• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amal Sholeh

Dalam dokumen 17 Kelompok Ayat KHA. Dahlan (Halaman 42-48)

Sebelum kami menerangkan bagaimana KHA. Dahlan dalam mengartikan amal sholeh, perlu saya terangkan bahwa manusia niscaya dalam keadaan rugi, kecuali orang yang percaya dan menjalankan amal sholeh yang telah diterangkan/dijelaskan satu persatu dalam AL Qur’an.

Isi Al Qur’an yang pokok telah diterangkan/dijelaskan satu persatunya dalam Al Qur’an. Isi Al Qur’an yang pokok telah diterangkan oleh nabi Muhammad saw dengan singkat ada tiga:

1. Al Iman (percaya kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir dan Qodar).

2. AL Islam (Syahadat, Sholat, Zakat, Shaum dan Haji)

3. Al Ihsan (Menjalankan ibadah kepada Allah seakan – akan melihat kepada Allah atau merasa dilihat oleh Allah)

Keterangan ini seperti yang tersebut dalam kitab Hadits Bukhari dan Muslim riwayat Umar bin Khottob, disini para Ulama menbagi pengetahuan agama menjadi tiga:

1. Ilmu Tauhid (Ilmu Kalam, Aqidatul Iman)

2. Ilmu Fiqh (Yang membahas Sholat, Zakat, Shaum, Haji, mu’amalat/Pergaulan, jual beli, perkawinan, warosat/harta pusaka dan urusan – urusan perang serta pengadilan hukuman dan lain-lain)

3. Ilmu tasawuf (membersihkan hati dan roh menuju kepada Allah ) Ada lagi yang membagi hanya menjadi dua:

1. Akhlaq 2. Adab

Amal lahir ialah kewajiban – kewajiban antara Allah, diri sendiri atau kepada orang tua ahli keluarga dan kewajiabn – kewajiban kepada tetangga, masyarakat dan negara.

Menurut Islam ada beberapa hukum: 1. Wajib ‘Ain (kewajiban perorangan)

2. Wajib Kifayah (Kewajiban bersama untuk mencukupkan kebutuhan kita bersama)

3. Sunnah ‘Ain 4. Sunnah Kifayah

Disini KHA. Dahlan pernah memberikan pelajaran beberapa contoh fardhu ‘ain, fardu kifayah dan contoh – contoh haram, macam – macam maksiat.

Bagaimana menngartikan wa’amilussholihât menurut KHA. Dahlan??

Berkata KHA. Dahlan : “Sangat banyak orang yang meninggalkan amal sholeh seperti yang tersebut dalam Al Qur’an karena mereka mementingkan beberapa kesenangan dan banyak juga umat Islam yang menjalankan amal sholeh tetapi mereka mementingkan amal yang sunnah, tidak memperhatikan amal yang wajib seperti berjihad mengorbankan harta benda dan jiwa dalam fisabilillah, mestinya wajib didahulukan yang wajib daripada yang sunah. Juga orang beramal jihad tidak karena Allah. amal sholeh yang pokok timbul dari Iman yang haqiqi (mailun ruhaniyunillah) dan rasa beribadat kepada Allah, maka disini masih banyak diantara kita yang belum bangun jiwanya untuk ibadah yang ikhlas kepada Allah (masih seperti orang yang tidur).

KHA. Dahlan kerap kali berkata :

ﻌﻟﺍﻭُﺀﺎﻤﹶﻠﻌﻟﺍﱠﻻﺇﻰﺗﻮﻣﱞﻞﹸﻛﺱﺎﻨﻟﺍ

ﻥﻮﺼﻠﺨﹸﳌﺍﱠﻻﺇﹴﻞﺟﺭﻰﹶﻠﻋﹶﻥﻮﹸﻠﻣﺎﻌﻟﺍﻭﹶﻥﻮﹸﻠﻣﺎﻌﻟﺍﱠﻻﺇﹶﻥﻭﺮﻴﺤﺘﻣُﺀﺎﻤﹶﻠ

Artinya : Manusia semua mati (seperti orang tidur) kecuali para ulama (yang selalu ingat bahaya siksa akhirat) dan ulama – ulama itu sama bingung (takut mengkhawatirkan dirinya sendiri kalau nanti akan disiksa masuk neraka), kecuali orang yang telah beramal (Orang yang beramal pun masih takut) kecuali orang yang beramal niat ikhlas karena Allah.

Apakah perlunya hidup? perlunya untuk beribadah kepada Allah. Apakah yang perlu kita perhatikan ??

PERTAMA : Meninggalkan maksiat (larangan Allah) lalu bertobat kepada Allah.

KEDUA : Menjalankan kewajiban – kewajiban fardhu ‘ain dan fardhu kifayah, kemudian sunnah – sunnah.

