BAB III METODE PENELITIAN
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada kajian analisis deskriptif. Nurastuti (2007:103) menjelaskan yang dimaksud dengan analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan merinci dan menjelaskan secara panjang lebar (menyeluruh) keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat. Jadi, peneliti benar-benar mengungkap masalah penelitian ini dengan cara mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan memaparkan masalah penelitian tersebut. Kemudian peneliti mengaitkan deskripsi masalah tersebut ke dalam suatu bentuk kalimat, sehingga penelitian ini benar-benar jelas. Ada empat langkah teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Identifikasi
Dalam tahap identifikasi, data-data yang telah terkumpul diidentifikasi dengan mengkaji unsur-unsur intrinsik apa saja yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”.
2. Tahap klasifikasi
Dalam tahap klasifikasi, data diklasifikasikan atau dikelompokan berdasarkan temuan jenis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”.
3. Tahap deskripsi
Dalam tahap deskripsi, peneliti akan memaparkan atau mendeskripsikan data-data yang telah dikaji.
4. Tahap Menyusun RPP
Pada tahap ini, peneliti akan menyusun RPP sesuai dengan rancangan RPP kurikulum 2013.
53 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan deskripsi data, analisis unsur intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, dan rencana pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja dalam bentuk RPP.
4.1 Deskripsi Data.
Pada bab IV akan dikemukakan data yang ditemukan dalam analisis unsur intrinsik cerita pendek ”Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja dan rencana pembelajarannya di kelas XI SMA. Cerita pendek yang dianalisis terdiri dari empat halaman. Pada cerpen “Gadis Manis dalam Bis” peneliti akan menganalisis tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Kemudian mengimplementasikan hasil temuan tentang unsur intrinsik tersebut dalam bentuk perencanaan pembelajaran di kelas XI berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data yang ditemukan berupa kalimat atau paragraf yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, sedangkan sumber data untuk menganalisis unsur intrinsik cerita pendek itu sendiri adalah cerpen berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
4.2 Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Gadis Manis dalam Bis”
Karya Prapta Diharja.
Analisis unsur intrinsik dalam penelitian ini menggunakan cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Analisis unsur intrinsik bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang isi cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Analisis hanya difokuskan pada unsur intrinsiknya saja yang meliputi, tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Berikut analisis unsur intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
4.2.1 Tema
Nurgiyantoro (2005:80) menyatakan bahwa, tema adalah sebuah cerita yang dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. Berbagai unsur fiksi seperti alur, tokoh, alat, sudut pandang, stile dan lain-lain berkaitan secara sinergis untuk bersama-sama mendukung eksistensi tema. Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapkan secara eksplisit, tetapi menjiwai keseluruhan cerita dan dapat dirasakan, substansi dan keberadaannya haruslah ditemukan lewat pembacaan dan pemahaman kritis. Dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja terdapat tema sebagai makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita. Tema yang terkandung dalam cerita pendek “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja adalah kekesalan atau rasa kesal seorang mahasiswa yang diperankan tokoh “Aku” saat mengenang kejadian yang pernah menimpa dirinya di masa lalu, rasa kesal itu tertuju kepada dua orang gadis cantik dan ramah yang ternyata pencopet yang sedang beraksi di dalam bus saat jam pulang kuliahnya. Hal ini bisa dibuktikan dan dapat dilihat pada kutipan cerpen (1) dan kutipan (38), dan kutipan (41).
(1) “Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya begini: seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte Rawa-mangun. Waktu Belum begitu siang. Kira-kira jam sebelas. Belum masanya anak-anak sekolah siang berangkat”.
(Prapta Diharja, 1980:125).
Pada kutipan (1), tokoh “Aku” menceritakan bahwa ia merasa geli dan dongkol bila mengenang kejadian itu lagi. Dimana kejadian pencopetan itu terjadi ketika ia pulang kuliah dan sedang berada di dalam bus.
(38) “Dasar mahasiswa bokek!" semprot kondektur itu terhadapku.
Beberapa penumpang menoleh kepadaku. Beberapa tersenyum.
Aku diam menahan malu dan dongkol”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Dari kutipan (38) di atas, tergambar jelas kekesalan tokoh “Aku”
terhadap kejadian yang menimpanya yang terjadi di dalam bus.
(41) "Ya, ya, ya. Pajak jalanan tanpa kompromi. Tanpa permisi.
