• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iman /Kepercayaan

Dalam dokumen 17 Kelompok Ayat KHA. Dahlan (Halaman 38-42)

Kami mengharapkan khususnya kepada kaum Muhammadiyah dan kaum muslimin pada umumnya, hendaklah kembali memegang komando Al Qur’an mengorbankan harta dan jiwa untuk Allah sebagaimana nabi Muhammad saw dan para sahabat – sahabatnya pada waktu berada di Mekkah, mereka berjihad berjuang berkorban harta benda dan jiwa. Mereka menderita beberapa ujian – ujian yang pahit sampai ada yang dibunuh oleh orang – orang kafir hingga pada akhirnya mereka berhijrah ke Madinah.

Bagi kaum Muhammadiyah sedikit untuk permulaan hendaklah mencontoh KHA. Dahlan yang dalam perjuangannya sebagai pahlawan bangsa oleh negara.

Marilah kita perhatikan ajaran Iman menurut yang ada pada kitab AL Urwatul

wustqâ tersebut dalam AL Ankabut ayat 1 s.d 3 :

ﻢـﻟﺍ

)

١

(

ﺍﻮﹸﻛﺮﺘﻳﻥﺃﺱﺎﻨﻟﺍﺐِﺴﺣﺃ

ﺍﻮﹸﻟﻮﹸﻘﻳﻥﺃ

ﻥﻮﻨﺘﻔﻳﹶﻻﻢﻫﻭﺎﱠـﻨﻣﺁ

)

٢

(

ﻨﺘﹶﻓﺪﹶﻘﹶﻟﻭ

ﺎـ

ﻢﹺﻬﻠﺒﹶﻗﻦﻣﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ

ﲔﹺﺑﺫﺎﹶﻜﻟﺍﻦﻤﹶﻠﻌﻴﹶﻟﻭﺍﻮﹸﻗﺪﺻﻦﻳﺬﱠﻟﺍُﷲﺍﻦﻤﹶﻠﻌﻴﻠﹶﻓ

)

٣

(

Artinya : “Alim lam Mîm. Apakah manusia sama mengira akan dibiarkan

mereka berkata “Aku telah percaya” dan mereka tidak akan diuji ? sungguh aku telah menguji pada orang – orang sebelum mereka niscaya Allah mengetahui orang – orang yang benar – benar mu’min dan mengetahui orang – orang yang berdusta-munafik”. Banyak manusia yang mengaku bahwa diriku sudah mu’min (Iman itu ada buktinya dengan amal yang nyata) mereka merasa tidak akan diuji dan menyangka akan selamat dari siksa Neraka.

Menurut ayat diatas sungguh Allah yang maha Adil pasti akan menguji kepada orang – orang yang mengaku mu’min hingga tampaklah mereka itu apakah benar – benar mu’min ataukah munafiq. Orang yang mengaku mu’min tetapi merka tidak berani melakukan amal yang berat dan berbuat apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, orang seperti itu sebenarnya bukanlah orang mu’min tetapi mereka itu orang munafiq yang kelak akan mendapat siksa.

Sesungguhnya Iman yang sebenar – benarnya itu dapat menguasai serta melawan hawa nafsunya dan dapat mendorong hatinya mencari keridhoan Allah.

didalam segala tindakannya mereka tidak memerlukan dorongan – dorongan lain kecuali hanya Allah semata.

Menurut keputusan hukum Allah siapa saja yang tidak berani mengorbankan harta benda serta jiwa raganya untuk membela agama Allah maka orang tersebut bukanlah orang mu’min. Menurut surat At Taubah ayat 44 – 45 :

ﹺﺑﻢﻴﻠﻋُﷲﺍﻭﻢﹺﻬـِﺴﹸﻔﻧﺍﹶﻭﻢﹺﻬﻟﺍﻮﻣﹶﺎﹺﺑﺍﻭﺪﻫﺎﺠﻳﻥﺃﹺﺮﺧﻵﺍﹺﻡﻮﻴﻟﺍﻭِﷲﺎﹺﺑﹶﻥﻮﻨﻣﺆﻳﻦﻳﺬﱠﻟﺍﻚﻧﺬﺌـﺘـﺴﻳﹶﻻ

ﲔﻘﺘﹸﳌﺎ

)

٤٤

(

ﹺﻬﹺﺒﻳﺮى ﻓﻢﻬﹶﻓﻢﻬﺑﻮﹸﻠﹸﻗﺖ ﺑﺎـﺗﺭﺍﻭﹺﺮﺧﻵﺍﹺﻡﻮﻴﻟﺍﻭِﷲﺎﹺﺑﻥﻮﹶﻨﻣﺆﻳﻻﹶﻦﻳﺬﱠﻟﺍﻚﻧﺬﺌـﺘـﺴﻳﺎﻤﻧﺇ

ﻥﻭﺩﺩﺮﺘﻳ

)

٤٥

(

Artinya : “Orang – orang yang percaya (Iman) kepada Allah dan hari akhir

tidak akan minta izin kepadamu untuk diajak mengorbankan harta benda dan jiwanya dalam menegakan agama Allah. Allah mengetahui kepada orang yang bertaqwa. Bahwasannya orang yang meminta izin kepadamu itu ialah orang – orang tidak Iman kepada Allah dan hari akhir dan ragu – ragulah hati mereka maka mereka berada dalam keraguan mereka maju mundur (untuk diajak membela agama Allah)”.

