BAB V PENUTUP
5.2 Saran
Peneliti berharap, penelitian ini dapat membantu peneliti lain, khususnya utuk peneliti-peneliti yang akan menganalisis unsur intrinsik dalam cerita pendek dan implementasinya dalam rencana pembelajaran dalam program studi Bahasa Indonesia. Bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa-mahasiswa yang sedang menempuh studi di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan sebagai panduan menyusun tugas akhir skripsi dalam meneliti unsur intrinsik cerita pendek. Bagi peneliti lain, di luar program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia diharapkan dapat menggembangkan penelitian ini, dalam proses pengembangannya diharapkan menggunakan metode dan pendekatan lain agar lebih bervariasi dan semakin menambah khazanah atau kekayaan tentang analisis unsur intrinsik cerita pendek. Bagi guru pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan materi dalam pembelajaran analisis unsur intrinsik cerita pendek dan menjadi sumber rujukan dalam membuat dan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
137
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Apriliani, Wahyu. 2017. “Analisis Unsur Intrinsik Guru karya Putu Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester I”. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Diharja, Prapta. 2017. “Mozaik Pengalaman Hidup. Bagian Kedua:
Kumpulan Cerita Pendek”. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Djojosuroto, Kinayanti. 2006. Teks Sastra dan Pengajarannya.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka.
Fanani, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy. J. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Dharma.
Mulyasa, E. H. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta:
Bumi Angkasa.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Angkasa.
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Priyatni. 2010. Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultur. Bandung:
Angkasa
Rita, Theresia Listiana. (2004). “Unsur Intrinsik Cerpen “Tuhan, Pawang hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S Laksana dan Implementasinya Dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk Siswa Kelas XII Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP.
Universitas Sanata Dharma.
Santosa, Wijaya Heru. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Sayuti, Suminto A. 2002. Berkenalan Dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta:
Gama Media.
Semi, Atar. 1996. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Sudjiman, Panuti. 1998. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Rosda Karya.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
139
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran dalam penelitian ini terdiri dari teks cerita pendek berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, lampiran rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan biodata.
Gadis Manis dalam Bis
“Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya begi- ni: seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte Rawa-mangun. Waktu Belum begitu siang. Kira-kira jam sebelas. Belum masanya anak-anak sekolah siang berangkat. Wah, kalau saja wak- tunya bersamaan dengan keberangkatan mereka - sekitar jam dua belas hingga jam dua - pasti aku tak mendapatkan tempat duduk. Bisa-bisa hanya menggelantung di pintu”.
“Bis nomor 34 lewat. Tetapi aku tidak naik. Bis jurusan Tanah Abang ini banyak copetnya. Aku bertahan beberapa lama menunggu bis yang biasanya tidak terlalu penuh dan aman. Akhirnya bis yang kutunggu datang juga: nomor 35. Berhenti di depan halte. Aku naik dari depan. Masih terlihat beberapa tempat duduk belum terisi.
Sementara hendak menentukan tempat duduk, perhatianku terpancang kepada dua gadis yang seolah memperhatikan kedatanganku. Mereka tersenyum seperti hendak menegur. Aku agak canggung, merasa belum pernah mengenal mereka. Begitu aku berjalan mendekat, kedua gadis itu menggeser duduknya masing-masing ke pinggir, membiarkan bagian tengah kosong. "Wah, sialan. Artinya, untung sekali," kata hatiku”.
“Aku bisa duduk di antara mereka. Kesempatan bagus tak kubiarkan lewat. Aku minta permisi menempati bagian yang kosong di antara mereka. Mereka menyilahkan dengan senyum. Aneh ....”
“Alangkah nikmatnya duduk berhimpitan dengan gadis-gadis ayu.
Terasa sentuhan-sentuhan lembut”.
"Pulang kuliah Mas?" tanya gadis di sebelah kananku”.
"Hebat betul cewek-cewek ini," batinku tambah heran, "bia- sanya cewek manis selalu jual mahal. Tetapi yang ini tidak. Malah negur cowok duluan. Apakah tidak takut digigit?" tanyaku lagi dalam hati. Aku menoleh dan mengiyakan. Kami berpandangan.
“Kuliah di jurusan apa Mas?" tanya gadis yang lain.
Aku menoleh dan menjawab, "Emm ..., Antrop." Manis juga dia.
"Antrop? Apa itu?" tanyanya lagi.
"Antropologi"
"... Antropologi? Bagian apa itu?"
