Surat Al ‘Ashri ini penting “cuma” tiga ayat, tetapi isinya sangat penting. KHA Dahlan merenungkan dan mengulangi – mengulangi Surat Al Ashri ini lebih dari 7 bulan. Di dalam tafsir juz ‘Amma karangan Syekh Muhammad Abduh ada 37 surat, akan tetapi yang dipilih oleh KHA Dahlan hanya satu surat ini.
Selain dibacakan kepada orang-orang tua kaum laki-laki pada tiap jam 07.00 pagi, juga kepada Kaum ‘Aisyiyah pada jam 08.00 pagi. Demikian juga kepada pemudi- pemudi diwaktu ba’da Dzuhur, mereka disuruh menulis dan menghafalkannya.
Didalam kitab Risalatut Tauhid (Karangan Muh. Abduh dan Syekh Muhammad Abdul Wahab) berkatalah Imam Syafi’i:
ﻴﻔﺧﻰﹶﻠﻋُﷲﺍﹶﻝﺰَـﻧﻢﹶﻟﻮﹶﻟ
ﹶ
ﺓﺭﻮﺴﻟﺍﻩﺬﻫﱠﻻﺇﹰﺔﺠﺣﻒ
ﻢﹺﻬﺘﱠـﻓﺎﹶﻜﹶﻟ
Artinya : “Seumpama Allah tidak menurunkan kepada makhluk-Nya suatu
hujjah, kecuali surat ini niscaya surat Al Ashr ini telah mencukupi untuk memberi petunjuk".
ﹺﺮﺼﻌﻟﺍﻭ
)
١
(
ﺇ
ﹴ
ﺮﺴﺧﻰﻔﹶﻟﹶﻥﺎﺴﻧﻻﺍﱠﻥ
)
٢
(
ﹺﱪﺼﻟﺎﹺﺑﻮﺻﺍﻮﺗﻭﻖﹶﳊﺎﹺﺑﻮﺻﺍﻮﺗﻭﺕﺎﺤﻟﺎﺼﻟﺍﹸﻞﻤﻋﻭﺍﻮﻨﻣﹶﺍﻦﻳﺬﱠﻟﺍﱠﻻﺇ
Artinya : “Demi waktu, sungguh manusia itu rugi, kecuali orang – orang yang beriman dan beramal sholeh dan yang telah saling berpesan kebenaran dan saling berpesan kesabaran (kuat hatinya memegang yang benar walaupun sangat berat).
Sebelum saya menerangkan bagaimana cara KHA. Dahlan menjalankan / melaksanakan surat Al Ashr ini saya akan menerangkan arti Al Ashr.
Arti Al Ashr ialah waktu sore segala waktu. Ada yang menerangkan demikian; waktu Ashr itu ialah waktu orang bermain – main dan waktunya orang menjalankan amal yang busuk, karena itu banyaklah yang merendahkan waktu Ashr, sehingga setiap waktu sore/Ashr mereka tidak mau menjalankan barang yang baik.
Karena itu Allah bersumpah :
“Wal Ashr” demi waktu Ashr, artinya bahwa waktu Ashr itu bukanlah waktu yang rendah dan buruk. Waktu Ashr dan waktu – waktu yang lain itu semuanya tergantung kepada kita. Apabila kita suka menjalankan amal yang baik pada waktu Ashr juga bisa mendapatkan kebaikan, karena manusia tidak dikuasai oleh waktu.
Hendaklah kita ingat dan mengerti, bahwa waktu itu ada dua bagian : 1. Waktu permulaan
2. Waktu akhir
Dan juga semua keadaan itu ada permulaan dan akhirnya.
Semua keadaaan yang kita lihat dan apa yang kita terima, itu semua adalah buah amalan/perbuatan kita pada waktu yang telah lampau. Misalnya kita sekarang menjadi orang pandai itu adalah buah pekerjaan kita pada waktu dahulu kita menjalani belajar dan kita sekarang menjadi bangsa yang merdeka itu juga buah pekerjaan kita dahulu, kita suka dan berani melawan Belanda demikian seterusnya.
Semua apa yang kita kerjakan pada masa sekarang ini, pasti kita akan memetik buahnya pada masa yang akan datang.
