commit to user
i
EKSISTENSI WANITA JAWA DALAM
NOVEL SARUNGE JAGUNG
KARYA TRINIL S. SETYOWATI
(Sebuah Kritik Sastra Feminis)
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh :
TRI PURNAMA NINGSIH
C0104041
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
EKSISTENSI WANITA JAWA DALAM
NOVEL SARUNGE JAGUNG
KARYA TRINIL S. SETYOWATI
(Sebuah Kritik Sastra Feminis)
Disusun oleh :
TRI PURNAMA NINGSIH C0104041
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing I
Drs. Christiana D.W, M. Hum
NIP. 195410161981031003
Pembimbing II
Siti Muslifah, SS. M. Hum
NIP 197311032005012001
Mengetahui
Ketua Jurusan Sastra Daerah
Drs. Imam Sutarjo, M. Hum
commit to user
iii
EKSISTENSI WANITA JAWA DALAM
NOVEL SARUNGE JAGUNG
KARYA TRINIL S. SETYOWATI
(Sebuah Kritik Sastra Feminis)
Disusun oleh :
TRI PURNAMA NINGSIH C0104041
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal 28 Februari 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Drs. Imam Sutarjo, M. Hum ... NIP 196001011987031004
Sekretaris Dra. Sundari, M. Hum ... NIP. 195610031981032002
Penguji I Drs. Christiana D.W, M. Hum ……….. NIP. 195410161981031003
Penguji II Siti Muslifah, SS, M. Hum ……….. NIP 197311032005012001
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A.
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Tri Purnama Ningsih
NIM : C0104041
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul Eksistensi
Wanita Jawa dalam Novel ”Sarunge Jagung” Karya Trinil S. Setyowati (Sebuah
Kritik Sastra Feminis) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak
dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi
tanda/kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang
diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 28 Februari 2011
Yang membuat pernyataan,
commit to user
v
MOTTO
Jerbasuki mawa bea
Dalam mencapai kesuksesan dibutuhkan pengorbanan
commit to user
vi
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini, dipersembahkan kepada :
Ibu dan bapak tercinta yang tak pernah berhenti memotivasi dan menyayangiku,
kakak dan adikku tercinta dan semua yang telah mendukung penulis yang tidak
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun skripsi guna
mencapai gelar sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari
kesulitan-kesulitan yang dihadapi, tetapi berkat bantuan, bimbingan serta dorongan baik
moril maupun materiil dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini dengan segenap
kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Imam Sutarjo, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum, selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
4. Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum, selaku Pembimbing Pertama yang
dengan teliti, sabar dan penuh perhatian memberikan pengarahan dan
commit to user
viii
5. Dra. Siti Muslifah, S.S, M.Hum, selaku Pembimbing Kedua yang juga telah
dengan teliti dan sabar memberi pengarahan yang berguna dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Dra. Sundari, M. Hum, selaku koordinator bidang sastra, yang selalu
memberikan arahan dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
7. Drs. Y. Suwanto, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa
memberikan dukungan dalam penyusunan sekripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu, yang telah memberikan bekal ilmu yang berguna bagi penulis.
9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan referensi.
10.Teman-teman angkatan 2004, terutama Syamsul dan Kaleh 04, terima kasih
atas segala dukungan dan perhatiannya.
11.Ibu Trinil S. Setyowati beserta keluarga, selaku pengarang novel Sarunge
Jagung yang telah bersedia diwawancarai dan banyak memberikan informasi
tentang apa saja yang penulis butuhkan demi kelancaran penyusunan skripsi
ini.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara materi maupun
spiritual yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam menyelesaikan
commit to user
ix
Semoga amal kebaikan yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan
yang sesuai dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penyusunan skripsi ini akan di terima dengan tangan terbuka.
Surakarta, 9 Mei 2011
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... . i
HALAMAN PERSETUJUAN ... . ii
HALAMAN PENGESAHAN . ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... . 1
A. Latar Belakang Masalah ... . 1
B. Batasan Masalah ... . 5
C. Rumusan Masalah ... . 6
D. Tujuan Penelitian ... . 6
E. Manfaat Penelitian ... . 7
1. Manfaat Teoretis ... 7
2. Manfaat Praktis ... 7
F. Sistematika Penulisan ... . 8
BAB II LANDASAN TEORI ... . 9
A. Pendekatan Struktural ... . 9
commit to user
xi
2. Plot/alur... ... 11
3. Penokohan ... 12
4. Latar/setting ... 14
5. Amanat ... 14
B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis ... . 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... ... 19
A. Bentuk Penelitian……….. 19
B. Sumber Data dan Data ... 19
1. Sumber Data ... 19
2. Data ... 19
C. Teknik Pengumpulan Data ... . 20
1. Teknik Analisis Struktur... 20
2. Teknik Wawancara ... 20
3. Teknik Kepustakaan ... 21
D. Teknik Analisis Data ... . 22
BAB IV PEMBAHASAN ... . 24
A. Tinjauan Pengarang ... 24
1. Riwayat Hidup Pengarang ... . 24
2. Trinil S. Setyowati dalam Beberapa Karyanya ... . 27
B. Analisis Struktural Novel Sarunge Jagung ... . 36
1. Tema ... ... . 36
2. Amanat ... . 37
commit to user
xii
a. Situation ... . 41
b. Generating Circumtances ... . 44
c. Rising Action ... . 46
d. Climax ... .. 48
e. Denoument ... . 45
4. Penokohan ... . 49
a.Ratri (Enggar Jemparing Kusumaratri) ... . 52
b.Bagus Rendra Pratama (Bagus) ... . 55
c.Wid (Merak Badra Waharuyung) ... . 57
d.Waskito ... . 59
a.Sunartiko . ... 61
b.Istri Sunartiko. ... 61
c.Tante Yani. ... 63
d.Makdhek. ... 63
e.Pak Parto (Ayah Ratri). ... 64
5. Latar ... 65
a. Latar Sosial ... . 66
b. Latar Tempat ... . 68
1) Kampung Simo Magerejo. ... 69
2) Surabaya. ... 69
3) Studio Hardjito. ... 70
4) Perak. ... 70
commit to user
xiii
6) Jemursari. ... 71
7) Jagir-Rungkut. ... 72
8) Pasar Turi. ... 73
9) Jalan A. Yani. ... 74
10)Bandara Juanda. ... 74
c. Latar Waktu ... . 74
C. Citra Tokoh Utama Wanita dalam Novel Sarunge Jagung Karya Trinil S. Setyowati. ... 77
D. Sikap Trinil S. Setyowati dalam Memandang Kedudukan Wanita dalam Masyarakat ... 107
BAB V. PENUTUP ... . 111
A. Kesimpulan ... . 111
B. Saran ... . 113
DAFTAR PUSTAKA ... 114
commit to user keindahannya saja. Lebih jauh dari itu perlu pula mendapatkan perhatian secara ilmiah, yaitu melalui suatu kajian ilmiah yang bertujuan untuk mengangkat semua aspek yang terkandung di dalamnya, melalui cara-cara atau pola pemikiran ilmiah yang berlaku, salah satunya adalah novel karya Trinil S. Setyowati yang berjudul
Sarunge Jagung.