“Entah memang tidak mengerti benar, ataukah pura-pura tidak tahu? sulit untuk menebak. Soalnya penampilan mereka tampaknya juga dari kalangan mahasiswa. Masak mereka tidak tahu? Ataukah hanya mau sekedar bergurau? Maka, aku mesti hati-hati menjawabn- ya, agar tidak terjebak oleh pancingan mereka.
"Itu lho, jurusan yang mempelajari tentang Pithecanthropus dan Homo Sapiens itu."
"Wah, wah tambah nggak mudeng aku."
“Setelah yakin benar bahwa mereka belum paham, maka aku berani masuk untuk menerangkan”.
"Pithecanthropus itu artinya manusia purba yang masih dekat dengan saudara kita di Bonbin itu."
"Oo ... Ya, ya. Aku pernah dengar waktu di SMA dulu. Ingat aku.
Bahwa manusia, kita-kita ini, masih saudara dekat dengan itu lho, yang Sering nyolong kacang itu." Mereka saling melirik dan tertawa.
"Jadi Antropologi itu yang mempelajari manusia-manusia purba, ya?"
"Tidak hanya itu. Antropologi meneliti perkembangan manusia dari dulu hingga kini. Khususnya mempelajari perkembangan bu- dayanya".
"Oo ...,"serentak mereka memakluminya.
"Pulang kuliah juga?" ganti aku bertanya.
"Ah, enggak," jawab mereka malu-malu, "kita bukan orang sekolah Kok," sambungnya.
“Tetapi ditilik dari cara bicaranya, cara berpakaian, dan cara membawakan diri, tampak mereka terpelajar”.
"Atau pulang dari kantor?" tanyaku belum puas.
"Enggak juga. Pokoknya kami pengangguran, deh," sambung yang sebelah kiri.
"Ah, masak," sanggahku tak percaya. Gadis-gadis semacam itu pantasnya kuliah. Atau kalau kerja, tentu di bagian yang empuk-empuk.
“Selanjutnya, kami bicara ke sana-ke mari, sebagai perintang waktu. Hanya saja kuperhatikan kedua gadis itu sering kali saling berpandangan mata dan melempar senyum. "Mungkinkah karena aku, atau ada sebab lain?" hatiku bertanya-tanya, campur harap-harap senang, dan bangga. Tetapi aku pura-pura menampakkan sikap agak acuh. Gengsi dong!”.
“Dua, tiga..., delapan orang naik. Sedikit demi sedikit penumpang bertambah terus. Beberapa orang mulai berdiri. Semakin berjejal.
Penuh sesak.
"Hati-hatilah nanti kalau turun" lagakku memperingatkan.
"Kenapa?"
"Copet".
"Oya?" mereka sedikit kaget, tetapi entah apa sebabnya lalu tersenyum”.
"Biasanya kalau penuh begini, ada copet. Mereka bergerombol.
Bertiga, berempat atau lebih. Di antara mereka membawa map atau buku seperti anak sekolah atau mahasiswa. Yang menjadi sasaran biasanya orang yang berdiri atau mau turun. Pencopet itu selalu ambil tempat di dekat pintu keluar."
“Aku terus menggurui mereka. Sok tahu. Menceritakan bagaimana pencopet-pencopet itu beraksi. Maklum, aku pengalaman.
Pengalaman dicopet maupun menyaksikan sendiri mereka melakukan kegiatannya. Kedua cewek di kiri-kananku mendengarkan dengan perhatian”.
“Kemudian yang sebelah kanan mengeluarkan majalah dari tasnya dan membuka-buka mencari sebuah artikel dan menunjukkannya kepadaku. majalah kuterima dan kubaca artikel yang ditunjuk. Tentang pencopet wanita. Di Bandung. Konon di kota Kembang itu sudah mulai beraksi pencopet-pencopet wanita”.
"Jakarta ketinggalan dong dalam hal ini," komentarku disam-but dengan derai tawa mereka.
"Ah, ada-ada saja di zaman sekarang orang menjalani hidupnya,"
Lanjutku.
"Itulah budaya manusia kota di abad modern ini. Hal ini pasti tak terlepas dari pengamatan Antropolog kita. Ya kan?" tanyanya sambil tersenyum.
"Ngledek nih ye," tanyaku.
"Tidak ngledek, cuma...."
"Nyindir," lanjut cewek satunya.
"Maklum, terpepet, orang bisa melakukan apa saja. Mudah-mudahan mode yang satu ini tidak menjalar di Jakarta."