Kita sekarang diberi waktu oleh Tuhan (waktu yang sangat banyak dan mahal harganya). Kita sekarang masih hidup, hendaklah dapat mempergunakan waktu dalam hidup ini untuk mencari kenikmatan yang sebesar-besarnya yang melebihi dari kenikmatan yang ada pada binatang, sebab kita manusia mempunyai akal, demikian juga hendaklah kita mencari kenikmatan yang tidak terbatas yang kekal selama-lamanya yang tidak seperti kenikmatan yang ada pada binatang yang hanya sementara waktu sangat terbatas, sebab kita manusia mempunyai ruh yang sangat mulia lagi luhur, tidak seperti binatang.
Menurut petunjuk ajaran dari para Rasul, bahwa hidup didunia sekarang ini ialah masa kita beramal, menjalankan kewajiban – kewajiban yang suci dari Allah.
Adapun hari akhir yang akan datang sesudah kita mati, itulah waktunya kita menerima pembalasan. Apabila sekali ini (di dunia) melakukan kesalahan (keliru) akan mendapat siksa yang berat selama-lamanya. Hendaklah kita memikir dengan sesungguh-sungguhnya.
ﹴ
ﺮﺴﺧﻰﻔﹶﻟﹶﻥﺎﺴﻧﻻﺍﱠﻥﺇ
Artinya : “Sungguh manusia itu dalam kerugian”
Manusia dijadikan oleh Tuhan diberi hidup dan sehat dan diberi kenikmatan kemudian akhirnya hanya seperti binatang ialah; sakit, mati dan berpisah dari beberapa kenikmatan – kenikmatan lalu akhirnya menjadi tanah seperti binatang. Apakah keuntungannya? Apabila akhirnya binatang bahkan nanti akhirnya akan dituntut dimuka mahkamah Agung akan menerima beberapa pertanyaan pertanyaan dan akhirnya akan
disiksa menerima hukum yang berat karena telah berbuat dosa, kejahatan, kesalahan meninggalkan kewajiban – kewajiban. Dan………….apakah keuntungan manusia?????
Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman/percaya (pada agama Islam) yang beramal sholeh dan berpegang teguh pada yang benar dan pesan memesan menjalankan barang yang benar dan sabar serta kuat hatinya.
Apakah arti IMAN????
Dan siapakah yang mu’min itu????
Tersebut dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 15:
ﺍ
ﻪﻟﻮﺳﺭﻭِﷲﺎﹺﺑﺍﻮﻨـﻣﺁﻦﻳﺬﻟﺍﹶﻥﻮﻨﻣﺆُـﳌﺍﺎﻤﻧ
ﻲﻓﻢﹺﻬِﺴﹸﻔـﻧﺃﻭﻢﹺﻬﻟﺍﻮﻣﺄﹺﺑﺍﻭﺪﻫﺎﺟﻭﺍﻮﺑﺎـﺗﺮﻳﻢﹶﻟﻢﹸﺛ
ﹶ
ﻥﻮﹸﻗﺩﺎﺼﻟﺍﻢﻫﻚﺌﻟﻭﺃِﷲﺍﹺﻞﻴﹺﺒـﺳ
} ﺕﺍﺮﺠﳊﺍ : ١٥ {Artinya : “Orang – orang mu’min itu ialah orang – orang yang percaya kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka itu tidak ragu – ragu mengorbankan harta bendanya dan dirinya pada jalan Allah (Fisabilillah) mereka itulah orang mu’min yang benar-benar.(Q.S.Al Hujurat: 15)
Kemudian dalam surat Al-Anfal ayat 2 yang berbunyi:
ﺍ
ﻬﻳﻮﹸﻠﹸﻗﺖ ﹶﻠﹺﺟﻭُﷲﺍﺮﻛﹸﺫﺍﺫﹶﺇﻦﻳﺬﻟﺍﹶﻥﻮﻨﻣﺆُـﳌﺍﺎﻤﻧ
ﻪﺗﺎﻳﺁﻢﹺﻬﻴﹶﻠﻋﺖ ﻴﻠﺗﺍﹶﺫﺇﻭﻢ
ْ
ﺗﺩﺍﺯ
ﻬـ