Masalah yang dikaji mencakup tiga hal yaitu : (1) Bagaimanakah unsur-unsur struktur yang meliputi tema, alur, penokohan, latar serta amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung? (2) Bagaimanakah citra tokoh utama dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati? (3) Bagaimanakah sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan, peran, dan fungsi wanita dalam masyarakat?
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, latar serta amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung.(2) Menjabarkan dan menganalisis citra tokoh utama dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati. (3) Mengungkap sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan, peran, dan fungsi wanita dalam masyarakat.
Manfaat dari penelitian ini secara teoretis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kritik sastra feminis dan menambah khasanah penelitian sastra Jawa. Penelitian ini menghasilkan suatu ulasan tentang sikap wanita dari sudut pandang kajian kritik sastra feminis. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi mengenai idealisme perjuangan wanita di dalam menghadapi problem kehidupan dalam masyarakat dan dapat dimanfaatkan oleh penelitian lain yang mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan yang lain.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pendekatan struktural meliputi tema, alur/plot, penokohan, latar/setting dan amanat. (2) pendekatan kritik sastra feminis yaitu kritik sastra yang lebih menyoroti pada tradisi sastra pada khususnya terutama berkenaan dengan tokoh wanita, seperti pengalaman wanita yang terungkap di dalamnya dan kemungkinan adanya penulisan khas wanita.
commit to user
xv
pengarang novel Sarunge Jagung yaitu Trinil S. Setyowati, artikel-artikel, tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pengarang, termasuk juga rekaman, dokumentasi berupa foto, dan biografi pengarang. Teknik pengumpulan data ialah teknik analisis struktural, teknik wawancara dengan pengarang novel Sarunge Jagung
yaitu Trinil S. Setyowati dan studi pustaka dengan menggunakan teknik simak catat. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif yaitu reduksi, sajian data dan kesimpulan.
Penelitian ini menyoroti kaum perempuan tentang bagaimana kaum perempuan menghadapi permasalahan dalam hidupnya, serta kemungkinan adanya cara penulisan khas wanita. Perempuan mempunyai cara tersendiri untuk mengekspresikan diri yang berlawanan dengan cara bagaimana kaum pria menggambarkan pandangan mereka melalui bahasa dan wacana mereka. memberikan penilaian mengenai bagaimana kaum perempuan merasa, berpikir, dan bertindak serta bagaimana kaum perempuan pada umumnya menanggapi kehidupan yang terdapat di dalam sebuah karya sastra.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan
dimanfaatkan banyak orang. Adapun tujuan diciptakannya karya sastra menurut
Melani Budianta yaitu sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan,
memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, rnaupun
kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi (2006: 19). Karya
sastra bersifat imajinatif atau fiktif, yaitu suatu cerita rekaan yang berangkat dari
daya khayal kreatif. Sesuatu yang bersifat imajinatif boleh jadi terjadi dalam
kehidupan nyata, karena bagaimanapun juga karya sastra merupakan refleksi
kehidupan manusia.
Karya sastra berbentuk cerita yang dikemas dalam bentuk novel, cerita
pendek, cerita bersambung, roman picisan dan lain-lain, mempunyai struktur yang
membangun cerita yaitu tema, alur, penokohan, seting dan amanat. Semua unsur
tersebut disebut aspek intrinsik dalam karya sastra. Melalui aspek intrinsik kita
akan lebih mudah mengerti dan memahami jalan cerita serta menangkap apa yang
ingin disampaikan oleh pengarangnya. Sedangkan aspek ekstrinsik yaitu aspek di
luar karya sastra meliputi sisi kehidupan pengarang atau kondisi sosial budaya
masyarakat. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya bagaimanapun, akan
membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra
tidak muncul dari situasi kekosongan budaya (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 24).
commit to user
Pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra mengekspresikan ungkapan
emosi perasaan dan menuangkannya melalui tulisan dengan proses imajinasi.
Menurut Suwardi Endraswara antara sadar dan tak sadar faktor kejiwaan
dan perasaan pengarang selalu mewarnai proses penciptaan pengarang. Kekuatan
karya sastra dapat dilihat seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan
ekspresi kejiwaan yang tidak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra (2008: 96).
Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk
memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan
kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi tetap harus merupakan bangunan
struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik (Wellek & Warren
dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 13),
Dalam khasanah sastra Jawa modern terdapat berbagai jenis sastra yang
telah dihasilkan para pengarang Jawa antara lain geguritan, cerpen, novel, dan
cerita bersambung. Cerkak dan cerbung (yang pada konteks ini berbahasa Jawa)
pada umumnya dimuat di dalam surat kabar dan majalah, tidak seperti novel yang
dibukukan tersendiri. Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya
cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. (Burhan
Nurgiyantoro, 2005 : 10). Telah banyak karya-karya sastra Jawa yang berupa
novel yang dihasilkan pengarang Jawa salah satunya yaitu novel berjudul Sarunge
Jagung karya Trinil S. Setyowati.
Trinil S. Setyowati termasuk pengarang yang produktif. Banyak
karya-karya yang dimuat dalam media cetak seperti majalah berbahasa Jawa dan media
commit to user
Bromo, majalah Kidung dan lain-lain. Karya-karyanya berupa cerita rakyat,
artikel, cerkak atau cerpen, cerbung, puisi atau geguritan, wacan bocah, novel
serta karangan-karangan lainnya yang berkaitan dengan bidang sastra. Salah satu
karyanya adalah novel Sarunge Jagung yang diterbitkan oleh Yayasan Sasmita
Budaya Sragen bulan Mei 2005.
Novel berjudul Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati ini unik karena
pengarang menggunakan bahasa sub-dialek Surabaya. Novel Sarunge Jagung
menceritakan tentang kehidupan seorang wanita Jawa yang mempunyai pendirian
yang kuat walaupun dihadapkan permasalahan dalam mencari pasangan hidup
yang tepat. Sebagai wanita Jawa yang mencintai budaya Jawa, dia rela untuk
membatalkan perkawinannya karena calon ibu mertuanya tidak menghargai
budaya Jawa dengan menghina kebudayaan Jawa, tidak memahami kebudayaan
Jawa padahal dia sendiri adalah orang Jawa, memfitnah dan menuduhnya telah
hamil di luar nikah. Calon suamimya pun yang seorang tentara tidak bisa tegas
dan selalu mengikuti kemauan ibunya. Walaupun putus dari tunangannya dan
lantas rnenjalin kasih dengan pria yang berprofesi sebagai lurah, hubungannya
dengan lurah tersebut tidak berhasil. Namun pada akhirnya sang wanita
mendapatkan pasangan hidup sejatinya.
Novel Sarunge Jagung ini termasuk karya sastra yang feminis. Tokoh
utama dalam novel tersebut adalah wanita dan novel Sarunge Jagung bercerita
mengenai perjuangan seorang wanita Jawa yang membela kebudayaan Jawa serta
commit to user
Jagung dapat dikatakan karya fiksi modern yang menggambarkan kehidupan
masyarakat menurut pandangan dari Trinil S. Setyowati.