"Mudah-mudahan," yang sebelah kiri menimpalinya sambil tersenyum, Lagi-lagi matanya yang genit melirik kepada temannya.
Aku sok acuh, meruskan menekuni majalah.
"Kalipasir! Kalipasir! Menteng," teriak kondektur bis mengagetkan aku. Sialan, sudah sampai kantor pos Cikini, gumamku dalam hati. Aku harus cepat-cepat turun. Aku minta permisi dan beranjak meninggalkan mereka”.
"Boleh dibawa majalahnya, untuk kenang-kenangan Mas," kata Elis, Yang sebelah kanan.
"O, terima kasih," jawabku sambil buru-buru keluar.
"Hati-hati!" tambahku. Setelah turun kulihat kedua gadis di bis masih memperhatikanku. Saling berbisik, tersenyum ... dan aku lambaikan tangan kepada mereka. Mereka membalas. Bis melaju lagi.
Aku menyesal tidak menanyakan alamat mereka.
“Aku masuk ke Bank Empat Enam di Cut Mutia, Menteng untuk membayar uang kuliah (SPP) satu tahun. Karena masih banyak an- trean, Aku duduk di kursi yang tersedia di situ. Meneruskan membaca majalah. Lalu menuju antrean. Di dekat loket aku hendak mempersiapkan uang yang akan kubayarkan. Yailah, saku celanaku bagian belakang bolong, tembus keluar. Setelah kuraba dan kuteli- ti ternyata bagian belakang celanaku robek bekas disilet orang.
Menganga. Tentu saja uang yang hendak kubayarkan amblas. Aku pikir-pikir, mengapa bisa terjadi begini? Di mana? Aku baru menyadari masalahnya”.
“Pelan-pelan aku keluar dari antrean, kembali ke tempat duduk.
Seolah tak terjadi apa-apa, agar orang tak memperhatikan aku dan mengerti masalahku. Aku berlagak meneruskan membaca.
Kuhempaskan Diri ke kursi sambil mendesah. Baru kusadari perbua- tanku mengagetkan orang-orang di sekelilingku, setelah semua orang memandang ke arahku”.
“Aku cepat-cepat keluar sambil tangan kanan menutup bagian belakang celana yang robek. Di luar aku sekali lagi merogoh saku yang kebobolan, seolah masih belum percaya benar apa yang telah terjadi.
Seperti orang kebingungan jalanku tak menentu”.
"Banteng! Banteng!"
“Tersentak aku menoleh teriakan kondektur bis yang sedang lewat di depanku. Aku berlari dan melompat ke dalam bis. Di dalam, kondektur memaki-maki aku karena tak membayar alias ne- beng”.
"Dasar mahasiswa bokek!" semprot kondektur itu terhadapku.
Beberapa penumpang menoleh kepadaku. Beberapa tersenyum. Aku diam menahan malu dan dongkol”.
"Kita harus maklum Bung. Mahasiswa rantauan, tanggal-tanggal begini ini kan tahu sendiri. Kiriman belum datang," seseorang mencoba membelaku”.
“Lalu aku mencoba menerangkan permasalahanku dengan menunjukkan saku celanaku yang sobek bekas siletan”.
"Oo..., kena pajak," celetuk seseorang memaklumi.
"Ya, ya, ya. Pajak jalanan tanpa kompromi. Tanpa permisi.
Memang saya juga sering kena juga. Wah, payah. Kali ini kamu yang
sedang beruntung, Dik." Kemudian dia merogoh kantong membayarkan kepada kondektur untuk aku. Aku ceritakan semuanya itu kepada penumpang lain, kecuali satu: bahwa pencopet-pencopet itu adalah cewek manis. Malu, dong. Masak cowok dikerjain oleh cewek-cewek. Teringat senyum dan tawa mereka. Kini aku tahu kenapa mereka itu mendesak-desak menghimpitku. Oh, himpitan beracun!
Hanya karena aku ge-er saja, aku lengah. Geli dan dongkol rasanya.
Inikah arti emansipasi? Aku tersenyum kecut.
Prapta Diharja, Jakarta, 1980
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Cerita pendek
Alokasi Waktu : 2 x 45 (1X pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsive, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, cerita pendek dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan cerita pendek pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode susuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Komptensi Dasar
Pengetahuan
Kompetensi Dasar Keterampilan 3.9 Menganalisis
unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek.
4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.