Tersebut dalam Bukhori dan Muslim dari sahabat Abi Hurairah berkata: aku mendengar Rasulullah bersabda: “Apa yang telah aku larang hendaklah kamu

tinggalkan dan apa yang aku perintahkan hendaklah dikerjakan sekuat – kuatmu. Maka sesungguhnya orang – orang dahulu (mereka) sama rusak karena banyak pertanyaan dan menyalahi para nabi – nabi (jangan banyak soal banyak bicara yang akhirnya tidak suka beramal)”

Beramal memerlukan syarat – syarat :

1. Ada niat menjalankan ibadah dengan ikhlas karena Allah hal ini sungguh sesuai dengan sunnah Rasul seperti yang telah dirumuskan oleh sahabat; artinya : yang telah diterima Allah ialah amal yang ikhlas karena Allah dan sesuai dengan sunnah Rasul. Dalil perumusan ini diambil dalam surat Al Kahfi ayat 110 :

...

ﻞﻤﻌﻴﻠﹶﻓﻪﺑﺭَﺀﺎﹶﻘﻟﺍﻮﺟﺮﻳﹶﻥﺎﹶﻛﻦﻤﹶﻓ

ﺻﹰﻼﻤ

ﺍﺪﺣﺃﻪﺑﺭﺓﺩﺎﺒﻌﹺﺑﻙﹺﺮﺸﻳﹶﻻﻭﺎﺤﻟﺎ

Artinya : “Barang siapa mengharapkan untuk menjumpai Allah maka

hendaklah beramal yang sholeh dan jangan menyekutukan Tuhan dalam beribadah”.

Dalam surat Az Zumar ayat 2 disebutkan :

...

ﺒﻋﺎـﹶﻓ

ﻦﻳﺪﻟﺍﻪﱠﻟﺎﺼﻠﺨﻣَﷲﺍﺪ

Artinya : “Hendaklah kamu beribadah kepada Allah dengan ikhlas

menjalankan agama karena Allah”.

Tersebut dalam hadits Bukhari Muslim dari sahabat Umar r.a berkata :

ٍ

ﺀﹺﺮﻣﺍﱢﻞﹸﻜﻟﺎﻤﻧﺇﻭﺕﺎﻴﻨﻟﺎﹺﺑﹸﻝﺎﻤﻋﻷﺍﺎﻤﻧﺇ

ﻪﻟﻮﺳﺭﻭِﷲﺍﻰﹶﻟﺇﻪـﺗُﺮﺠﺣﹶﻥﺎﹶﻛﻦﻤﹶﻓﺍﻮﻧﺎ

ﺎﻬﺒﻴﺼﻳﺎﻴﻧﺪﻟﺍﻭﺃﺎﻬﺤﻜﻨﻳﺔﹶﺋﺮﻣﺍﻰﹶﻟﺇﻪﺗﺮﺠﺣﹶﻥﺎﹶﻛﻦﻣﻭﻪﻟﻮﺳﺭﻭِﷲﺍﻰﹶﻟﺇﻪُـﺗﺮﺠﺤﹶﻓ

ﺮﺠﺣﺎﻣﻰﹶﻟﺇﻪُـﺗﺮﺠﺤﹶﻓ

Artinya : “Bahwasannya segala amal itu dengan niat dan bahwasannya

tiap – tiap orang itu apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang niatnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka niatnya kepada Allah dan Rasul-Nya dan barang siapa yang niatnya karena keduniaan atau karena perempuan yang akan dinikahinya maka niatnya ialah kepada yang ditujunya (tidak mendapat pahala akhirat)".

Jadi kalau kita menjalankan beberapa amal sholeh akan tetapi niat kita tidak karena Allah maka amal yang kita tidak diterima oleh Allah walaupun sudah sesuai dengan sunnah nabi, bahkan jika sengaja mencari

sesuatu maka hal itu termasuk juga syirik, yang akhirnya dimasukan ke neraka (lihat buku Al Ikhlas, tasawuf baru karangan KRH Hadjid).

2. Amal yang dapat diterima oleh Allah ialah amal yang sesuai dengan sunnah Rasul berdasarkan dalil Qs. Al Ahzab 21 :

ﺍﲑﺜﹶﻛَﷲﺍﺮﹶﻛﹶﺫﻭﺮﺧﻷﺍﻡﻮﻴﻟﺍﻭَﷲﺍﺍﻮﺟﺮﻳﹶﻥﺎﹶﻛﻦﻤﻟﹲﺔﻨﺴﺣﹲﺓﻮﺳﺃِﷲﺍﹺﻝﻮﺳﺭﻰﻓﻢﹸﻜﹶﻟﹶﻥﺎﹶﻛﺪﹶﻘﹶﻟ

Artinya : “Niscaya sungguh keadaan Rasul itu menjadi contoh yang baik

bagi orang yang mengharapkan kepada Allah dan hari akhir dan banyak ingat kepada Allah”

Amal yang tidak sesuai dengan sunnah Rasul walaupun ada niat ikhlas karena Allah, maka amal itu tidak akan diterima. Bersabda Rasul :

Artinya : “Hendaklah kamu meninggalkan beberapa perkara yang baru,

maka sesungguhnya semua bid’ah itu sesat (Hadits riwayat abu Daud dan Tirmidzi).