Fiksi modern berbeda dengan tradisi sastra yang lebih lama, yang
cenderung untuk bersifat dedaktik, moralistik dan yang memberi tahu rakyat
tentang bagaimana manusia harus hidup. Fiksi modern yang serius,
menggambarkan bagaimana kehidupan modern dijalani, sekurang-kurangnya
menurut pandangan si pengarang (Niels Mulder dalam Maria A. Sardjono, 2005:
30). Karya fiksi modern merupakan karya yang dibuat berdasarkan kreativitas
pengarang, pengarang dapat mengkreasi dan menyiasati berbagai masalah
kehidupan. Karya fiksi juga dapat diartikan sebagai cerita rekaan.
Sarunge Jagung seperti pada judulnya adalah suatu wangsalan (pantun
tebakan). Wangsalan Sarunge Jagung sudah sering terdengar di kalangan
masyarakat Jawa. Dalam buku Metode Belajar Efektif Basa Jawa karangan
Suroso Ari Wibowo, sarung jagung yaiku sing mbuntel jagung, jenenge klobot.
Kata klobot (daun jagung) berakiran kata bot dikaitkan dengan kata abot (berat),
judul novel Sarunge Jagung mengambil dari wangsalan Jawa dan di dalam novel
Sarunge Jagung berceritakan tentang kehidupan seorang wanita Jawa yang cukup
berat dalam menemukan pasangan hidupnya (2005: 55).
Novel Sarunge Jagung mengungkapkan persoalan seorang wanita yang
berperan sebagai tokoh utama dalam cerita tersebut. Seorang wanita biasanya
diidentikkan dengan mahluk yang lemah dan tidak bisa berbuat banyak, tetapi
dalam novel Sarunge Jagung ini tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang
commit to user
dia berani mengambil resiko membatalkan perkawinannya karena menilai calon
suaminya tidak termasuk kriteria suami yang didambakannya. Calon suaminya
tersebut memiliki sikap tidak tegas, selalu menuruti apa kehendak ibunya dan
tidak punya pendirian. Walaupun, tokoh utama sempat berpikir untuk tidak hidup
berumah tangga lantaran sakit hati karena mengalami kegagalan dalam menjalin
hubungan dengan pria. Tetapi pada akhirnya tokoh utama bisa menemukan suami
kemudian menikah dan berumah tangga.
Novel Sarunge Jagung menarik untuk dijadikan obyek penelitian ditinjau
dari aspek kritik sastra feminis karena banyak menyoroti kehidupan wanita. Di
samping itu alasan pemilihan objek penelitian adalah pengarang Trinil S.
Setyowati merupakan seorang pengarang wanita yang banyak menciptakan
karya-karya sastra dalam berbagai jenis sastra seperti geguritan, cerpen dan cerbung.
Mengingat isi cerita novel Sarunge Jagung bertumpu pada perjuangan tokoh
wanita dalam memilih suami dan perjuangannya melestarikan budaya Jawa oleh
karena itu novel Sarunge Jagung menarik untuk dikaji dengan pendekatan kritik
sastra feminis. Kemudian penelitian ini diberi judul: ”Eksistensi Wanita Jawa
dalam Novel Sarunge Jagung (Sebuah Kritik Sastra Feminis)”.
B. Batasan Masalah
Konsentrasi atau fokus penelitian perlu dibatasi agar inti permasalahan
yang hendak dicapai tidak terlalu meluas dari apa yang seharusnya dibicarakan.
Pembatasan masalah ini adalah: Pembahasan dibatasi mengenai struktur yang
commit to user
tema, alur, penokohan, latar dan amanat. Dilanjutkan dengan analisis citra tokoh
utama wanita, yakni membahas eksistensi wanita jawa dalam novel Sarunge
Jagung tentang feminisme, sehingga nantinya diharapkan akan dapat mengetahui
sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan wanita dalam masyarakat
sebagai pengarang novel Sarunge Jagung.
C. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah diungkapkan, maka masalah yang
diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan,
latar serta amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung?
2. Bagaimanakah citra tokoh utama wanita dalam novel Sarunge Jagung karya
Trinil S. Setyowati?
3. Bagaimanakah sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan wanita
dalam masyarakat?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dicapai dalam penelitian ini adalah menjabarkan
masalah yang telah dirumuskan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan,
latar serta amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung.
2. Menjabarkan dan menganalisis citra tokoh utama wanita dalam novel Sarunge
commit to user
3. Mengungkap sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan wanita
dalam masyarakat.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dicapai dari penelitian novel Sarunge Jagung karya Trinil S.
Setyowati terdiri dari dua hal, yaitu:
1. Secara Teoretis
Penelitian ini menggunakan kajian teori struktural, kritik sastra feminis, dan
teori-teori pendukung lainnya. Oleh karena itu secara teoretis penelitian ini
diharapkan akan dapat memberikan khasanah ilmu pegetahuan, khususnya
dalam bidang studi karya sastra melalui pendekatan kritik sastra feminis.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya, serta diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan
masyarakat dalam memahami perubahan, kontradiksi dan
penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam
kaitannya dengan idealisme perjuangan wanita di dalam menghadapi problem
kehidupan dalam masyarakat, dan dapat dimanfaatkan oleh penelitian lain
commit to user
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar penelitian terhadap novel Sarunge Jagung ini akan
dibahas dalam beberapa bab, adapun susunannya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI, meliputi pendekatan struktural dan
pendekatan kritik sastra feminis,
BAB III : METODE PENELITIAN, meliputi metode dan bentuk penelitian,
sumber data dan data, teknik pengupulan data, teknik analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATA, yang meliputi tinjauan pengarang, tinjauan
struktural novel Sarunge Jagung yang meliputi alur, tema, amanat,
serta penokohan, citra tokoh utama wanita dalam novel Sarunge
Jagung karya Trinil S. Setyowati, dan sikap pengarang dalam
memandang kedudukan, peran, dan fungsi wanita dalam masyarakat
BAB V : PENUTUP, yang meliputi Kesimpulan dan Saran.
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam penelitian, suatu obyek penelitian diperlukan teori dan pendekatan
yang tepat agar sesuai dengan obyek kajian. Teori digunakan untuk membongkar
obyek penelitian, maka dalam penelitian dibutuhkan teori pendekatan yang sesuai
dengan obyek yang akan dikaji.
Keberadaan unsur di dalam karya sastra memang sangat mempengaruhi
totalitas bangunan cerita, maka peneliti akan menggunakan dua pendekatan, yaitu
(1) pendekatan struktural yang dibangun oleh unsur-unsur pendukungnya seperti
tema, plot/alur, seting, penokohan, amanat, dan hubungan antar unsur, (2)
pendekatan kritik sastra feminis tentang citra tokoh wanita.
A. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural dinamakan juga dengan pendekatan obyektif.
Analisis struktural karya sastra dalam hal ini adalah fiksi, dapat dilakukan dengan
cara mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar
unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 37). Teeuw
mengemukakan metode analisis struktural karya sastra bertujuan untuk
membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan semendalam
mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya sastra yang secara
bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (dalam Sangidu, 2004: 17).