ﻢﹺﻬﺑﺭﻰﹶﻠﻋﻭﺎﻧﺎﳝﺍﻢ
ﹶ
ﻥﻮُـﻠﱠﻛﻮﺘﻳ
)
٢
(
ﹶ
ﻥﻮﹸﻘﻔﻨﻳﻢﻫﺎﻨﻗﺯﺭﺎﻤﻣﻭﹶﺓﹶﻼﺼﻟﺍﹶﻥﻮﻤﻴﻘﻳﻦﻳﺬﻟﺍ
)
٣
(
ﻢﻬﹶﻟﺎﹰﻘﺣﹶﻥﻮﻨﻣﺆُـﳌﺍﻢﻫﻚﺌﻟﻭﺃ
ﱘ ﹺﺮﹶﻛﻕﺯﹺﺭﻭﹲﺓﺮﻔﻐﻣﻭﻢﹺﻬﺑﺭﺪﻨﻋﺕﺎﺟﺭﺩ
)
٤
(
Artinya : “Sesungguhnya orang – orang mu’min itu ialah orang – orang yang apabila disebut nama Allah tergetarlah hati mereka dan bilamana dibacakan ayat – ayat Al Qur’an bertambahlah kepercayaannya, da hanya kepada Allah lah mereka itu bertawakkal (menyerahkan diri), yang sama mendirikan shalat, dan daripada yang Ku rizki kan kepada mereka sama membelanjakannya. Mereka itulah orang mu’min yang sebenar – benarnya”.
Bagi mereka itu mempunyai derajat dihadirat Allah dengan mendapat ampunan dan rizki yang mulia.
Tersebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh An Nasai, yang artinya :
“Tidaklah Iman itu dengan keinginan – keinginan, akan tetapi Iman itu barang yang tertanam dalam hati dan dinyatakan dengan amal perbuatan”.
ﻥﺎﹶﻛﺭﻷﺎﹺﺑﹲﻞﻤﻋﻭﻥﺎﺴﻠﻟﺎﹺﺑﺭﺍﺮﻗﹺﺇﻭﹺﺐﻠﻘﹶﻟﺎﹺﺑﺪﻘﻋﹸﻥﺎﳝﻹﺍﻢﻠﺳﻭﻪﻴﻠﻋﷲﺍﻰﻠﺻﹶﻝﺎﹶﻗﻭ
)
ﻪﺟﺎﻣﻦﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ
(
Artinya : “Dan bersabda Nabi saw Iman itu ialah percaya dengan hati dan
diikrarkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota”
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda Iman itu 67 cabang/70 cabang, yang teringgi ialah mengucapkan Kalimah LÂ ILÂHA ILLA ALLÂH, yang paling rendah ialah menghilangkan barang yang membikin sakit di tengah jalan.(diriwayatkan Imam Muslim).
Seterusnya kami akan menerangkan ajaran KHA Dahlan yang diajarkan tiap – tiap habis shalat Dzuhur kepada para pemudi. Kami kutipkan di sini dari Ibu Wasilah Hadjid : ALLADZÎNA ÂMANÛ : Orang – orang mu’min ialah orang – orang yang percaya, membenarkan kepada adanya pokok – pokok perbedaan barang yang baik dan buruk, artinya membenarkan adanya beberapa kebaikan dan keutamaan.
Menurut Al Qur’an : WASHODDAQO BIL HUSNA, artinya : Orang yang percaya itu membenarkan beberapa kebaikan dan mereka percaya dengan sungguh – sungguh perbedaan antara keutamaan dan kenistaan dan percaya bahwa dirinya serta alam semesta ini ada yang menjadikan. Dan percaya bahwa Tuhan akan membalas kepada orang yang beramal sholeh dan akan menyiksa kepada orang yang menjalankan kejelekan dengan Neraka.
Kepercayaan tadi benar – benar menghujam dalam dirinya sampai kepada batas menguasai kehendak mereka. Kemudian mereka tidak akan beramal kecuali menurut apa yang menjadi kepercayaannya dan mereka mengerjakan amal sholeh “Wa
‘amilussholihâti” : dan mereka itu sama mengerjakan amal sholeh. APAKAH AMAL SHOLEH ITU??????