KHA. Dahlan bermuhasabah melihat kaum muslimin dikampung Kauman dan sekitarnyta (Yogyakarta) serta tanah air Indonesia terdapat beberapa Bid’ah, maka KHA. Dahlan berjuang mengajak kembali kepada ajaran Al Qur’an dan As Sunnah dan meninggalkan bid’ah – bid’ah.

Dalam berjihad ini beliau menjumpai rintangan – rintangan dari kawan ulama, sanak famili sendiri yang sangat berat. Sehingga kami masih ingat ditembok rumah KHA. Dahlan ada tulisan niscaya orang yang telah berpegang kepada sunnahku (Sunnah Nabi) ketika telah rusak umatku itu seperti orang yang memegang bara.

Dibawah ada tulisan : “Karena tidak ada orang yang mendukung untuk menyetujuinya” (kedua tulisan itu bertuliskan bahasa arab)

Dengan kerja berat dan sabar telah berhasil memberantas beberapa bid’ah seperti :

1. Selamatan waktu ibu mengandung 7 bulanan

2. Bacaan maulud dengan memukul terbang (Kendang) ketika membaca

Asyrokol Badru (sama berdiri) dan bayi yang berumur 7 hari dibawa kemuka oleh orang yang membaca barzanji.

3. Shodaqoh yang bernama surtanah ketika ada orang yang meninggal selamatan tiga hari, baca tahlil tiap – tiap malam ketika ada orang meninggal sampai 7 hari, selamatan 40 hari, seratus hari, satu bulan, seribu hari dan bacaan tahlil 70 ribu untuk menebus dosa dan haul (tiap – tiap tahun) baca tahlil dan shodaqoh, baca Lâ Ilâha Illa allâh dimuka jenazah dengan lagu suara yang keras.

4. Perayaan 10 Asyura’ dan mengadakan mandi (padusan Jawa) dan pergi mengirim kekuburan. Dan tiap nifsu Sya’ban mengadakan bacaan – bacaan yang tidak ada dalilnya dari sunnah.

5. Sholat Qobliyah 2 Rakaat sebelum jum’ah. 6. Adzan dua kali pada hari Jum’at

7. Memberantas minta selamat dan bahagia kepada kuburan – kuburan para wali dan tawasul kepada nabi

8. Memberantas macam – macam jimat yang banyak di pakai anak – anak

9. Memberantas salawatan (membaca selawat dengan memakai terbang tiap malam Jum’ah)

10. Mengadakan ziarah kekuburan pada bulan Sya’ban (Nyadran Jawa) 11. Bacaan – bacaan tahlil Qur’an untuk dikirim ke pada ahli qubur. 12. Dan lain-lain seperti memberantas taqlid kepada ulama’ yang tidak

tahu dalil – dalilnya.

PENGHARAPANKU

Hendaklah kita meneruskan memberantas bid’ah yang ada dikalangan umat Islam dengan berpedoman kitab – kitab Attausiluwal washilah karangan Ibnul Qoyyim,

Al Itghom karangan Imam Syatibi, Tariqotul Muhammadiyah lil barkawi, As sunnah

wal mubtadi’ah, al ibdâu fi mudhâril ibtida’i ummul quro ll ‘abdurrahman al kawakibi. Dan lain-lain.

Cukuplah kiranya sampai disini KHA. Dahlan mengajak meninggalkan bid’ah dan kembali kepada al Qur’an dan As Sunnah.

Peringatan: menjadi kewajiban para ulama’ memberantas bid’ah – bid’ah dan wajib memberi tuntunan – tuntunan Aqidah, Ibadah, akhlaq adab menurut Al Qur’an

dan As Sunnah. Juga umat Islam wajib menjaga dari pengaruh – pengaruh jahiliyah dan pengaruh – pengaruh barat (falsafah – falsafah yang tidak percaya kepada tuhan) dan dari semua tingkah laku yang menyalahi/bertentangan dengan Qur’an dan As Sunnah.

Marilah dengan sungguh – sungguh berjihad untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah.

Pasal IX

Dalam dokumen 17 Kelompok Ayat KHA. Dahlan (Halaman 42-48)

Dokumen terkait