Diharapkan melalui analisis struktural dapat diketahui katerkaitan antar unsur
commit to user
intrinsik yang meliputi tema, alur penokohan, latar dan amanat yang membangun
sebuah karya sastra.
1. Tema
Definisi tema dalam kamus istilah sastra adalah sesuatu yang menjadi
dasar cerita, ia selalu berkaitan dengan pengalaman kehidupan, seperti risalah
cinta, kasih rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya, dalam hal tertentu tema
sering disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita (Laelasari dan Nurlailah,
2006 : 250). Unsur pembanguan sebuah karya sastra yang pertama adalah tema.
Stanton mengemukakan dalam menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel
ada beberapa cara seperti yang ditunjukkan berikut:
a. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita
yang menonjol.
b. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan
setiap detail cerita.
c. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada
bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam novel yang bersangkutan.
d. Penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti
yang Secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita (dalam
Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 87-88).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan tema dalam karya sastra adalah
commit to user
menjadi dasar sebuah cerita dan bagian dari unsur intrinsik yang membangun
sebuah karya sastra.
2. Plot/ alur
Alur disebut juga dengan plot. Plot rnerupakan unsur fiksi yang penting di
dalam karya sastra yang berbentuk prosa. Tafsir mengemukakan tahapan plot
menjadi lima bagian. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut.
a. Tahap situation: tahap situasi, tahap yang terutama berisi pelukisan dan
pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.
b. Tahap generating circumtances: tahap pemunculan konflik (masalah-masalah)
dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan.
c. Tahap rising action: tahap peningkatan konflik, konflik yang dimunculkan
pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar
intensitasnya.
d. Tahap climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan
yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita
mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh
(tokoh-tokoh) utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita
terjadinya konflik utama.
e. Tahap denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks
diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan. Konflik-konflik yang lain,
sub-sub konflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada juga diberi jalan keluar,
cerita diakhiri. Tahap ini berkesesuaian dengan tahap akhir di atas (Burhan
commit to user
Alur menunjukkan hubungan sebab akibat antara peristiwa di dalam cerita.
Sehingga dapat diambil kesimpulan alur merupakan rangkaian peristiwa di dalam
cerita yang saling berhubungan berdasarkan sebab akibat.
3. Penokohan
Penokohan sangat penting dalam struktur sebuah karya sastra berbentuk
cerita prosa. Menurut Jones penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Di dalam sebuah cerita,
tentunya terdapat tokoh cerita. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh
ciptaan pengarang namun ia harus merupakan tokoh yang hidup secara wajar
dalam cerita dan mempunyai pikiran dan perasaan. Tokoh cerita dapat dipandang
sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat atau sesuatu yang sengaja ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca (Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 165-167).
Tokoh merupakan perwujudan seseorang di dalam sebuah cerita yang dapat
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca melalui dialog-dialog tokoh
dalam cerita. Penampilan tokoh sangat penting karena tokoh juga adalah sebagai
pembawa cerita. Laelasari dan Nurlailah mengartikan tokoh cerita (character)
merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan (2006 : 255).
Penokohan dilihat dari segi peranannya atau tingkat pentingnya tokoh
dibagi menjadi 2 yaitu: (1) Tokoh utama (central character, main character)
commit to user
sebagian besar cerita, (2) Tokoh tambahan (peripherial character) adalah
tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itupun
dalam proses penceritaan yang relatif pendek (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 176).
Menurut Mochtar Lubis dalam melukiskan rupa, watak atau pribadi para
tokoh, pengarang menunjukkan sebagai berikut:
a. Pyisical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon).
b. Portrayal of thought stream or concious thought (melukiskan jalan pikiran
pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya).
c. Reaction to event (melukiskan bagaimana rekasi pelakon terhadap
kejadian-kejadian).
d. Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak
tokoh).
e. Discussion of enviroment (pengarang melukiskan keadaan watak tokoh.
Misalnya dengan melukiskan keadaan kamar pelakon pembaca akan mendapat
kesan apakah tokoh tersebut orang jorok, bersih, rajin, malas, dan sebagainya).
f. Reaction of others to character (pengarang melukiskan bagaimana
pandangan-pandangan tokoh lain dalam suatu cerita terhadap tokoh utama
itu).
g. Conversation of others about character (tokoh - tokoh dalam suatu cerita
memperbincangkan keadaan tokoh utama, dengan demikian maka secara tidak
langsung pembaca mendapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai
commit to user
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah
pelukisan mengenai sifat atau watak tokoh, perilaku, dan pandangan hidup yang
dicitrakan dalam sebuah cerita.
4. Latar/ setting
Latar merupakan keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana
terjadinya kejadian di dalam karya sastra (Laelasari dan Nurlailah, 2006: 147).
Unsur-unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu
dan sosial.
a. Latar tempat, latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
b. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.
c. Latar sosial, latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam
karya fiksi (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 227-233).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa latar/seting adalah
merupakan keterangan tempat kejadian peristiwa di mana para pelaku berada
dalam sebuah cerita yang mempunyai hubungan dengan keadaan sosial
masyarakatnya.
5. Amanat
Sebuah karya fiksi ditulis pengarang untuk menawarkan model kehidupan
commit to user
moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya
tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca
diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan,
yang diamanatkan (2005: 321). Dari suatu cerita dapat diambil suatu pesan atau
kesan yang disebut amanat. Dalam amanat dapat dilihat pandangan dari pengarang
mengenai kehidupan yang terdapat dalam karya sastranya. Agar makna dan tujuan
karya sastra dapat dipahami secara keseluruhan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa amanat dalam karya
sastra adalah pesan atau ajaran moral yang ingin disampaikan kepada pembaca
oleh pengarang dalam karya sastra tentang pandangan hidupnya terhadap
masyarakat.
Pendekatan struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan
amanat merupakan satu langkah awal untuk melakukan penelitian karya sastra
sebelum melakukan pendekatan selanjutnya. Diharapkan melalui analisis
struktural dapat diketahui keterkaitan antar unsur intrinsik yang meliputi tema,
alur, penokohan, latar dan amanat yang membangun sebuah karya sastra sebagai
kesatuan yang utuh. Untuk itu dalam sebuah karya sastra diperlukan hubungan
antarunsur yang dapat menentukan makna dan nilai seni sebuah karya sastra.
B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis
Kritik sastra merupakan kegiatan atau perbuatan mencari dan menentukan
nilai karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik yang
commit to user
dapat menjalankan fungsinya dengan baik adalah kritik sastra yang disusun atas
dasar keinginan untuk memperbaiki mutu karya sastra dan mutu khalayak
pembaca, kritik sastra yang disusun atas dasar pendekatan dan metode kerja yang
jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik sastra yang dilahirkan oleh
pengeritik yang mempunyai rasa tanggung jawab moral dan intelektual
disebabkan karena mereka mempunyai minat membaca dan menekuni sastra dan
ilmu sastra.
