mengetahui narasi dalam cerita film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan sebagai bentuk konsep diri. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi referensi maupun penyempurnaan bagi penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi dalam membaca makna-makna yang terkandung dalam sebuah film melalui analisis narasi pada pesan konsep diri, serta menambah pengetahuan dalam dunia perfilman atau sinematografi dan sebagai skripsi yang menjadi salah satu syarat kelulusan dari jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktivisme. Menurut Weber, paradigma konstrukivisme melihat bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dari bentuk penilaian objektif, namun juga dari tindakan perorangan yang timbul karena alasan subjektif.

(30)

Selain itu ia juga melihat bahwa setiap individu akan memberikan pengaruh pada masyarakat sekitarnya, dengan tindakan sosial yang dilakukan individu tersebut harus berdasarkan rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran dan pemahaman.6

Paradigma konstruktivisme ini memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi realitas sosial yang terbentuk dari hasil konstruksi.7 Sehingga paradigm ini berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran.8

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena memungkinkan penulis untuk menginerpretasikan dan menjelaskan suatu fenomena secara holistik (utuh) dengan menggunakan kata-kata tanpa harus bergantung pada sebuah angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Bodgan

6 Onong Uchana Efendy, Ilmu Tori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), hal. 72.

7 Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 43.

8 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hal. 140.

(31)

dan Taylor yang mengemukakan pendekatan kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).

Jadi tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.9

3. Metode Penelitian

Metodologi riset kualitatif ini menggunakan metode analisis narasi yaitu studi tentang struktur pesan atau telah mengenai aneka fungsi Bahasa (pragmatic).10 Analisis naratif juga dapat digunakan untuk mengkaji struktur cerita dari narasi fiksi (seperti novel dan film).11 Naratif merupakan representasi dari peristiwa-peristiwa, sehingga dipilih sebagai metode penelitian karena analisis naratif ini melihat teks berita sebuah cerita, yang di dalam cerita ada plot, adegan, tokoh, dan karakter. Selain itu analisis ini membantu penulis untuk memahami bagaimana pengetahuan, makna, dan nilai diproduksi dan disebarkan dalam

9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1990), hal. 4.

10 Alex Sobur, Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001)

11 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita Media, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2013), hal. 9.

(32)

masyarakat. Secara umum teknik analisis datanya menggunakan alur yang lazim digunakan dalam metode penelitian kualitatif, yaitu mengidentifikasi objek yang diteliti untuk dipaparkan, dianalisis, dan kemudian ditafsirkan maknanya.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sutradara dan penulis naskah film “Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan”, sedangkan objek penelitiannya adalah narasi dan dialog dari adegan dalam film tersebut yang memiliki keterkaitan dengan konsep diri yang disampaikan dalam film “Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan”.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

menurut Sugiyono, bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi.12 Namun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan melalui tiga metode, yaitu:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan

12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 209.

(33)

metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini, dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dalam fenomena-fenomena yang diselidiki pada setiap adegan film. Di sini penulis mengklasifikasikan adegan dan dialog yang mengandung unsur konsep diri pada film Imperfect:

Karier, Cinta dan Timbangan. Setelah itu, penulis mengutip dan kemudian mencatat dialog ataupun paragraf yang mengandung pesan pada film ini.13 b. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk komunikasi yang terjadi antara dua orang, dalam hal ini melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berlandaskan atas tujuan tertentu.14 Dalam hal ini wawancara sebagai suatu alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data. Penulis menggunakan teknik wawancara terpimpin dan mendalam (dept interview), yaitu penulis persiapkan, kemudian dijawab oleh pemberi sumber data dengan jelas dan terbuka, dengan menggunakan alat panduan wawancara yaitu recorder. Narasumber yang diwawancarai yaitu

13 Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006). Cet. Ke-1

14 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 180.