Memang saya juga sering kena juga. Wah, payah. Kali ini kamu yang sedang beruntung, Dik." Kemudian dia merogoh kantong membayarkan kepada kondektur untuk aku. Aku ceritakan semuanya itu kepada penumpang lain, kecuali satu: bahwa
pencopet-pencopet itu adalah cewek-cewek manis. Malu, dong.
Masak cowok dikerjain oleh cewek-cewek. Teringat senyum dan tawa mereka. Kini aku tahu kenapa mereka itu mendesak-desak menghimpitku. Oh, himpitan beracun! Hanya karena aku ge-er saja, aku lengah. Geli dan dongkol rasanya. Inikah arti emansipasi? Aku tersenyum kecut”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Dari kutipan (41) di atas semakin tergambar dengan jelas kekesalan tokoh “Aku” terhadap kejadian yang menimpa dirinya, hal itu tergambar jelas lewat percakapan batinnya “Teringat senyum dan tawa mereka. Kini aku tahu kenapa mereka itu mendesak-desak menghimpitku. Oh, himpitan beracun! Hanya karena aku ge-er saja, aku lengah. Geli dan dongkol rasanya. Inikah arti emansipasi? Aku tersenyum kecut”.
Bukti dari tema kekesalan yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita yang secara sinergis dan saling mengikat sehingga mendukung eksistensi tema tersebut sebagai sebuah kesatuan yang padu terbukti dari perasaan kesal yang dilukiskan oleh tokoh “Aku” ketika tokoh
“Aku” mengenang kembali kejadian pencopetan yang pernah menimpanya di masa lalu. Karena latar belakang dari penulisan cerpen Gadis Manis dalam Bis karya Prapta Diharja dilatarbelakangi oleh perasaan kesal pengarang terhadap peristiwa pencopetan yang pernah dialami oleh tokoh
“Aku”. Karena perasaan kesal tersubut hanya dirasakan oleh tokoh “Aku”
maka tema kekesalan dalam cerpen ini terus berlanjut hingga akhir cerita dan dapat dilihat pada kutipan (41). Dari pendapat tersebut terbukti bahwa tema kekesalan dalam cerpen ini saling mengikat dan sinergis dengan
unsur-unsur lain yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
4.2.2 Alur
Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadan itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Nurgiyantoro, 2010:113). Dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, peneliti akan menganalisis tahapan alur berdasarkan penahapan alur Sudjiman (1992:30-36). Tahapan alur tersebut meliputi bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir. Bagian awal meliputi paparan, rangsangan, dan gawatan. Bagian tengah meliputi tikaian, rumitan, dan klimaks. Bagian akhir meliputi leraian, dan selesaian. Alur yang digunakan dalam cerpen ini menggunakan tiga tahapan , yaitu tahap awal (meliputi paparan, rangsangan, dan gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, dan klimaks), dan tahap akhir (leraian, dan selesaian). Berikut tahapan alur cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
1. Tahap awal
Pada tahap ini peneliti akan memaparkan mengenai paparan, rangsangan dan gawatan yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Paparan mengenai tahap awal adalah sebagai berikut.
a. Paparan
Penyampaian informasi kepada pembaca disebut paparan atau eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita.
Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisah selanjutnya (Sudjiman, 1992:30). Pada tahap ini mengisahkan bagaimana awal mula kejadian tokoh Aku sebelum dicopet oleh dua orang gadis yang ditemuinya dalam bus. Paparan tersebut terdapat pada kutipan (1) berikut.
(1) “Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya begini:
seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte Rawa-mangun. Waktu Belum begitu siang. Kira-kira jam sebelas.
Belum masanya anak-anak sekolah siang berangkat. Wah, kalau saja waktunya bersamaan dengan keberangkatan mereka sekitar jam dua belas hingga jam dua pasti aku tak mendapatkan tempat duduk. Bisa-bisa hanya menggelantung di pintu”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Kutipan cerpen di atas terdapat pada halaman satu, paragraf pertama.
Paparan dalam kutipan cerpen di atas merupakan informasi awal yang disampaikan oleh pengarang sebelum memasuki kisah selanjutnya. Paparan bertujuan untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti jalan cerita satau kisah elanjutnya dari cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja ini.
b. Rangsangan
Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator (seseorang yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa). Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan tentang penjangnya kapan disusun oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan (Sudjiman, 1992:30). Hal tersebut dapat dibuktikan dari kutipan (2) cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja berikut.
(2) “Bis nomor 34 lewat. Tetapi aku tidak naik. Bis jurusan Tanah Abang ini banyak copetnya. Aku bertahan beberapa lama menunggu bis yang biasanya tidak terlalu penuh dan aman.