Karya sastra feminis merupakan karya sastra yang menyoroti kaum
perempuan tentang bagaimana kaum perempuan menghadapi permasalahan dalam
hidupnya. Kritik sastra feminis merupakan kritik sastra yang lebih rnenyorot
kepada tradisi sastra yaitu yang berkenaan dengan wanita, seperti pengalaman
wanita yang terangkap di dalamnya serta kemungkinan adanya cara penulisan
khas wanita (Laelasari dan Nurlaila, 2006: 145-146). Perempuan mempunyai cara
tersendiri untuk mengekspresikan diri yang berlawanan dengan cara bagaimana
kaum pria menggambarkan pandangan mereka melalui bahasa dan wacana
mereka. Partini Sardjono Pradotokusuma mengemukakan bahwa kritik feminis ini
adalah satu kritik (sastra) yang berusaha mendeskripsikan dan menafsirkan (serta
menafsirkan kembali) pengalaman perempuan dalam berbagai karya sastra
terutama dalam novel dan agak jarang dalam drama atau puisi (2005: 83). Kritik
sastra feminis memberikan penilaian mengenai bagaimana kaum perempuan
merasa, berpikir, dan bertindak serta bagaimana kaum perempuan pada umumnya
commit to user
Pada umumnya karya sastra menampilkan tokoh wanita yang berperan
sebagai tokoh utama maupun bawahan. Pandangan wanita antara penulis wanita
dan laki-lakipun berbeda-beda dan juga antara pembaca wanita dan laki-laki.
Semua itu masuk dalam hasrat yang ingin dicapai dalam pendeketan kritik sastra
feminis. Pertama teori feminis berhasrat untuk mengkaji penulis-penulis wanita di
masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita karya sastra penulis-penulis pria
yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang berbagai cara ditekan, disalah
tafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarki yang dominan. Dengan begitu
seorang wanita tidak mempunyai kedudukan di mata keluarganya. Kedua teori
feminis ini menimbulkan berbagai ragam cara mengkritik yang kadang-kadang
terpadu seperti kritik ragam ideologis, ginokritik, kritik sastra feminis sosialis,
kritik sastra feminis psikoanalitik, dan kritik sastra feminis-etnik.
Kritik sastra feminis terbagi dalam tiga aliran yaitu, aliran feminisme
sosialis, feminisme liberalis dan feminisme radikal. Kritik sastra feminis sosialis
yaitu aliran yang membagi kelas-kelas masyarakat. Pengkritik feminis mencoba
mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas
(Djajanegara, 2000: 32). Kritik sastra feminis liberalis yaitu mengkaji kreatifitas
penulis wanita. Profesi penulis wanita sebagai suatu perkumpulan dan
perkembangan peraturan tradisi menulis wanita dan tulisan laki-laki. Karena para
feminis percaya bahwa penulis wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya
dengan memperlakukan dirinya pada si tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita
tersebut pada umumnya merupakan cerminan penciptanya (Djajanegara, 2000:
commit to user
tentang cara hidup kita dulu dan sekarang. Tentang bagaimana kita harus
mengembangkan diri kita sendiri, bagaimana bahasa kita mengubah dan sekaligus
membebaskan kita, bagaimana pemberian julukan merupakan hak prerogative
kaum laki-laki sampai sekarang. Dan bagaimana kita sekarang dapat mulai sadar
dan mampu memberi julukan dan akhirnya dapat memberikan hidup baru lagi.
(Djajanegara, 2000: 30).
Pendekatan kritik sastra feminis mempunyai beberapa langkah dalam
penerapannya:
1. Mengidentifikasi satu tokoh wanita atau beberapa tokoh wanita di antaranya:
mencari kedudukan dalam masyarakat, mencari tujuan hidupnya, dan mencari
watak serta perilaku yang digambarkan.
2. Meneliti tokoh lain, terutama tokoh laki-laki yang berkaitan dengan tokoh
perempuan.
3. Mengamati sikap penulis karya yang sedang kita amati (Djajanegara, 2000:
51-53).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kritik sastra feminis
adalah kritik sastra yang lebih menyoroti pada tradisi sastra pada khususnya
terutama berkenaan dengan tokoh wanita, seperti pengalaman wanita yang
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis
kualitalifinya (Sutopo, 2006: 48). Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dan
perilaku yang dapat diamati (dalam Lexi J. Moleong, 2007: 3).
B. Sumber Data dan Data
1. Sumber Data
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel karya Trinil S.
Setyowati yang berjudul Sarunge Jagung yang diterbitkan oleh Yayasan Sasmita
Budaya Sragen bulan Mei 2005. Sumber data sekunder berasal dari informan
yaitu pengarang novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati, dan buku-buku
serta referensi yang dapat menunjang proses penelitian seperti yang tampak pada
daftar kepustakaan laporan penelitian ini.
2. Data
Data dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer, yang dimaksud data primer dalam penelitian ini adalah data teks
novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati atau data intrinsik meliputi
tema, alur, penokohan, latar/setting dan amanat.
commit to user
b. Data sekunder, merupakan data penunjang yaitu informasi hasil wawancara
dengan pengarang yang digunakan sebagai data pendukung pelaksanaan
penelitian, serta berbagai keterangan yang berasal dari buku-buku referensi
yang berupa artikel-artikel, tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pengarang,
biografi pengarang dan berbagai hal yang dapat menunjang penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Analisis Struktur
Teknik analisis struktur dimanfaatkan untuk mengumpulkan data dasar,
yakni data literer (data intrinsik teks novel Sarunge Jagung). Data literer tersebut
dikelompokkan menjadi data kategoris yang berupa data mengenai tema, plot,
penokohan, latar/setting dan amanat.
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pernyataan jawaban pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2007: 186). Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengarang yang telah membuat novel
Sarunge Jagung yaitu Trinil S. Setyowati untuk memperoleh informasi yang
dapat mendukung penelitian ini yaitu hasil wawancara mengenai biografi
commit to user
3. Teknik Kepustakaan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tinjauan pustaka (library research), data dari informasi dengan bantuan
macam-macam materi yang terdapat di ruang perpustakan, misalnya berupa buku-buku,
majalah, naskah, catatan sejarah, dan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah yang akan atau sedang
diteliti (Sangidu, 2004: 105).``
Teknik tersebut diatas digunakan untuk menemukan berbagai hal sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Dalam penelitian ini perlu disadari
bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen
atau arsip, tetapi juga maknanya yang tersirat. Maka dari itu, peneliti harus
bersikap kritis dan teliti (Sutopo, 2006: 81). Teknik ini juga sering pula disebut sebagai
analisis isi. Cara kerjanya adalah dengan memeriksa dan menampilkan berbagai
macam data yang bersumber dari artikel, beberapa makalah, makalah seminar atau
diskusi dan beberapa tulisan lain
Penggunaan teknik kepustakaan diikuti langkah lanjutan yang berupa
penyimakan, dan pencatatan terhadap (yang dianggap) data, untuk kemudian
diklasifikasi, dipilih, dan dipilah sebagai data. Dengan demikian wujud data yang
commit to user
D. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data (Lexy J, Moleong,
2007: 280). Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen yaitu
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (Sutopo, 2006 : 94).