(34)

sutradara dan penulis naskah skenario dialog film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan dan menggunakan catatan arsip berupa data yang diperoleh dari video film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan. yang secara legal terdapat di platform penyedia layanan video, Netflix. Video tersebut kemudian dipilih adegan mana yang merupakan alur awal, tengah, dan akhir yang mempunyai keterkaitan dengan rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan data-data yang terkait, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan model analisis yang digunakan oleh Tzvetan Todorov dengan membedah film tersebut menjadi tiga alur. Alur pertama yaitu, alur awal yang berisikan tentang pendahuluan dalam pengenalan cerita. Alur kedua yaitu, alur tengah yang berisikan tentang perkembangan konflik. Alur ketiga yaitu alur akhir yang berisikan tentang penyelesaian masalah. Setelah itu, pengkajian pada film “Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan.” akan dikaitakan dengan konsep diri.

(35)

G. Tinjauan Pustaka Judul

Skripsi Persamaan Perbedaan Temuan Analisis

Naratif Peran Bapak dalam Film Sabtu Bersama Bapak oleh Rusnawati Sani

1. Metode Metode yang digunakan adalah metode analisis naratif.

2.Teori Teori yang digunakan adalah teori Analisis Naratif Model Tzvetan Todorov.

1. Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah film Sabtu

bersama Bapak.

2. Objek Objek penelitiannya adalah narasi dan adegan yang

memiliki keterkaitan terhadap peran bapak dalam film Sabtu

Bersama Bapak.

Ditemukan bahwa terdapat berbagai peran bapak yang selama ini tidak diketahui banyak orang, yaitu

memberikan nafkah yang halal untuk keluarga, memberikan pengasuhan (Hadhanah), memberikan motivasi, memberikan nama yang baik

(Tasmiyah), dan

memberikan ibu yang baik untuk

anak-anaknya.

(36)

Analisis Naratif Film dengan Berita Arie Hanggara (Studi Komparasi Teori Tzvetan Todorov) oleh Mila

Mawardianti

1. Metode Metode yang digunakan adalah metode analisis naratif.

2. Teori Teori yang digunakan adalah teori Analisis Naratif Model Tzvetan Todorov.

1. Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah Film dengan Berita Arie

Hanggara.

2. Objek Objek penelitiannya adalah narasi dan dialog yang

disertakan dengan screenshot dari adegan visual dalam film tersebut yang

memiliki keterkaitan antara studi komparasi dalam berita Arie

Hanggara

Ditemukan bahwa sebagian besar cerita yang disajikan dalam

film Arie

Hanggara itu tidak bertolak belakang dengan pemberitaan yang ada. Secara Narasi, alur awal dimulai dengan penyebab cerainya Tino dan Dahlia hingga

bersatunya Tino dan Santi, adanya

kekerasan dengan alasan mendidik dan mendisiplinkan.

Alur tengah menarasikan keseharian Arie dengan

hukuman fisik dan non-fisik

(37)

dari Tino dan Santi, juga terungkapnya kematian Arie dalam

rekonstruksi dan persidangan.

Dan alur akhir dihukumnya Tino dan Santi dengan vonis yang lebih ringan dari tuntutan JPU.

Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa oleh Atik Sukriati Rahmah

1. Metode Metode yang digunakan adalah metode analisis naratif.

2. Teori Teori yang digunakan adalah teori Analisis Naratif Model Tzvetan Todorov.

1. Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah film 99 Cahaya di Langit Eropa.

2. Objek Objek penelitiannya adalah potongan adegan visual ataupun

Ditemukan bahwa dalam film 99 cahaya di Langit Eropa sangat jelas menggambarka n bagaimana umat Islam di tengah wajah minusnya mesti tampil sebagai agen yang damai, agen yang penuh senyum, saling

(38)

narasi dialog dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa yang

berkaitan dengan komunikasi antarbudaya yang ingin disampaikan di dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa.

membantu untuk sesama, dan dengan yang berbeda keyakinan.