Akhirnya bis yang kutunggu datang juga: nomor 35. Berhenti di depan halte. Aku naik dari depan. Masih terlihat beberapa tempat duduk belum terisi. Sementara hendak menentukan tempat duduk, perhatianku terpancang kepada dua gadis yang seolah memperhatikan kedatanganku”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Rangsangan di atas ditimbulkan oleh masuknya dua orang tokoh baru. Tokoh baru tersebut diidentifikasi sebagai dua orang gadis yang memperhatikan kedatangan tokoh utama Aku. Kehadiran dua orang tokoh baru tersebut berperan sebagai pengubah alur cerita yang dalam perkembangannya menimbulkan kejadian-kejadian baru dalam jalannya peristiwa yang dialami tokoh utama Aku dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
c. Gawatan
Gawatan biasanya adalah perkembangan cerita setelah rangsangan.
Dalam gawatan akan timbul permasalahan yang terjadi dalam sebuah cerita (Sudjiman, 1992:30). Gawatan yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja terdapat pada kutipan (2), (4) dan (5).
Berikut paparan mengenai kutipan gawatan cerpen berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
(2) “Mereka tersenyum seperti hendak menegur. Aku agak canggung, merasa belum pernah mengenal mereka. Begitu aku berjalan mendekat, kedua gadis itu menggeser duduknya masing-masing ke pinggir, membiarkan bagian tengah kosong. "Wah, sialan.
Artinya, untung sekali," kata hatiku”. (Prapta Diharja, 1980:125).
(4) “Aku bisa duduk di antara mereka. Kesempatan bagus tak kubiarkan lewat. Aku minta permisi menempati bagian yang kosong di antara mereka. Mereka menyilahkan dengan senyum.
Aneh ....” (Prapta Diharja, 1980:125).
(5) "Pulang kuliah Mas?" tanya gadis di sebelah kananku.
"Hebat betul cewek-cewek ini," batinku tambah heran, "bia- sanya cewek manis selalu jual mahal. Tetapi yang ini tidak.
Malah negur cowok duluan. Apakah tidak takut digigit?" tanyaku lagi dalam hati. Aku menoleh dan mengiyakan. Kami berpandangan”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Gawatan dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja di atas muncul dan diawali dengan perasaan canggung tokoh Aku.
Tokoh Aku merasa canggung karena merasa diperhatikan dua gadis yang belum dikenalinya, dua orang gadis tersebut seolah melempar senyum dan ingin menegur tokoh Aku. Selain itu, kedua gadis tersebut mempersilahkan
tokoh Aku yang baru mereka temui dalam bus tersebut untuk duduk berhimpitan ditengah-tengah mereka, hal ini terasa aneh karena dengan keadaan beberapa tempat duduk yang belum terisi, harusnya dua orang gadis tersebut mempersilahkan tokoh Aku untuk menempati kursi-kursi yang belum terisi tersebut. Kemudian gadis yang berada di sebelah kanan tokoh Aku membuka percakapan mereka sudah akrab.
2. Tahap tengah
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengidentifikasi tahap tengah yang terdiri dari tikaian, rumitan dan klimaks. Peneliti akan memaparkan mengenai tikaian, rumitan dan klimaks yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Paparan mengenai tahap tengah adalah sebagai berikut.
a. Tikaian
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan, satu diantaranya diwakili oleh manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonist dalam cerita (sudjiman, 1992:34-35). Tikaian-tikaian yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja dapat dibuktikan pada kutipan (7), (8), (9), (10), (11), cerpen yang terdapat pada paragraf keenam, ketujuh, paragraf 28, 29 dan 30, halaman 125-127 di bawah ini.
(7) “Kuliah di jurusan apa Mas?" tanya gadis yang lain.
Aku menoleh dan menjawab, "Emm ..., Antrop." Manis juga dia.
"Antrop? Apa itu?" tanyanya lagi.
"Antropologi"
"... Antropologi? Bagian apa itu?". (Prapta Diharja, 1980:125).
(8) “Entah memang tidak mengerti benar, ataukah pura-pura tidak tahu? sulit untuk menebak. Soalnya penampilan mereka tampaknya juga dari kalangan mahasiswa. Masak mereka tidak tahu? Ataukah hanya mau sekedar bergurau? Maka, aku mesti hati-hati menjawabn- ya, agar tidak terjebak oleh pancingan mereka”. (Prapta Diharja, 1980:125).