a. Reduksi data menerapkan proses penyederhanaan dengan membatasi
permasalahan penelitian. Dengan membatasi permasalahan penelitian dan
penerapan reduksi data ini peneliti membuat catatan-catatan, menyusun
rumusan dan penyusunan sajian data.
b. Sajian data merupakan data yang terkumpul. Sumber data utama dicatat
melalui catatan-catatan tertulis kemudian dideskripsikan, diidentifikasikan dan
diklasifikasikan.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah didapatkan skema analisis
interaktif (Sutopo, 2006: 96). Setelah pengumpulan data penelitian mulai
melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan isi pada reduksi maupun
sajian datanya. Menurut Sutopo, proses ini disebut model analisis interaktif
commit to user
Gambar Model analisis Interaktif Pengumpulan
Data
Reduksi Data Sajian Data
commit to user
BAB IV
PEMBAHASAN
A.Tinjauan Pengarang
Riwayat hidup pengarang dan karya-karyanya yang dihasilkan adalah hal
yang sangat penting untuk di ketahui, sebagai langkah awal penelitian. Upaya ini
dilakukan utuk memahami latar belakang karya sastra yang dijadikan objek
penelitian. Riwayat hidup pengarang dianggap penting dalam suatu penelitian
terhadap karya sastra, karena lahirnya karya sastra tidak lepas dari kondisi dan
latar belakang kehidupan pengarang selaku pencipta karya satra.
1. Riwayat Hidup Trinil S. Setyowati
Trinil S. Setyowati merupakan satu dari sekian pengarang sastra Jawa
modern yang telah memberikan kontribusinya kepada pembaca sebagai
pengarang yang mengangkat realita yang terjadi dalam masyarakat yang
dituangkan dalam karya sastranya. Dalam pembahasan ini akan diuraikan
mengenai biografi Trinil S. Setyowati sebagai pengarang novel Sarunge Jagung.
Pengarang novel Sarunge Jagung,Trinil S. Setyowati ini bernama asli Sri
Setyowati ini biasa dipanggil Trinil. Lahir di Surabaya pada tanggal 27 Juli 1965
putri pasangan Salam Partosoejidno dan Armunah. Menempuh pendidikan dasar
di SD Negeri 268 dan lulus tahun 1977. Setelah lulus dari pendidikan dasar
kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Surabaya
dan menamatkan sekolahnya pada tahun 1981. Sekolah Menengah Atas
Tritunggal 3 Surabaya jurusan Ilmu Pengetahuan Alam berhasil diselesaikan pada
commit to user
tahun 1984. Setelah menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas
Tritunggal 3 Surabaya lantas mengajar sebagai guru kelas IV SD Ronggolawe
merangkap guru seni tari dan musik Taman Kanak-kanak Margie komplek Darmo
Satelit Surabaya. Di Kota Surabaya Trinil S. Setyowati mengembangkan karirnya
sebagai pengajar dan pelatih tari. Kecintaannya terhadap seni tari membawa
Trinil S. Setyowati menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Kesenian
Wilwatikta Surabaya jurusan seni tari lulus tahun 1989 dengan gelar diploma.
Selama masa perkuliahan, Trinil S. Setyowati bekerja sebagai pengajar dan
pelatih tari di sekolah-sekolah dan sanggar. Trinil S. Setyowati yang berjiwa seni
ini lantas tidak berhenti menimba ilmu. Di sela-sela pekerjaannya mengajar, dia
melanjutkan pendidikan S2 di Pendidikan Tinggi Pasca Sarjana UNESA jurusan
manajemen pendidikan dan lulus tahun 2005 dengan gelar Magister Pendidikan.
Di tengah-tengah kesibukannya, Trinil S. Setyowati terus menimba ilmu dan
mengembangkan pendidikannya sampai tingkat Doktor dan lulus tahun 2008 di
Pendididkan Tinggi Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang jurusan manajemen
pendidikan. Trinil S. Setyowati sangat aktif dalam berbagai kegiatan. Banyak
sekali kegiatan akademik dan non akademik yang dia jalani. Sampai saat ini
Trinil S. Setyowati bekerja sebagai tenaga pengajar Universitas Negeri Surabaya
dan aktif di Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) dan menjabat
sebagai ketua I periode 2005-2009. Berikut ini merupakan
commit to user
a. Penanggung Jawab Kurikulum Pembinaan Pelatihan Tari Sanggar Dikdaya
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur sejak tahun 1990
sampai sekarang.
b. Ketua I Lembaga Ekologi Budaya Jawa Timur Periode Tahun 1997-2000.
c. Korektor Redaksi Tabloid Wisata Budaya Jawa Timur Bromo tahun
1998-1999.
d. Reporter Majalah Mingguan Berbahasa Jawa Jayabaya tahun 1998 sampai
sekarang merangkap responden sastra.
e. Reporter Majalah Triwulan Dewan Kesenian Jawa Timur Kidung tahun
1999-2005.
f. Anggota Tim Pengamat Ujian Tari di Pusat Pembinaan dan Pendidikan Seni
Bina Tari Jawa Timur Taman Budaya Jawa Timur Tahun 1999-2008.
g. Bendahara I Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya Periode Tahun
2002-2005.
h. Dance Executive Dayaseni Art-Studio and Property Business, tahun
2003-2008.
i. Ketua I Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya Periode tahun
2005-2009.
j. Kepala Cabang Majalah Pendidikan Genta untuk Surabaya dan sekitarnya
tahun 2005-2008.
k. Responden Majalah Mingguan Berbahasa Jawa Panjebar Semangat tahun
commit to user
l. Anggota Tim Evaluasi Seni Siswa Dinas Pendidikan Kota Surabaya bekerja
sama dengan Taman Remaja Surabaya tahun 2002-2005.
m. Pengisi acara sastra Jawa di tahun 2005 Radio Republik Indonesia Surabaya
bersama Suharmono Kasiyun dari Paguyuban Pengarang Sastra Jawa
Surabaya sejak tahun 2002-2008.
n. Anggota Tim Konsultan Seni dan Bahasa dalam Audisi di Stasiun Televisi
Swasta Jawa Timur Jtv tahun 2005-2008.
o. Pengisi acara sebagai bintang tamu Bidang Sastra Jawa di Delta FM Radio
tahun 2005-2008.
2. Trinil S. Setyowati dalam Beberapa Karyanya
Trinil S. Setyowati seorang pengarang yang banyak menghasilkan karya
baik dalam bentuk novel, cerkak, geguritan, crita sambung, artikel, wacan bocah
yang dimuat di majalah Jayabaya, Tabloid Bromo, majalah Kidung, majalah
Panjebar Semangat dan lain-lain. Sejak SMP Trinil S. Setyowati telah
menunjukkan bakatnya sebagai penulis dengan menjadi Juara II Menulis Esai
Kepahlawanan antar siswa SMP se Kotamadya Surabaya Tahun 1980. Selain itu,
Trinil S Setyowati menjadi Juara II Lomba Baca Puisi tingkat SMA Swasta se
Kotamadya Surabaya Tahun 1984.
a. Kejuaraan seni yang diraih:
1. Juara I Lomba Tari Tunggal Gaya Surakarta antarsiswa SMA Yayasan
Tritunggal Surabaya tahun 1983.