Tabel 1. 1 H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dibuat untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian ini. Sistematika penulisan dibagi menjadi enam bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terbagi menjadi beberapa sub-bab, yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(39)

Bab ini berisikan landasan teori untuk menganalisis penelitian, dengan beberapa sub-bab yang menjelaskan definisi film, analisis naratif dan analisis naratif model Tzvetan Todorov, konsep diri, serta dakwah dzatiyah.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini menguraikan secara umum film Liam dan Laila guna memberikan informasi tentang subjek penelitian yang terbagi menjadi beberapa sub-bab yang akan menjelaskan latar belakang pembuatan film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan, sinopsis film, produksi film, sutradara dan penulis naskah film, serta tokoh pemeran film.

BAB IV DATA DAN HASIL TEMUAN

Bab ini memaparkan data yang telah diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data, dan terbagi menjadi beberapa sub-bab yang akan menjelaskan konsep diri dalam film Imperfect:

Karier, Cinta dan Timbangan, pandangan penulis, naskah mengenai konsep diri, dan pembagian narasi naskah film menjadi tiga, yaitu bagian awal, tengah, akhir.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini menganalisis bagian narasi film Liam dan Laila menggunakan teori analisis naratif model Tzvetan Todorov dan konsep diri, bab ini terbagi menjadi beberapa sub-bab yang akan memaparkan

(40)

bagian awal narasi naskah film yang berisi keseimbangan, bagian tengah narasi nakah film yang berisi konflik, dan bagian akhir narasi naskah film yang berisi keseimbangan serta konsep diri dalam film.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memaparkan kesimpulan penelitian dan sekaligus menjadi penutup penelitian yang berisikan saran-saran yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(41)

23

KAJIAN PUSTAKA A. Film

1. Pengertian Film

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang merupakan kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang disalurkan dengan pemancar- pemancar yang sifatnya audio dan visual dalam bentuk film.15

Film merupakan salah satu dari berbagai jenis program yang ada di televisi. Film merupakan medium komunikasi yang efektif dalam menyampaikan berbagai bentuk komunikasi. Pada program televisi pun, film mempunyai tempat khusus pada televisi karena penayangannya tidak selalu sering dan menarik banyak perhatian audience.

Secara umum film dipandang sebagai media tersendiri, film merupakan sarana pengungkapan daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus, dan produknya bisa diterima dan diminati layaknya karya seni.

Sedangkan dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar dan dalam pengertian luasnya

15 R.M Soenarto. Program Televisi, Dari penyusunan sampai Pengaruh siaran, FFTV,IKJ. Jakarta. 2007 hal 65

(42)

bisa juga termasuk yang disiarkan di televise.16

Film juga memiliki peranan penting dalam memantapkan ketahanan nasional dalam fungsinya sebagai media komunikasi massa, karena film merupakan salah satu sarana yang efektif dalam mengorbankan semangat pengabdian dan perjuangan bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan, mempertebal kepribadian bangsa serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.17

2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakan sebagai media komunikasi massa karena merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal, dalam arti berjumblah banyak, tersebar dimana-mana, khalayaknya heterogen dan anonim, dan menyimpulkan efek tertentu.18

Film merupakan teks-struktur linguistik yang kompleks dan kode-kode visual yang disusun memproduksi makna-makna khusus. Film bukan hanya sekedar koleksi atas gambaran atau stereotype. Film-film membentuk makna melalui susunan tanda-tanda visual

16 Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998 hal 138

17 Undang-Undang Republik Indonsia No 8 tentang perfilman, bab 2 dasar, arah tujuan, pasal 4-7 tahun 1992

18 Nawiroh Vera, M.Si., Semiotika dalam Riset Komunikasi, Bogor Ghalia Indonesia. 2014 Hal 91

(43)

dan verbal. Struktur tekstual inilah yang harus kita periksa karena disinilah makna dihasilkan. Singkatnya film-film melahirkan ideologi. Ideologi bisa didefinisikan sebagai sistem penggambaran sebuah cara pandang terhadap dunia yang terlihat menjadi universal atau natural tetapi sebenarnya merupakan struktur kekuatan tertentu yang membentuk masyarakat kita.19

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu.20 Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut.