Sungguh jelas menurut ayat ini bahwa Iman yang kokoh menetap dalam hati itu pasti menimbulkan perasaan – perasaan, pikiran – pikiran, kemauan – kemauan serat sifat – sifat yang utama, budi pekerti yang luhur serta amal yang besar sehingga berani mengorbankan jiwanya sekali pun untuk membela agama Allah. keteguhan dan keberanian orang – orang mu’min pada permulaan Islam sungguh telah pernah disaksikan dan diakui oleh musuh – musuh Islam.

Para mu’minin sangat sabar hatinya, sangat kuat menerima beberapa ujian yang pahit dan panas sehingga imannya tampak terang seperti kemilauannya emas yang murni setelah dibakar dalam bara api. Oh………., memang sungguh berat, memang pahit karena Allah hendak memperbedakan antara Iman yang palsu atau munafik dengan Iman yang murni. Sudah terang bagi manusia bahwa mereka akan lari serta menjauhi barang – barang yang akan merusakkan dirinya. Menjaga hidupnya dalam menjalankan perintah Allah untuk membela agama Allah menjunjung tinggi kalimah Allah wajib dan mesti kita kerjakan, kita tidak diperkenankan untuk menjauhinya karena takut mati, bahkan mati dalam membela agama Allah itu tidak boleh disebut

mati, akan tetapi hidup syahid, hidup yang mulia dan yang abadi. Demikian pula menghabiskan harta benda untuk membela agama Allah tidak disebut mensia – siakan harta (walaupun syaitan mengancam, akan menjadikan orang fakir) akan mendapat pembalasan yang berlipat ganda karena orang – orang mu’min percaya dengan yakin bahwa Allah mulia dari pada kehidupan di dunia ini. Sungguh tidak ada kebahagian selain membela Allah, itulah perasaan orang – orang mu’min, memang soal Iman membawa pengorbanan yang berat, permulaan langkah orang mu’min ialah berani menyerahkan dirinya, harta bendanya dan hawa nafsunya dibawah perintah – perintah Allah.

Belumlah disebut orang mu’min yang sebenar – benarnya sehingga Allah, Rasul dan jihad lebih dicintainya dari pada dirinya sendiri. Sungguh orang mu’min merasa bahwa hidup didunia ini hanya melalui sepotong jalan untuk menuju ke alam baka, suatu kehidupan yang lebih mulia dan abadi.

Demikianlah secara singkat ujian yang ditujukan kepada orang yang mengaku Iman. Apakah dia telah sanggup mengorbankan jiwa dan harta bendanya untuk membela agama Allah ataukah hanya Iman dalam mulut menurut kebiasaan khayal, gambar angan – angan dalam hati yang tidak ada bukti pengorbanannya yang nyata. Demikian keterangan Iman menurut syekh Jamaluddin Al Afghani yang mengisi jiwa syekh Muh. Abduh dan juga yang mengisi jiwa KHA. Dahlan sehingga bergerak membangunkan Islam mengajak kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah.

Seterusnya menurut para ulama dalam kitab Syubul Iman ada keterangan bahwa orang mu’min dapat dibagi menjadi dua bagian :

1. Mu’min Kamil ( mu’min sempurna )

2. Mukimn Naqis ( Mu’min Kurang sempurna )

Dan ada keterangan lain bahwa Iman itu ada yang tebal dan yang tipis, tetapi menurut syekh Jamaluddin Al Afghani, mu’min itu terbagi menjadi :

1. Mu’min haqiqi 2. Munafiq

Menurut KHA. Dahlan beliau pernah berkata : Iman itu ialah membawa jiwa naik ke alam suci yang luhur terus naik tidak turun kembali yaitu seperti Iman yang ada pada Rasul, sedangkan yang ada pada kita sekali naik dan sekali turun dan apabila

datang waktunya Iman itu turun kemudian kita mati, hal itu sangat mengkhawatirkan apabila termasuk su’ul khatimah.

Dari itu kita harus mujahadah (bersungguh – sungguh) melawan hawa nafsu dengan merenungkan Al Qur’an dan ingat kepada Allah. memikiran akibat bagaimana akhirnya diriku besok??

Dan hendaklah kita terus – menerus berani berjihad fisabilillah supaya kita tetap menjadi orang mu’min haqiqi. Demikianlah kata – kata KHA. Dahlan.

Pasal VIII

Dalam dokumen 17 Kelompok Ayat KHA. Dahlan (Halaman 38-42)

Dokumen terkait