Amal sholeh itu adalah yang telah dijelaskan satu persatunya didalam Al Qur’an. Dengan singkat pokoknya ialah amal yang berguna bagi dirinya sendiri, bagi ahli keluarganya, bagi kaum kerabatnya dan bagi semua manusia yang jauh dari perbuatan kemadhorotan pada seseorang kecuali menolak kemadhorotan yang lebih besar, misalnya; da’wah mengajak menjalankan barang yang haq dan wasiat dalam sabar.
Al Haq artinya ialah barang yang benar yaitu barang yang mesti ada, yang cocok dengan kenyataan atau syari’at yang shoheh.
Dari itu untuk syarat akan mendapatkan keselamatan dari siksa. Hendaknya manusia mengerti kepada barang yang benar dan dapat mengerjakan seterusnya, juga ia suka mengajak dan mengajarkan kepada yang lain agar bersama – sama percaya mengakui kebenaran, mengakui hakikat – hakikat yang nyata benar yang tidak bertentangan dengan akal yang sehat dan tidak berselisihan. Hendaklah meninggalkan khurofat – khurofat yang tidak berdalil sama sekali.
Sungguh manusia tidak akan mendapatkan yang haq kecuali ia suka mempergunakan akal pikirannya untuk memikirkan alam raya ini. Sehingga kuasa memperbandingkan dengan teliti dan tidak akan terbawa oleh kebiasaan – kebiasaan atau adat – adat yuang berlaku pada masyarakat seterusnya kita wajib mengajak kepada orang lain supaya berpegang teguh kepada barang yang haq
“WA TAWÂ SHOUBIS SHOBRI” artinya “Dan saling pesan memesan dengan sabar”
ﹺﱪﺼﻟﺎﹺﺑﺍﻮﺻﺍﻮﺗﻭ
Arti shobr adalah kuat hatinya apabila menderita sakit, kesusahan atau kesulitan dengan tidak menampakan keluh kesah yang sampai melampaui batas. Jadi kuat menderita sakit badan/jasmani ataupun rohani. Segala kesulitan selalu dihadapkan dengan kuat dan tahan serta ulet dan gigih tanpa menampakan keluh kesah yang berlebihan. Maka syarat agar kita selamat dari kerugian, hendaklah kita shabar, dan pesan memesan menjalankan kesabaran. Sifat shabar itu adalah pokok segala keutamaan yang wajib kita miliki untuk menuntut kesempurnaan bagi kita sendiri dan pula kita wajibkan kepada orang lain.
Pelajaran tafsir itulah yangdapat mendorong hati KHA. Dahlan berani membela agama Islam. Pelajaran tersebut didapat dari tafsir Syekh Muhammad Abduh dan didalam Tafsir surat wal ashr tersebut terdapat kata yang sangat penting yang wajib kita perhatikan kita bersama, yaitu “HADDAN YAMLIKU IRÂDATAHUM” artinya : “kepercayaan yang sampai dapat menguasai kehendak atau keinginan mereka” inilah yang dimanakan Iman. Menurut syekh Muhammad Abduh apabila kepercayaan tidak menggoncangkan kemauan itu bukan Iman namanya.
Marilah perkara yang penting ini kita perhatikan benar – benar. Darimanakah syekh Muh. Abduh berpendapat yang demikian itu? Maka disini dapat kami teruskan bahwa syekh Muh. abduh adalah murid dari syekh Jamaluddin al Afghani. Siapa yang
mengisi syekh Muh. Abduh sampai beliau dapat menulis tafsir Wal Ashr didalam menerangkan Iman dengan memakai syarat : “HADDAN YAMLIKU IRÂDATAHUM”
ﺍﺪﺣ
ﻢﻬﺗﺩﺍﺭﺇﻚﻠﻤﻳ
Maka hal tersebut kami peroleh didalam Al ‘Urwatul Wustqô, ayat manakah yang dapat mengembalikan benar – benar kepada Al Qur’an dan Sunnah Nabi dan manakah yang dapat mengembalikan kepada keseluruhan Islam dimuka bumi ini ??? maka akan kami terangkan secara singkat dibawah ini.
Pasal VII