Akan tetapi umumnya sebuah film dapat mencankup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan dalam film menggunakan mekanisme lambing-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya.

Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan

19 Sarah Gamble, Pengantar memahami Feminisme dan Postfeminisme, Jalasutra: Yogyakarta. 2010. Hal 20

20 Ardianto,Elvinaro dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung.Simbiosan Reatama Media. 2007 Hal 136

(44)

bahkan dapat mempengaruhi audience. Di massa seperti ini terdapat berbagai ragam film, meskipun cara pendekannya berbeda-beda, semua film dapat dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu menarik perhatian orang terhadap muatan-muatan masalah yang dikandung. Selain itu, film dapat dirancang untuk melayani keperluan public terbatas maupun public yang seluas-luasnya.

Pada dasarnya film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh actor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukan di bioskop dengan harga tiket tertentu atau di putar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film non cerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subjeknya, yaitu merekam kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan. Dalam perkembangannya, film crita dan non cerita saling mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film yang memiliki ciri, gaya dan corak masing-masing.

Film cerita agar tetap diminatai penonton harus tanggap terhadap perkembangan zaman, artinya cerita harus lebih baik, penggarapannya yang professional dengan teknik penyuntingan yang semakin canggih hingga penonton tidak merasa dibohongi dengan trik-trik tertentu bahkan seolah-olah justru penonton yang

(45)

menjadi aktor/aktris di film tersebut. Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses teknis, yaitu berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang digarap, sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton.

3. Unsur-Unsur Film

Unsur pembentuk film dapat dibagi menjadi dua, yaitu unsur naratif dan sinematik. Dalam pembentukan film, kedua unsur ini saling berkaitan.

Unsur naratif merupakan materi atau bahan cerita yang akan diolah, sedangkan unsur sinematik merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mengolah materi cerita atau teknis pembentuk film. Unsur sinematik ini terbagi menjadi empat elemen pokok, yitu mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara.21

a. Unsur Naratif

Unsur ini merupakan unsur dasar yang dibutuhkan dalam pembentukan film. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film.

Di dalam cerita pasti memiliki elemen-elemen seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, dan masih banyak elemen lainnya. Elemen tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan

21 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), hal. 1-2

(46)

tujuan. Seluruh jalinan peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yaitu hukum kasualitas (sebab- akibat). Kausalitas ini bersama dengan unsur ruang dan waktu merupakan elemen-elemen pokok pembentik naratif.22

b. Unsur Sinematik

Unsur ini merupakan unsur pembentuk film yang menentukan bagaimana materi akan diolah menjadi sebuah cerita. Dalam film, unsur sinematik sering diistilahkan dengan gaya sinematik, yaitu aspek- aspek teknik pembentukan film. Aspek- aspek teknis dalam produksi memiliki empat elemen pokok, pertama mise-en-scene yang memuat segala hal yang berada di depan kamera, seperti latar (setting), tata cahaya, kostum, make up, serta pegerakan pemain. Kedua, sinematografi yang merupakan bagaimana perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Ketiga, editing yang merupakan transisi sebuah gambar ke gambar lainnya.

Keempat, suara merupakan elemen yang memuat semua hal dalam film yang mampu kita tangkap dengan indera pendengaran kita. Sama halnya dengan unsur naratif, seluruh elemen pokok dalam unsur sinematik ini saling berkaitan satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara

22 Himawan Pratista, Memahami Film, hal. 2

(47)

keseluruhan.