Indikator Pencapaian
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri, siswa dituntut untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan. Dalam model Inkuiri siswa lebih banyak belajar sendiri dengan meneliti dan menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Dalam pelaksanaannya, siswa bisa menganalisis hasil temuannya secara individu atau dalam kelompok. Artinya, setelah guru memberikan sedikit informasi tentang pengertian unsur pembangun cerpen, maka setelah itu siswa diminta untuk berperan aktif dalam mengembangkan informasi yang telah disampaikan oleh guru. Adapun tujuan pembelajaran dari analisis unsur-unsur pembangun cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, adalah sebagai berikut.
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menemukan unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
2. Peserta didik mampu menganalisis hasil temuan unsur-unsur pembangun cerita pendek berupa tema, latar, alur, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat dalam “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
3. Peserta didik mampu mempresentasikan dan memberi tanggapan hasil analisis unsur pembangaun cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
D. Materi Pembelajaran 1. Materi Regular a. Pengetahuan
Faktual : Cerita pendek
Konseptual : Unsur intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja berupa tema, latar, alur, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat
Prosedural : Tahapan menganalisis unsur intrinsik cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja b. Keterampilan
Berbicara : Mempresentasikan dan memberi tanggapan hasil dari analisis unsur pembangaun cerpen
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
2. Materi Remidial
a. Menganalisis kembali unsur pembangun dalam cerpen
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
b. Langkah-langkah dalam menganalisis unsur pembangun cerita pendek.
3. Materi Pengayaan -
E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Inkuiri
3. Metode : Diskusi, penugasan, tanya jawab, analisis
F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media : Proyektor, whiteboard, laptop.
2. Bahan : Unsur pembangun cerita pendek
3. Sumber Belajar : Diharja, Prapta. 2017. Mozaik Pengalaman Hidup. Bagian Kedua: Cerita Pendek.
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Kosasih, E. 2014. Jenis-jenis Tek dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
3. Guru memeriksa kehadiran siswa.
Apersepsi mengenai unsur intrinsik cerita pendek dengan menyebutkan salah satu unsur pembangun cerita pendek.
15
Motivasi
Guru memberikan informasi mengenai fungsi pembelajaran unsur cerita pendek dan kaitannya dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Pemberian acuan
Guru menyampaikan hal yang akan dipelajari dalam pembelajaran.
Kegiatan Inti Mengamati
1. Siswa diminta untuk mengamati powerpoint atau video interaktif tentang struktur dan unsur-unsur cerpen (materi hanya berupa ulasan).
Menanya
1. Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dibahas.
60
Mengumpulkan Data/Informasi 1. Siswa diminta untuk membentuk
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang.
2. Dalam kelompok masing-masing siswa diminta untuk membaca dan mengamati cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapata Diharja.
Mengolah Informasi
1. Para siswa berdinamika dalam kelompok masing-masing dengan menganalisis unsur intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
2. Para siswa menulis cerpen dalam kelompok masing-masing.
Mengkomunikasikan
1. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil temuan unsur pembangun cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” dalam diskusi mereka di depan kelas.
2. Kelompok lain menanggapi dengan memberikan pertanyaan dan saran kepada kelompok yang telah mempresentasikan.
3. Peserta didik mampu memperbaiki penggunaan bahasa kelompok lain dan menceritakan kembali cerpen cerpen tersebut.
Kegiatan Penutup
Menyimpulkan
Dalam membuat kesimpulan mengenai unsur intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”, peserta didik dibimbing oleh guru.
1. Guru mengajak siswa untuk membuat refleksi terkait dengan kegiatan pembelajaran.
2. Guru memberikan salam dan menutup kegiatan pembelajaran.
15
H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar 1. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
Mencari unsur pembangun cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
No. Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
1 Mampu menemukan
2. Instrumen Penilaian Aspek Sikap : Observasi/Pengamatan
No Nama Aspek perilaku yang dinilai Keterangan Indikator
I II III IV
1 SB
2 B
3 C
4 K
Keterangan
Indikator I : Menggunakan bahasa Indonesia yang baik selama proses pembelajaran, baik lisan maupun tulisan.
Indikator II : Berani dalam mengemukakan pendapat Indikator III : Disiplin dalam proses pembelajaran, mengerjakan tugas dan mengikuti langkah-langkah yang diberikan guru.
