• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Analisis Struktural Novel Sarunge Jagung

5) Asem Jajar

Tempat tinggal Tante Yani ketika Ratri meyampaikan kalau Ratri tidak akan menikah dengan Bagus.

Kutipan:

“Teka Asem Jajar menggok mlebu gang. Mandheg cit...! Ndhuk omah nomer

10. Onok wong wedok ayu potih gedhe dhokur koyok landa, metu teka omah iku.” (hal: 49)

Terjemahan:

Setelah datang di Asem Jajar berbelok masuk gang. Berhenti cit...! di rumah nomer 10. Ada orang perempuan cantik putih kulitnya besar tinggi seperti orang Belanda, keluar dari rumah itu.

6. Jemursari

Tempat Ratri pentas menari dan awal betemunya dengan Wid, yang kemudian Ratri jatuh cinta dengan Wid.

Kutipan:

“Batine Ratri ya kudu ngguyu, ya gumun, ya seneng. Tapi sing nyleneh iku

atine Ratri, la olah apa wong wis sampek teka omah, sampek sakmingguan kok jik kepingin kepethuk maneh Wid iku, pikirane mblayang nang Jemursari ae. Iling-ilingen arek nggantheng sing jenenge Wid, sing wis tau nggandheng

tangane iku”. (hal: 81) Terjemahan:

“Di dalam batinnya Ratri ya agak tertawa, ya heran, ya gembira. Tapi yang aneh itu hatinya Ratri, la bagaimana lagi sudah sampai rumah, sudah satu minggu lebih kok masih ingin bertemu lagi dengan Wid, pikirannya mengembara di Jemursari saja. Teringat-ingat anak lelaki ganteng yang bernama Wid, yang pernah menggandeng tangannya itu”

commit to user

7. Jagir-Rungkut

Tempat Ratri mengajar menari di sanggar milik pemerintah, semua muridnya di sana tidak dipungut biaya.

Kutipan:

“Sanggar sitoke sing klebu kegiatane kantor pemerintah iku nggone nang

Jagir. Sing mbayari duduk siswane tapi pemerintah. Mulane masiya adoh dilakoni ae, sepedha motor diselang adhike sing jik kuliah, Ratri ya ngalahi numpak bemo teka treteg bongkuk nang Joyoboyo, terus oper len U jurusan

Jagir - Rungkut.” (hal: 86)

Terjemahan:

”Sanggar satunya yang masih milik kegiatannya kantor pemerintah itu berada di Jagir. Yang membayar bukan para siswa tapi pemerintah. Makanya meskipun jauh dilakukan saja, sepeda motor dipinjam adiknya yang masih kuliah, Ratri ya mengalah naik bemo samapi jembatan di Joyoboyo, terus berganti len U jurusan Jagir –Rungkut.”

8. Pasar Turi

Tempat Ratri membeli mainan perahu untuk kado ultah Wid yang kurang dari dua bulan, dan Wid juga masih suka mainan meskipun sudah menjadi pemimpin di desanya.

Kutipan:

”Umure riwayat ketemune Ratri mbek Wid wis ganep setaun, rong wulan

ngkas genti ulang taune Wid. Ratri bengung mbales ngadho apa enake nang ganthilane atine iku. Suwe-suwe pas mlaku-mlaku nang Pasar Turi kok weruh dulinan kapal-kapalan, mula atine mak klepat, eling Wid sik seneng dulinan

masiya wis dadi pimpinan desane.” (hal: 90) Terjemahan:

”Sudah setahun genap Ratri dan Wid bertemu, dua bulan lagi ulang tahun Wid. Ratri bingung mau mengado apa enaknya untuk tambatan hatinya itu. Lama-lama pada waktu jalan-jalan di Pasar Turi kok melihat mainan kapal-

commit to user

kapalan, tiba-tiba hatinya teringat Wid yang masih suka dengan mainan meskipun sudah jadi pimpinan di desanya.”

9. Jalan A. Yani

Ketika Ratri meluapkan emosinya setelah pentas menari pada malam hari di acara pernikahan Wid dengan cara mengebut dengan mengendarai sepeda motor.

Kutipan:

”Ratri gak ngreken, gase dipol sak kuwate apamaneh iku jam sepoluh bengi dalan A. Yani wis rodok sepi. Ratri kepingin mecah bengi iku, mecah atine, ngorahi jiwane teka lelangenane ambek Wid. Ratri kepingin ngguwak kabeh perih atine, resik gasik uripe teka pengangen-angene arek lanang sing

jenenge Merak Badra Waharuyung sing diceluki Mas Wad-Mas Wid iku.”

(hal: 102) Terjemahan:

”Ratri tidak menggubris, gas ditancap sekuatnya apalagi jam sepuluh malam jalan A. Yani sudah agak sepi. Ratri ingin memecah malam itu, mecah hatinya, membersihkan jiwanya dari pikirannya dengan Wid. Ratri berkeinginan membuang semua pedih hatinya, bersih hidupnya dari pikiran- pikiran anak lelaki yang bernama Merak Badra Waharuyung yang dipanggil Mas Wad-Mas Wid itu.”

10.Bandara Juanda

Ketika Waskito akan berangkat mengajar ke Fremantle Austalia Utara diantar oleh kedua orang tuanya beserta Ratri dan kedua orang tua Ratri.