Keberhasilan seseorang dalam memahami sebuah film secara utuh sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tersebut terhadap aspek naratif serta aspek sinematik sebuah film. Kedua unsur tersebut memiliki norma serta batasan yang bisa diukur. Jika kita anggap sebuah film buruk, bisa jadi bukan karena film tersebut buruk, namun karena kita sendiri yang belum memahaminya secara utuh.23

4. Jenis dan Klasifikasi Film a. Jenis Film

Secara umum, pembagian jenis film didasarkan atas cara bertuturnya, yaitu naratif (cerita) seperti film fiksi, dan non-naratif (non- cerita) seperti film dokumenter dan film eksperimental. Berikut penjelasan jenis-jenis film berdasarkan cara bertuturnya:24

1) Film Dokumenter, adalah film yang penyajian faktanya berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik (propaganda), dan lain-lain.

23 Himawan Pratista, Memahami Film, hal. 3.

24 Himawan Pratista, Memahami Film, hal. 4-8.

(48)

2) Film Fiksi, adalah film yang mennggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata, terkait oleh alur (plot), dan memiliki konsep pengadegan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terkait hokum kasualitas. Cerita fiksi sering diangkat dari kejadian nyata dengan beberapa cuplikan rekaman gambar dari peristiwa aslinya (fiksi-dokumenter).

3) Film Eksperimental, adalah film yang berstruktur namun tidak beralur. Film ini tidak bercerita tentang apapun (anti-naratif) dan semua adegan menentang logika sebab-akibat (anti rasionalitas).

b. Klasifikasi Film

Menurut Himawan Pratista, metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasikan film adalah berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama sebagai berikut:25

1) Drama, ini merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpa tokoh dalam adegan tersebut. Tema ini pula bisa dikaitkan dengan latar belakang

25 Himawan Pratista, Memahami Film, hal. 10.

(49)

kejadiannya. Jika kejadiannya tersebut di sekitar keluarga, maka disebut dengan drama keluarga.

2) Action, pada istilah ini action seringkali berkaitan dengan adegan berkelahi, bertengkar, dan tembak- menembak. Sehingga, tema ini bisa dikatakan sebagai film yang berisi

“pertarungan” atau “perkelahian” fisik yang dilakukan oleh peran protagonis dengan antagonis.

3) Komedi, merupakan tema yang sebaiknya bisa dibedakan dengan lawakan. Sebab, jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak. Dalam komedi itu tidak dilakonkan oleh para pelawak, melainkan pemain film biasa saja. Inti dari tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak- bahak.Biasanya juga, film yang berkaitan dengan komedi ini merupakan suatu sindiran pada fenomena sosial atau kejadian tertentu yang sedang terjadi.

4) Horor, film ini menawarkan suasana yang menakutkan, menyeramkan, dan membuat penontonnya merinding. Suasana horor dalam film itu bisa dibuat dengan cara animasi, special effect, atau bisa langsung diperankan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut.

(50)

5) Tragedi, pada tema ini, tragedi menitikberatkan pada nasib manusia. Jika sebuah film dengan akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan, perampokan atau bencana alam dan lainnya, bisa disebut dengan tragedi.

6) Drama Action, tema ini merupakan gabungan dari dua tema, yaitu: drama dan action. Pada tema drama action ini biasanya menyuguhkan suasana drama dan juga adegan-adegan berupa

“petengkaran fisik.” Untuk menandainya, dapat dilihat dengan cara melihat alur cerita film.

Biasanya film dimulai dengan suasana drama, lalu setelah itu alur meluncur dengan menyuguhkan suasana tegang, biasanya berupa pertengkaran- pertengkaran

7) Komedi Tragis, suasana komedi biasanya ditonjolkan terlebih dahulu, kemudian menyusul dengan adegan-adegan yang tragis.

Suasana yang dibangun memang getir, sehingga penonton terbawa dengan emosinya dalam suasana tragis. Akan tetapi terbungkus dalam suasana komedi.

8) Komedi Horor, sama seperti komedi tragis, suasana komedi horor juga merupakan gabungan antara tema komedi dan horor.

Biasanya film dengan tema ini menampilkan film horor yang berkembang, kemudian

(51)

diplesetkan menjadi komedi.