(9) "Itu lho, jurusan yang mempelajari tentang Pithecanthropus dan Homo Sapiens itu". (Prapta Diharja, 1980:125).
(10) "Wah, wah tambah nggak mudeng aku". (Prapta Diharja, 1980:125).
(11) “Setelah yakin benar bahwa mereka belum paham, maka aku berani masuk untuk menerangkan”. (Prapta Diharja, 1980:126).
(31) "Kalipasir! Kalipasir! Menteng," teriak kondektur bis mengagetkan aku. Sialan, sudah sampai kantor pos Cikini, gumamku dalam hati. Aku harus cepat-cepat turun. Aku minta permisi dan beranjak meninggalkan mereka”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(32) "Boleh dibawa majalahnya, untuk kenang-kenangan Mas," kata Elis, Yang sebelah kanan”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(33)"O, terima kasih," jawabku sambil buru-buru keluar.
"Hati-hati!" tambahku. Setelah turun kulihat kedua gadis di bis masih memperhatikanku. Saling berbisik, tersenyum ... dan aku lambaikan tangan kepada mereka. Mereka membalas. Bis melaju lagi. Aku menyesal tidak menanyakan alamat mereka”. (Prapta Diharja, 1980:127).
Tikaian yang muncul dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja muncul dengan diawali perasaan hati-hati tokoh Aku ketika akan menjawab pertanyaan gadis yang duduk di sebelah kirinya, dikarenakan penampilan kedua gadis tersebut seperti tampilan mahasiswa pada umumnya, rasa hati-hati ini timbul karena tokoh Aku curiga akan pertanyaan-pertanyaan kedua gadis itu seolah memang tidak tahu atau hanya ingin mencobai tokoh Aku saja. Tikaian tersebut terus berlanjut hingga tokoh Aku terkejut karena mendengar teriakan kondektur bus yang menginformasikan bahwa bus sudah berada di daerah Kalipasir.
b. Rumitan
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju klimaks cerita disebut rumitan. Rumitan biasanya timbul setelah perselisihan dan adanya pertentangan diantara tokoh. Dalam rumitan juga sudah muncul permasalahan yang menimbulkan klimaks permasalahan namun gambaran nasib tokoh semakin jelas meskipun belum sepenuhnya terlukiskan (Sudjiman, 1992:30-32). Rumitan tersebut bisa dibuktikan pada kutipan (34), cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja di bawah ini.
(34) “Aku masuk ke Bank Empat Enam di Cut Mutia, Menteng untuk membayar uang kuliah (SPP) satu tahun. Karena masih banyak antrean, Aku duduk di kursi yang tersedia di situ. Meneruskan membaca majalah. Lalu menuju antrean. Di dekat loket aku hendak mempersiapkan uang yang akan kubayarkan. Yailah, saku celanaku bagian belakang bolong, tembus keluar. Setelah kuraba dan kuteliti ternyata bagian belakang celanaku robek
bekas disilet orang. Menganga. Tentu saja uang yang hendak kubayarkan amblas. Aku pikir-pikir, mengapa bisa terjadi begini? Di mana? Aku baru menyadari masalahnya”. (Prapta Diharja, 1980:127).
Rumitan yang muncul dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja ini diawali ketika tokoh Aku turun dari bus yang ia tumpangi di daerah Kalipasir untuk membayar uang SPP, kemudian tokoh Aku baru menyadari dirinya kecopetan ketika tokoh Aku akan mempersiapkan uang SPP di dekat loket, saat merogoh kocek celananya ternyata telah robek karena siletan. Kemudian tokoh Aku mulai berpikir dan mengingat-ingat di mana dan kapan kejadian yang menimpanya itu terjadi.
c. Klimaks
Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Di dalam cerita fiksi, rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang memadai tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman, 1992:35). Klimaks yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja ditemukan dalam kutipan (35), (36), (37) dan (38). Berikut paparan mengenai kutipan (35), (36), (37) dan (38) yang menunjukan klimaks.
(35) “Pelan-pelan aku keluar dari antrean, kembali ke tempat duduk.
Seolah tak terjadi apa-apa, agar orang tak memperhatikan aku dan mengerti masalahku. Aku berlagak meneruskan membaca.
Kuhempaskan Diri ke kursi sambil mendesah. Baru kusadari perbuatanku mengagetkan orang-orang di sekelilingku, setelah semua orang memandang ke arahku”. (Prapta Diharja, 1980:128).