Indikator IV : Mampu bekerja sama dalam kelompok dengan baik
SB : Sangat baik B : Baik C : Cukup K : Kurang
3. Instrumen Keterampilan : Unjuk kerja/Praktik
No Aspek yang dinilai Skor
1 Memparkan dan menjelaskan hasil analisis unsur intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja di depan kelas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang jelas dan tepat.
10
Nilai Akhir = = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘
3 𝑥 100
Lampiran Materi Pembelajaran Unsur Pembangun Cerita Pendek
1. Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek adalah cerita yang diciptakan oleh seorang pengarang yang ditulis secara singkat dan padat yang biasanya terdiri dari beberapa halaman saja dan langsung menyasar pada tujuan jalan cerita cerpen itu sendiri, artinya dinamika yang terdapat dalam sebuah cerpen lebih singkat dan tidak sebanyak yang terdapat dalam novel yang biasanya lebih panjang.
2. Tema
Tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar sebuah cerita. Sebagai sebuah gagasan sentral, tema merupakan sesuatu yang hendak diperjuangkan oleh pengarang sebagai pondasi atau dasar jalan cerita sebuah karya sastra yang ingin disuguhkan kepada para penikmat atau pembaca agar makna cerita yang terdapat dalam karya itu tidak melenceng dari gagasan utama pikiran si pengarang.
3. Alur
Alur adalah susunan atau rangkaian peristiwa yang terdapat dalam sebuah karya fiktif. Alur berperan sebagai jalan bagi para pembaca untuk menelusiri jalan cerita yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri, sehingga membawa para pembaca mampu menemukan ide atau imaji pengarang.
Selain itu para pembaca dibawa untuk turut mengalami apa yang dirasakan oleh para tokoh dalam karya fiksi tersebut.
4. Latar
Latar merupakan penggambaran sebuah karya sastra oleh pengarang lewat imaji pembaca mengenai segala keadaan yang menjadi latar dalam sebuah karya sastra, misalnya latar tempat, latar waktu, latar suasana, latar sosial. Dengan bisa menemukan penggambaran latar, maka para pembaca mampu melihat dengan jelas imaji yang di gambarkan pengarang yang terdapat dalam karya sastranya. Dengan begitu, maka pesan yang ingin di sampaikan oleh pengarang lewat karyanya akan semakin jelas.
5. Tokoh
Tokoh, adalah setiap individu atau pelaku cerita yang diciptakan pengarang dalam karya sastranya yang memiliki sikap dan sifat.
6. Penokohan
Penokohan adalah penggambaran karakter setiap tokoh oleh pengarang dalam karya sastra ciptaannya yang mewakili sikap, sifat, watak, tingkah laku dan fisik para tokoh. Metode yang digunakan untuk menetukan karakter suatu tokoh ada 2 (dua) macam yaitu sebagai berikut.
(1) Metode analitik
Metode analitik adalah metode yang digunakan untuk menetukan karakter tokoh dengan cara memaparkan ataupun menyebutkan sifat tokoh secara langsung.
(2) Metode dramatik
Metode dramatik adalah suatu metode yang digunakan untuk menetukan karakter tokoh yang secara tidak langsung menggambarkan sifat tokoh. Penggambaran tokoh dilakukan melalui percakapan yang dilakukan oleh tokoh lain.
7. Sudut Pandang
Sudut pandan, adalah cara pengarang menempatkan dirinya dan tokoh-tokoh lain dalam sebuah cerita yang ia ciptakan. Dengan kemampuan pengarang dalam menampatkan dirinya diantara tokoh utama dan tokoh lain lewat sudut padang maka akan mempermudah pembaca untuk membedakan antara kehadiran pengarang diantara tokoh utama dengan tokoh lain dalam karya tersebut. Dengan begitu, akan semakin mudah bagi para pembaca untuk mengikuti setiap jalan cerita yang tersaji dalam karya sastra tersebut.
8. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan cara pengarang dalam menyampaikan ide dan gagasannya melalui bahasa sebagai media penyampainya dengan tujuan untuk mendapatkan efek keindahan, efek keindahan tersebut bertujuan tujuan untuk mempengaruhi perasaan pembaca, yang diharapkan bisa menimbulkan berbagai emosi dalam diri para pembaca ketika
Gaya bahasa merupakan cara pengarang dalam menyampaikan ide dan gagasannya melalui bahasa sebagai media penyampainya dengan tujuan untuk mendapatkan efek keindahan, efek keindahan tersebut bertujuan tujuan untuk mempengaruhi perasaan pembaca, yang diharapkan bisa menimbulkan berbagai emosi dalam diri para pembaca ketika