9) Parodi, merupakan duplikasi dari tema film tertentu. Tetapi diplesetkan, sehingga ketika film parodi ditayangkan, para penonton akan melihat satu adegan film tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat demikian tidak sekedar karena film yang ditayangkan itu lucu, tetapi karena adegan yang ditonton pernah mucul di film-film sebelumnya.

Tentunya para penikmat film parodi akan paham kalau sering menonton film, sebab parodi selalu mengulang adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi, tema parodi itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada, kemudian dikomedikan.

5. Film sebagai Media Penyampai Nilai

Cerita yang disuguhkan di dalam layar tidak hanya berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, tetapi juga bisa berasal dari imajinasi para pembuat cerita.26 Selain itu dimensi waktu dalam film pun tidak terbatas, cerita yang disampaikan bisa berasal dari kisah masa lalu, masa sekarang atau gambaran mengenai masa depan.

Film dapat menyatukan spektrum kepekaan manusia, mulai dari yang paling lembut, kekjam, sampai

26 Budi Irawanto, Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), hal. 13.

(52)

memuakkan. Film yang baik juga dapat menimbulkan ilusi kejadian filemis yang berlangsung dalam batas waktu lebih lama dari waktu menonton film tersebut.

Bahwa dalam kejadian itu ada permulaan, pengembangan, dan akhir, serta mempunyai jangka waktu tertentu.27

Sebagai media komunikasi, film digunakan sebagai bentuk penyampaian pesan moral maupun kritik sosial melalui visualisasi gambar ataupun cerita yang dinarasikan narrator. Cerita yang dibuat juga berdasarkan pada masa lalu, kejadian pada masa sekarang ataupun penggambaran masa depan, dengan kata lain film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas atau bahkan membentuk sebuah realitas. Karena bersifat audio visual, film memiliki kekuatan dan kemampuan yang mampu menjangkau banyak segmen sosial yang menjadikan film sebagai alat komunikasi yang lebih berpotensi untuk memengaruhi khalayaknya dibandingkan dengan media massa lainnya.28 Hal ini membuat para ahli film memiliki potensi untuk memengaruhi bagaimana suatu pandangan dimasyarakat dengan muatan pesan di dalamnya dapat terbentuk. Hal ini didasarkan atas argument bahwa film merupakan potret dari realitas di

27 D. A, Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ PRRESS, 2005), hal. 4.

28 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 127.

(53)

masyarakat. Film merekam realitas yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan kemudian memproyeksikannya ke dalam layar.29

Karakteristik film sebagai media massa juga mampu membentuk semacam kesepakatan publik secara visual, hal ini dikarenakan film selalu berkaitan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan selera pubik, atau dapat dikatakan film merangkum pluralitas nilai yang ada dalam masyarakat.30 Film dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ril manusia sebagai media informasi yang di dalamnya terdapat pesan nilai-nilai yang dapat diambil oleh masyarakat dan diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Film sebagai media massa dapat digunakan sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan- pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan- pesan keagamaan atau pesan moral.31 Dengan demikian film dapat dijadikan alternatif sebagai media yang dapat menyampaikan nilai-nilai sesuai dengan kehidupan masyarakat. Dengan film, kita dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang realitas tertentu yang sudah terseleksi, sehingga pada gilirannya akan membentuk sikap dan perilaku khalayak yang

29 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal. 15.

30 Budi Irawanto, Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia, hal 13.

31 Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung:

Benang Merah Press, 2004), hal. 95.

(54)

menyaksikan.