2. Juara I Lomba folk-song tingkat SMA swasta Kotamadya Surabaya tahun
commit to user
3. Juara II Lomba Drama 5 Kota se Jawa Timur di Surabaya tahun 1984.
4. Pemeran Utama Siwuk dalam Drama Teater berjudul Rumah Tak Beratap
pada Pekan Teater Nasional Jakarta Tahun 1986.
5. Juara I mencipta Tari Musim Hujan untuk lomba tarianak TK se-Jawa
Timur yang diselenggarakan oleh Yayasan Taman Gembira tahun 1988.
6. Juara II Lomba Tari Remo Ikatan Guru-Guru TK se Jawa Timur tahun
1998.
7. Terpilih sebagai 5 Penari Topeng bersama Bina Tari Jatim dalam East
Java Musk Evening di Majapahit-Oriental Hotel Surabaya tahun 2000.
b. Karya-karya sastranya yang berupa artikel diantaranya:
1. Artikel Seni Pertura tentang ”Seniman Topeng Dalang Sumenep”,
Kepuasan Non Komersial Majalah Kidung Edisi V tahun 2000 Penerbit:
Dewan Kesenian Jawa Timur.
2. Artikel ”Pendidikan tentang ”Penbelajaran TK menurut DR. Karin
Villien”, seorang ahli TK dari Denmark, Metode Pendidikan Ing
Indonesia Isih Tradisonal Majalah Jayabaya edisi 43 tahun 2001 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
3. Artikel Pendidikan tentang ”Pembelajaran Musik Menurut M. Ikhsan”,
Bocah Aja Ditarget Mundhak Korslet Majalah Jayabaya Edisi 49 tahun
2001 Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.
4. Artikel Budaya tentang ”Analisis Sejarah Tari dan Obsesi Konservatif”,
Bedhaya Ujung Galu” Majalah Jayabaya Edisi 13 tahun 2001 Penerbit:
commit to user
5. Artikel Pendidikan tentang ”Media Ajar PBS UNESA”, Wigatine Seni
Tumrap Transparansi Majalah Jayabaya Edisi 21 Tahun 2001 Penerbit:
Yayasan Djoyobojo-Surabaya.
6. Artikel Sastra tentang ”Gaya Kesastraan Taufik Ismail”, Taufik Ismail Isin
dadi Wong Indonesia Majalah Panjebar Semangat tahun 2002 Penerbit:
PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
7. Artikel Pendidikan tentang ”Kepemimpinan Wanita Menurut Hasniah
Aziz", Wanita Kudu Adil Lan Wicaksana Majalah Jayabaya Edisi 19
tahun 2002 Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.
8. Artikel Pendidikan tentang ”Emansipasi menurut Ketua PSW UNESA”,
Antarane Patriarkhisme lan Feminisme Majalah Jayabaya Edisi 30 tahun
2002 Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.
9. Artikel Sastra mengenai ”Tinjauan Sastra Jawa menurut Suparto Brata”,
Sastra Jawa Ngenteni Dipernis Majalah Jayabaya Edisi 51 tahun 2003
Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.
c. Karya –karya sastranya yang berupa buku di antaranya :
1. Buku ”Antologi Puisi Jawa”, Kabar Saka Bendul Merisi tahun 2001
Penerbit: Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya.
2. Buku ”Kumpulan Cerita Anak”, Kasih Sayang Yang Tak Padam tahun
2002 Penerbit: Pilar Bambu Kuning – Surabaya.
3. Buku ”Antologi Puisi Jawa” Sub dialek Surabaya-an, Donga Kembang
commit to user
4. Buku ”Kumpulan Puisi Penyair Indonesia”, Pesona Gemilang Musim
tahun 2004 Penerbit: Himpunan Perempuan Seni Budaya- Pekanbaru.
5. Buku ”Antologi Cerita Anak Berbahasa Jawa Baku”, Timbil tahun 2006
Penerbit: Forum Bersama Sastra-Balai Bahasa Surabaya.
6. ”Buku Ajar bagi Mata Kuliah Pendidikan Seni Tari dan Koreografi untuk
Anak Taman Kanak Progam Pendidikan Guru Taman
Kanak-Kanak”.
7. Pendidikan Seni Tari dan Koreografi untuk Anak Taman Kanak-Kanak
tahun 2007 Penerbit: Unipres- Universitas Negeri Surabaya.
8. Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Timur,Cerita Rakyat Jember tahun 2007
Penerbit: Grasindo-Jakarta.
9. Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Timur, Cerita Rakyat Magetan tahun
2007 Penerbit: Grasindo-Jakarta.
10.Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Tengah, Putri Limaran tahun 2007
Penerbit Grasindo-Jakarta.
11.Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Tengah, Ki Ageng Selo tahun 2007
Penerbit Grasindo-Jakarta.
12.Novel Berbahasa Jawa Sub-dialek Surabaya,Sarunge Jagung tahun 2005
Penerbit Yayasan Sasmita Budaya-Sragen Jawa Tengah.
d. Karya –karya sastranya yang berupa cerkak di antaranya :
1. Es Kuncritan dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1998 Penerbit:
commit to user
2. Timbil dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1998 Penerbit: Yayasan
Djojobojo- Surabaya.
3. Bule Kuwalat dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
4. Wedang Mandiri dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
5. Keket Diucuk Kaok dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
6. Wiring Kuning dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
7. Foto Grafer dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit: Yayasan
Djojobojo- Surabaya.
8. Kadho dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan
Djojobojo- Surabaya.
9. Enggar dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit: Yayasan
Djojobojo- Surabaya.
10.Limasan dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan
Djojobojo- Surabaya.
11.Sepedhah lan Tamiya dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
12.Aku ilang dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan
commit to user
13.Jeruk Saka Mbok Dhe dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000
Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.
14.Ayamipun, Bu! dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
15.Nginang dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2000 Penerbit:
PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
16.Ari-Ari dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2000 Penerbit: PT
Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
17.Jubah Putih dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2001
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
18.Kalung Kembang Mlathi dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2001
Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.
19.Jawatan Mawut dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
20.Supinah dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2001 Penerbit: Yayasan
Djojobojo- Surabaya.
21.Bathik Prada dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2001 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
22.Gedhong Rancak dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2002 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
23.Dadi Sri Kandhi dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2002 Penerbit:
commit to user
24.Kapster Saly dalam Majalah Kidung terbit tahun 2000 Penerbit: Dewan
Kesenian Jawa Timur.
25.Kidung Sumarah dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2001
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
26.Temen Tah Koenku Tik dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun
2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
27.Hera-Hera dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2006 Penerbit:
PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
28.Genta Sragen dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2005
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
29.Dosenku Matahari dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2006 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
30.Romy oh Romy dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2007 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
31.Surat Kembar dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2007 Penerbit:
Yayasan Djojobojo- Surabaya.
32.Ngandhuh dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2008 Penerbit: Yayasan
Djojobojo- Surabaya.