Kutipan:

“Nang Juanda ngeterna Waskito kate budhal nang Fremantle, sak montor isi

wong papat, Ratri, ibuke, bapake, Cak No sopir. Mlebu nang ruwang transit,

Cak No gak melok. Keri nang lawang parkiran ae, senengane!.”(hal: 114)

commit to user

“Di Bandara Juanda mengantar Waskito akan berangkat ke Fremantle, satu mobil berisi orang empat, Ratri, ibu, bapak, Cak No sopir. Masuk di dalam ruang transit, Cak No tidak ikut. Tinggal di depan pintu parkir saja.”

c. Latar Waktu

Dalam karya sastra, latar waktu ada yang dapat dipaparkan secara jelas, tetapi adapula yang dipaparkan secara tidak jelas dan pembaca dibiarkan memperkirakan sendiri berdasar peristiwa-peristiwa dan situasi yang telah digambarkan pengarang.

Dalam novel Sarunge Jagung pengarang tidak mengambarkan secara jelas waktu dan peristiwa terjadi, namun penulis dapat memperkirakan bahwa cerita itu terjadi ketika Ratri berumur 20-25 tahunan. Novel Sarunge Jagung memiliki banyak pesan yang dapat dipetik, salah satunya bahwa kehidupan memanglah tidak selalu bersifat normatif, terkadang ada hal yang menyimpang dari pikiran manusia, hidup adalah sesuatu yang nyata. Dalam penggambaran tokoh dan kisah hidupnya ditampilkan oleh pengarang terkesan sangat relevan jika benar- benar terjadi di masyarakat, sehingga ini akan sangat menarik. Pengarang dalam menggambarkan tokoh-tokohnya terkesan sangat paham terhadap karakter dan konflik. Para tokoh tersebut telihat wajar jika itu benar-benar tejadi di masyarakat, tetapi berpulang pada pengarang yang memang dituntut untuk mampu menjalin sebuah imajinasi dalam karyanya yang melukiskan peristiwa, tokoh-tokoh sampai pada hal sekecil-kecilnya menyebabkan pembaca merasa sebagai sesuatu yang nyata dan sungguh-sungguh terjadi.

Novel Sarunge Jagung mengungkapkan persoalan yang dialami tokoh utama wanita dalam lingkungan keluarga dan masyarakat di Jawa dalam

commit to user

memperjuangkan pandangan hidupnya sebagai wanita yang mandiri, kuat dan tidak menyerah dalam menghadapi persoalan hidup. Dalam rangkaian cerita

Sarunge Jagung, bertema tentang perjuangan seorang wanita dalam menghadapi

problema kehidupan yang tidak pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan yang ada. Amanat yang dapat disampaikan kepada pembaca sebagai pelajaran bahwa dalam kehidupan bermasyarakat hendaknya saling bertenggang rasa, selalu bersemangat dan berusaha dengan tekad yang kuat dalam mencapai apa yang dicita-citakan. Alur yang terjadi pada novel Sarunge Jagung memiliki alur yang jelas. Penceritaannya digambarkan secara baik dari tahapan perkenalan tokoh utama yaitu Enggar Jemparing Kusumaratri kemudian ditampilkan konflik permasalahan yang terjadi pada tokoh utama, hingga tahapan klimaks saat tokoh utama mengalami kejadian terburuk,ditinggal menikah oleh pria yang dicintainya. Akhir dari cerita ini dikisahkan tokoh utama dapat menikah dan hidup berumah tangga dengan bahagia. Setting cerita berlatar di daerah perkotaan menyorot kehidupan masyarakat Jawa yang masih menunjukkan tenggang rasa meskipun dalam perkotaan sudah tidak begitu terlihat. Secara keseluruhan novel Sarunge

Jagung bagus, peristiwa-peristiwa yang diceritakan didalamnya wajar dan

realistis dalam kehidupan yang ada dalam masyarakat. Novel Sarunge Jagung

memiliki penceritaan yang memuat tema, alur, penokohan dan latar yang diceritakan di dalam novel Permasalahan yang ditampilkan oleh pengarang dalam novel Sarunge Jagung secara simbolik memang merupakan kondisi atau permasalahan yang umum banyak terjadi di masyarakat sekarang, dan jalinan cerita yang ditampilkan oleh pengarang yang diwakili oleh tokoh-tokohnya

commit to user

terkesan rasional, sehingga hal itu memiliki daya tarik dan nilai tambah dari karya itu sendiri. Penelitian karya sastra dengan pendekatan feminis akan dapat mengungkapkan segi-segi kejiwaan dan karakter tokoh-tokoh wanita melalui hukum-hukum feminis yang secara tidak sadar sering digunakan oleh pengarang, sehingga dapat membantu dalam menganalisis karya sastra yang mungkin besifat nyata dan akhirnya membantu pembaca memahami karya-karya semacam itu. Pada akhirnya akan dapat terungkap dan tertangkap makna yang terkandung. Di dalam penelitian feminisme, peneliti juga dapat memaparkan fakta-fakta empiris yaitu yang menyangkut perilaku yang tercermin dari ucapan dan perbuatan tokoh- tokoh dalam cerita yang ada.

Dokumen terkait