Menurut Burhan Bungin, fungsi utama komunikasi massa salah satuny adalah social learning, yaitu media massa bertugas memberikan pendidikan sosial atau pencerahan-pencerahan kepada seluruh masyarakat di mana komunikasi massa itu berlangsung.32 Hal ini juga selaras dengan teori belajar sosial menurut Badura yaitu, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan dan peneladanan (modeling). Dalam teori ini ada empat tahap proses belajar sosial, yaitu proses perhatian, pengingatan, reproduksi, motoris, dan motivational.33 Sebagai contoh, ketika menonton film, orang akan melihat tindakkan tokoh atau adegan pemain, melalui mengamatan penonton film diberi rangsangan, kemudian hasil pengamatan disimpan dalam pikiran dan akan kembali lagi ketika seseorang melakukan tindakkan sama seperti apa yang pernah mereka amati, lalu barulah setelah itu sampailah pada proses reproduksi motoris yang menghadirkan kembali perilaku dan tindakan dalam keidupan sesuai dengan apa yang pernah diamatinya, namun proses motivasi

32 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 80

33 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remadja Karya, 2001) hal. 240.

(55)

juga mempengaruhi kondisi personal manusia.34 Dengan menggunakan metode belajar sosial ini, penyampaian pesan moral atau dakwah yang dilakukan oleh film akan lebih efektif. Karena film mempunyai kelebihan bermain pada sisi emosional, ia mempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa. Berbeda dengan buku yang memerlukan daya piker aktif dan penonton bersifat yang pasif. Hal ini tentunya dikarenakan sajian film adalah sajian yang siap dinikmati.

B. Analisis Naratif

1. Definisi Analisis Naratif

Narasi berasal dari kata Latin narre, yang artinya

“membuat tahu”. Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa.

Pada dasarnya sebuah narasi adalah cerita, cerita yang didasarkan pada suatu kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian itu ada tokoh, dan tokoh ini mengalami atau menghadapi suatu atau serangkaian konflik atau pertikaian. Kejadian, tokoh, konflik ini merupakan unsur pokok sebuah narasi, dan ketiganya secara kesatuan bisa disebut plot atau alur, maka dengan demikian narasi adalah cerita berdasarkan alur.35

34 Asep S. Muhtadi, dkk., Dakwah Kontemporer, (Bandung: Pusdai Press, 2000) hal. 97.

35 Alex Sobur, Komunikasi Naratif Paradigma, Analisis, dan Aplikasi, hal 5.

Gambar

Gambar 3. 2  Ernest Prakasa
Tabel 4. 1  Visualisasi  Durasi  Gambar 4. 2  01.09 – 01.23  Dialog
Gambar 4. 3  02.42 – 03.20  Hendro meninggal karena kecelakaan
Tabel 4. 4  Visualisasi  Durasi  Gambar 4. 5  16.40 – 17.06  Dialog
+7

Referensi

Dokumen terkait

tiap adegan yang mengandung makna pesan moral yang terdapat dalam film “3.. DOA

PESAN KEMANUSIAAN DALAM FILM (Analisis Isi Pada Film 3Hati Dua Dunia, Satu Cinta).. S K R I P

(Studi Analisis Naratif Deskriptif Budaya Siri’ pada Masyarakat Bugis dalam Film Uang Panai‟ (Uang

Sedangkan di sekuel kedua pada film Ada Apa Dengan Cinta 2 juga menampilkan adegan unsur politik di dalamnya yaitu terdapat perbincangan antara Rangga dan

Bentuk tindakan diskriminasi yang ada pada film Ayat-Ayat Cinta 2 terdapat pada scene 10, yaitu termasuk kedalam diskriminasi secara langsung, dimana Fahri

(Studi Analisis Naratif Deskriptif Budaya Siri’ pada Masyarakat Bugis dalam Film Uang Panai‟ (Uang

Dapat disimpulkan bahwa setelah penulis analisis dalam film Ayat-Ayat Cinta terdapat 28 gerak.gaya yang dilakukan oleh pelaku yang menunjukkan pesan Pendidikan

ANALISIS KESADARAN PENGGUNA TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA DI PLATFORM TIKTOK PADA KLIP FILM IMPERFECT 2019 SKRIPSI Gafriandy Budihartono 00000029990 PROGRAM STUDI FILM