BAB IV PEMBAHASAN
B. Analisis Struktural Novel Sarunge Jagung
2. Amanat
Setiap karya sastra pada dasarnya mengemban suatu misi dari pengarang untuk pembacanya. Misi tersebut berupa suatu keadaan yang dicita-citakan pengarang sebagai perwujudan suara batinnya yang berbicara kepada masyarakat sebagai objek sasarannya.
Amanat yang dituangkan oleh pengarang dalam novel Sarunge Jagung
tidak hanya satu saja melainkan ada beberapa amanat yang akan ditengahkan penulis adalah sebagai berikut ini.
Kerukunan merupakan suatu elemen yang terdapat di lingkungan sosial masyarakat. Ratri seorang warga yang baik dia juga suka membantu terhadap keluarganya sendiri, dia di kampungnya juga aktif dalam kepengurusan karang
commit to user
taruna sehingga para remaja karang taruna pada waktu pertunangan Ratri dengan Bagus semua remaja karang taruna datang untuk membantu proses acara pertunangan hingga selesai.
Kutipan:
“Kabeh wis dicepakna tharik-tharik ndhuk piring kertas gilap, ngombene ya wis dicublesi sedhotan kabeh ambek paku, mergane tutupe kempyeng, nik gak dibolongi nggae paku ya gak mangsa. Sing laden sik pernah dulur-dulur Ratri dhewe, ya misanan ya mindhoan, ayu-ayu ya nggantheng-nggantheng. Arek karang taruna ya tumplek bleg ndhuk omahe Ratri kabeh, melok tandang gae
kabeh, soale Ratri ndhuk kampung ya aktip ngurusi karang taruna.”(hal: 24)
Terjemahan:
Semua sudah disiapkan semua di atas piring kertas berkilau, minumnya juga sudah dilubangi memakai paku, karena tutupnya memakai bahan logam, kalau tidak dilubangi memakai paku sedotan tidak bisa masuk ke dalam minuman. Yang membantu saudara-saudaranya Ratri sendiri, ada dari saudara jauh dan keponakan, cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Anak karang taruna semuanya juga datang kerumah Ratri untuk membantu semuanya, karena Ratri di kampung juga aktif dalam kepengurusan karang taruna.
Dari kutipan di atas kerukunan di dalam masyarakat sangat penting karena hidup di dalam masyarakat kita tidak rukun dengan tetangga maka kita tidak akan dibantu apabila mengalami kesusahan.
Dalam hubungan dengan seseorang kita harus bisa menjaga dengan baik, tokoh Ratri memberi cerminan terhadap kita bahwa apabila kita suka terhadap seseorang, tidak boleh terlalu berlebihan dan bisa mengendalikan diri agar tidak terjadi celaka dikemudian hari.
Kutipan:
”Tapine gak Wid thok, Ratri ya ruh patrape wong nang kantor. Karo-karo cepet badhare, eling kiwa tengene, rasa kangen dipangan sak cokupe, gak
commit to user
”Semono uga nik nang omahe Wid. Ibarate wong mangan gak tau ditotug- totugna. Ratri mesthi nguwisi dhisik sakdurunge kerasa wareg. Ratri getapan,
mulane pinter nggarahi ya pinter mungkasi”. (hal: 89) Terjemahan:
”Ternyata tidak hanya Wid saja, Ratri juga tahu aturan apalagi di kantor. Cepat-cepat ingat, tahu kanan kirinya, rasa kangen dimakan secukupnya, tidak dikenyangi, yang penting sudah merasakan hati ini sudah senang.”
”Itu juga terjadi sewaktu di rumah Wid juga. Ibaratnya orang makan tidak pernah sampai diselesaikan. Ratri mesti selesai terlebih dahulu sebelum merasa kenyang. Ratri cekatan, makanya pintar memulai juga pintar menyelesaikannya.”
Dari kutipan di atas terlihat bagaimana cerminan tokoh Ratri untuk kita, apabila kita yang memulai dengan baik maka kita yang harus mengakhiri dengan baik juga.
Berusaha sebaik mungkin dan bekerja keras dalam hidup dengan jalan yang benar dengan disertai berdoa merupakan amanat yang baik karena dunia merupakan tempat kita untuk belajar bagaimana untuk hidup yang baik dan kita kehendaki.
Kutipan:
”Angger nggarap lomba tari sing digagasi ”Aku kudu isok, wong ilmu ketok! Kenek digoleki, kenek disinaoni. Angger dalane bener, tepak, kersaning Allah aku isoh oleh. Garapanku mesthi katut, kadhung orip aku kudu ngatog pisan, cincang-cicing gak worung kebloh, aluwung dijeguri pisan niyat madhep
mantep”. Iku tekade Ratri.” (hal: 104) Terjemahan:
”Setiap menggarap lomba tari yang ada di dalam pikiran ”Aku harus bisa, ilmu itu kelihatan! Bisa dicari, bisa dipelajari. Yang penting jalannya benar, untuk mencapainya dengan izin Tuhan maka aku bisa. Garapanku pasti ikut, terlajur hidup aku harus bersungguh-sungguh sekalian, cuma bermain air nantinya juga basah semua, mendingan mencebur sekalian saja sudah mantap niatnya”. Itu tekad Ratri.”
commit to user
Usaha dan tekad yang kuat adalah modal utama dalam mencari sebuah kemenangan. Tokoh Ratri dalam kutipan di atas membarikan dorongan untuk kita agar belajar lebih giat lagi dengan ilmu yang kita pelajari karena sudah terlanjur kita mempelajarinya maka harus dengan sungguh-sungguh mempelajari dan memanfaatkan ilmu yang kita miliki. Jadi, jika kita menginginkan hal yang terbaik bagi diri kita, maka kita harus berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkannya.
Setiap bangsa mempunyai kebudayaan. Seperti halnya pada budaya Jawa di Indonesia. Tokoh Ratri memberikan gambaran bahwa kita jangan melupakan kebudayaan yang ada. Karena kebudayaan pun merupakan warisan dan jati diri suatu bangsa.
Kutipan:
”Aku gelem nyindhen iku mergane aku isok, Gus, aku kepingin kabeh ngerti
nek aku generasi mudha sing piawai, serba bisa, siap tempur, masiya tah duduk tentara. La sing paling penting aku iku generasi mudha sing bangga nang budhaya teka tanah kelahiranku dhewe. Nik aku isin Gus, isok nyanyi
lagu Barat kok nembang Jawa gak isok, ngerep isok kok Jula-Juli gak ngerti.”
(hal: 5) Terjemahan:
”Aku mau nyindhen itu karena aku bisa, Gus, aku ingin semua tahu kalau aku generasi muda yang piawai, bisa, siap tempur walaupun bukan tentara. Yang paling penting aku adalah generasi muda yang bangga dengan budaya dari tanah kelahiranku sendiri. Kalau aku malu Gus, bisa menyanyi Barat tapi nembang Jawa tidak bisa, ngerep bisa tapi Jula-Juli tidak tahu.” (hal: 5)
Amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung ini memberikan sebuah pesan yang diharapkan dapat mengena di seluruh lapisan masyarakat. Saling bertenggang rasa dalam bermasyarakat, berusaha sebaik-baiknya dalam
commit to user
menggapai cita-cita disertai dengan tekad yang kuat dan doa serta kebudayaan jangan ditinggalkan karena kebudayaan merupakan jati diri suatu bangsa.