33.Kleleb dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2007 Penerbit: Yayasan
Djojobojo- Surabaya.
e. Karya –karya sastranya yang berupa geguritan di antaranya :
1. Sepahan Jambe dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit:
commit to user
2. Marang Panggurit Ole dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000
Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.
3. Modhol Morot S. J. dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
4. Donga Kembang Waru dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun
2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
5. Ulang Tahun dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
6. Marang Pucuk Tebu dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
7. Cundhuk Kapuk dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
8. Ketanggor Carang dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
9. Ketan, Salak, Suket dalam News Surabaya Pos tahun 2003.
10.Ndika Iyup-iyupan Kula dalam News Surabaya Pos tahun 2003.
11.Getih Nang Treteg dalam News Surabaya Pos tahun 2003.
12.Bobur Watu dalam News Surabaya Pos tahun 2003.
13.Merak Alas dalam Buku Sastra Campur Sari Festifal Cak Darasin
Wayang.
14.Godhong Rancak dalam Buku ”Sastra Campur Sari” Festifal Cak Darasin
commit to user
15.Olah Opo Nanggap dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
16.Tangan Melok Sega dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2005
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
17.Pucuk Tebu Sidoarjo dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002
Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.
18.Karuk Pelem dalam Buku ”Sastra Campur Sari” Festifal Cak Darasin
Wayang.
19.Lo Kok Koen Min? dalam Jawa Pos Tahun 2006.
20.Lepet 13 Iji dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2004 Penerbit: Yayasan
Djojobojo- Surabaya.
21.Sura Wanu Bayu Pati dalam News Surabaya Pos tahun 2004.
22.Wong-Wong Undhakan dalam News Surabaya Pos tahun 2004.
23.Dalan Karet dalam News Surabaya Pos tahun 2004.
24.Ngitung Dhuwik Nang Pinggir Kali dalam News Surabaya Pos tahun
2004.
commit to user
B.Analisis Struktural Novel Sarunge Jagung
Karya Trinil S. Setyowati
Pengarang dalam membuat karya sastra berbentuk novel, harus
memperhatikan unsur-unsur yang membangun cerita di dalam karyanya itu.
Kesinambungan antar unsur-unsur cerita dalam karya sastra akan diperoleh
gambaran keseluruhan cerita secara utuh, dengan demikian pengarang
memerlukan kecermatan dalam memilih hal-hal yang bermanfaat dalam
panyampaian maksud dan tujuan cerita tersebut.
Analisis struktural tidak dapat ditinggalkan, karena tanpa struktural maka
keseluruhan dalam karya sastra tidak dapat terungkap, seperti penokohan, tema,
amanat, dan lain-lain. Analisis struktural dalam karya sastra digunakan untuk
membongkar dan memaparkan secara cermat, teliti, dan mendetail bagaimana
keterkaitan dan keterjalinan unsur-unsur dan aspek-aspek sastra, yang sama-sama
menghasilkan makna menyeluruh.
Permasalahan dapat digaris bawahi bahwa struktural karya sastra meliputi
tema, amanat, alur, setting, dan penokohan, merupakan unsur yang padu dalam
karya sastra. Sebelum melangkah kepada pembahasan kritik sastra feminis sastra
penelitian ini lebih dahulu membahas struktural cerita novel Sarunge Jagung.
1. Tema
Setiap karya sastra yang diciptakan oleh pengarang pasti memiliki tema
tertentu sasuai dengan keinginan pengarangnya. Tema inilah yang akan menjadi
commit to user
Tema yang mendasari cerita novel Sarunge Jagung adalah feminis;
tentang perjuangan dan idealisme seorang wanita Jawa yang tidak kalah dalam
hal pendidikan dan pekerjaan dengan kaum lelaki walaupun dilanda permasalahan
dalam mencari pasangan hidup.
Tema tersebut disimpulkan dari beberapa pertimbangan antara lain
masalah-masalah tambahan yang muncul juga berkaitan dengan daya dongkrak
feminisme dalam masyarakat yaitu usaha-usaha Ratri sebagai seorang wanita
yang ingin diakui bahwa dia bukan wanita yang lemah. Selain itu juga
mempertimbangkan tentang klimaks dari novel Sarunge Jagung yang
menunjukkan usaha-usaha Ratri sebagai wanita Jawa yang pantang menyerah
menghadapi hidup. Dia ingin menunjukkan bahwa wanita juga dapat berkarya
tanpa bergantung kepada laki-laki.
2. Amanat
Setiap karya sastra pada dasarnya mengemban suatu misi dari pengarang
untuk pembacanya. Misi tersebut berupa suatu keadaan yang dicita-citakan pengarang
sebagai perwujudan suara batinnya yang berbicara kepada masyarakat sebagai
objek sasarannya.
Amanat yang dituangkan oleh pengarang dalam novel Sarunge Jagung
tidak hanya satu saja melainkan ada beberapa amanat yang akan ditengahkan
penulis adalah sebagai berikut ini.
Kerukunan merupakan suatu elemen yang terdapat di lingkungan sosial
masyarakat. Ratri seorang warga yang baik dia juga suka membantu terhadap
commit to user
taruna sehingga para remaja karang taruna pada waktu pertunangan Ratri dengan
Bagus semua remaja karang taruna datang untuk membantu proses acara
pertunangan hingga selesai.
Kutipan:
“Kabeh wis dicepakna tharik-tharik ndhuk piring kertas gilap, ngombene ya wis dicublesi sedhotan kabeh ambek paku, mergane tutupe kempyeng, nik gak dibolongi nggae paku ya gak mangsa. Sing laden sik pernah dulur-dulur Ratri dhewe, ya misanan ya mindhoan, ayu-ayu ya nggantheng-nggantheng. Arek karang taruna ya tumplek bleg ndhuk omahe Ratri kabeh, melok tandang gae
kabeh, soale Ratri ndhuk kampung ya aktip ngurusi karang taruna.”(hal: 24)
Terjemahan:
Semua sudah disiapkan semua di atas piring kertas berkilau, minumnya juga sudah dilubangi memakai paku, karena tutupnya memakai bahan logam, kalau tidak dilubangi memakai paku sedotan tidak bisa masuk ke dalam minuman. Yang membantu saudara-saudaranya Ratri sendiri, ada dari saudara jauh dan keponakan, cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Anak karang taruna semuanya juga datang kerumah Ratri untuk membantu semuanya, karena Ratri di kampung juga aktif dalam kepengurusan karang taruna.
Dari kutipan di atas kerukunan di dalam masyarakat sangat penting karena
hidup di dalam masyarakat kita tidak rukun dengan tetangga maka kita tidak akan
dibantu apabila mengalami kesusahan.
Dalam hubungan dengan seseorang kita harus bisa menjaga dengan baik,
tokoh Ratri memberi cerminan terhadap kita bahwa apabila kita suka terhadap
seseorang, tidak boleh terlalu berlebihan dan bisa mengendalikan diri agar tidak
terjadi celaka dikemudian hari.
Kutipan:
”Tapine gak Wid thok, Ratri ya ruh patrape wong nang kantor. Karo-karo cepet badhare, eling kiwa tengene, rasa kangen dipangan sak cokupe, gak