(36) “Aku cepat-cepat keluar sambil tangan kanan menutup bagian belakang celana yang robek. Di luar aku sekali lagi merogoh saku yang kebobolan, seolah masih belum percaya benar apa yang telah terjadi. Seperti orang kebingungan jalanku tak menentu”. (Prapta Diharja, 1980:128).
(37) "Banteng! Banteng!"
“Tersentak aku menoleh teriakan kondektur bis yang sedang lewat di depanku. Aku berlari dan melompat ke dalam bis. Di dalam, kondektur memaki-maki aku karena tak membayar alias ne- beng”. (Prapta Diharja, 1980:128).
(38) "Dasar mahasiswa bokek!" semprot kondektur itu terhadapku.
Beberapa penumpang menoleh kepadaku. Beberapa tersenyum.
Aku diam menahan malu dan dongkol”. (Prapta Diharja, 1980:128).
Tahap klimaks terjadi ketika tokoh Aku keluar dari antrean dan kembali ke tempat duduk. Awalnya tergambar seolah tokoh Aku tidak mengalami apa-apa, sebelum akhirnya ia menghempaskan dirinya ke kuris sambil mendesah, desahan kekecewaan yang muncul karena kesal dan kecewa terhadap dirinya sendiri karena baru menyadari kejadian yang menimpanya. Dikarenakan suara hempasan tubuh tersebut terdengar saking kuatnya, hingga mengagetkan orang-orang yang berada di sekeliling tokoh Aku, setelah itu orang-orang mulai saling memandang ke arahnya, pandangan heran, kaget atau kesal bercampur jadi satu. Kemudian klimaks tersebut dilanjutkan ke adegan ketika tokoh Aku cepat-cepat keluar dari
Bank dengan keadaan tangan menutup bagian belakang celana yang robek, karena masih merasa tidak percaya terhadap kejadian yang menimpanya tokoh Aku sekali lagi merogoh dalam-dalam kocek celananya yang telah bolong itu, karena dibayangi perasaan yang campur aduk sehingga membuat jalan tokoh Aku jadi tak menentu. Klimaks tersebut terus berlanjut ke adegan, ketika tokoh Aku tersentak mendengar teriakan kondektur bus yang menuju daerah Banteng, Jakarta. Kemudian, tokoh Aku dengan nekad berlari dan melompat kedalam bus tersebut. Karena tindakannya itu, tokoh Aku mendapat makian dari kondektur.
3. Tahap akhir
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengidentifikasi tahap akhir dari cerita pendek berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Pada tahap akhir ini, peneliti akan memaparkan mengenai leraian, dan selesaian yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja. Paparan mengenai tahap akhir adalah sebagai berikut.
a. Leraian
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang menunjukan perkembangan peristiwa kearah selesaian (Sudjiman, 1992:35). Pada tahap ini sudah dapat terlihat adanya penyelesaian masalah menuju selesaian. Berikut kutipan (39) dan (40) yang menyatakan mengenai leraian yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja.
(39) "Kita harus maklum Bung. Mahasiswa rantauan, tanggal-tanggal begini ini kan tahu sendiri. Kiriman belum datang," seseorang mencoba membelaku”. (Prapta Diharja, 1980:128).
(40) “Lalu aku mencoba menerangkan permasalahanku dengan menunjukkan saku celanaku yang sobek bekas siletan”. (Prapta Diharja, 1980:128).
Tahap leraian dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” adalah ketika tokoh Aku dibela oleh salah seorang penumpang di dalam bus yang ia tumpangi menuju daerah Banteng, dan tahap leraian tersebut berlanjut ketika tokoh Aku berusaha untuk menerangkan kejadian yang telah menimpanya kepada para penumpang.
b. Selesaian
Selesaian adalah bagian akhir sebuah cerita. Selesaian boleh jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan. Boleh juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan. Boleh juga pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan yang penuh ketidakpastian, ataupun ketidakjelasan (Sudjiman, 1992:36). Selesaian yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja terdapat dalam kutipan (41). Berikut paparan kutipan (41) cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
(41) "Oo..., kena pajak," celetuk seseorang memaklumi.
"Ya, ya, ya. Pajak jalanan tanpa kompromi. Tanpa permisi.
Memang saya juga sering kena juga. Wah, payah. Kali ini kamu yang sedang beruntung, Dik." Kemudian dia merogoh kantong membayarkan kepada kondektur untuk aku”. (Prapta Diharja, 1980:128).
Selesaian yang terjadi dalam cerpen berjudul “Gadis Manis dalam
Selesaian yang terjadi dalam cerpen berjudul “Gadis Manis dalam